Bab 19. Kiriman Paket Lagi

Tepat saat istirahat siang, Hanna mendapat telepon dari Widya yang memberi tahu ada kiriman paket lagi untuknya. Tanpa buang waktu, dia langsung menuju lantai dasar untuk melihat secara langsung orang yang mengiriminya paket itu.

"Widya .... mana orangnya?" tanya Hanna dengan napas tersengal.

"Udah pergi, Mbak. Soalnya yang nganter kurir, bukan orang yang kemarin," jawab Widya seraya memberikan satu buket besar bunga lili putih.

Hanna tertegun sejenak melihat buket bunga di tangannya. "Lili putih? Sebenarnya siapa orang yang mengirim paket seperti ini? Kenapa dia bisa tahu bunga favoritku? Bahkan, Mas Wildan saja tak tahu soal bunga favoritku."

"Wah, bisa jadi dia penggemar rahasiamu, Mbak. Atau enggak orang itu udah mengenal kamu sejak dulu, makanya bisa tahu apa pun kesukaanmu," timpal Widya.

"Tapi aku nggak ngerasa punya teman dekat yang ciri-cirinya kamu sebutin tadi pagi, Wid. Kalaupun ada teman pria, itupun juga nggak dekat banget," ucap Hanna

"Mending kamu sewa detektif, Mbak. Buat cari tahu siapa orang yang sering kirim paket buat kamu," usul Widya.

"Aku mana ada duit buat nyewa detektif, sih, Wid. Kerja aja belum ada satu tahun di sini."

"Iya juga, ya," jawab Widya sambil menggaruk keningnya.

Tanpa sengaja, pandangan Widya tertuju pada sebuah kartu ucapan berwarna merah di sela-sela bunga. "Eh, Mbak, itu ada kartu ucapan. Coba lihat, siapa tahu ada petunjuk di sana."

Hanna melihat ke arah yang ditunjuk Widya dan.benar saja, ada sebuah kartu ucapan di sana. Dia lantas mengambil kartu itu lalu meletakkan buket bunga di meja resepsionis, tepat di depan Widya.

"Astaga, Mbak Hanna. Muka orang ditutup pake buket," gerutu Widya lalu menggeser buket itu dari hadapannya.

Spesial untuk wanita yang paling kucinta, yang akan menjadi primadona di hatiku selamanya.

Dari : Pemujamu

"Gimana, Mbak?" tanya Widya yang sangat penasaran.

"Nggak ada petunjuk apa pun, Wid. Nih, kamu baca sendiri isi kartu ucapannya."

Widya langsung menerima kartu dari Hanna lalu membacanya. Mulutnya sedikit terbuka, tetapi langsung ditutup dengan telapak tangan.

"Omaigat, Mbak Hanna. Benar 'kan apa kataku, dia itu penggemar rahasiamu. Aku yakin pasti dia bakal menampakkan diri setelah berhasil membuatmu mati penasaran," seloroh Widya.

"Udah, ah. Jangan bikin kepalaku makin pusing." Hanna mengambil buket bunganya lalu kembali ke ruangannya. Sementara Widya menatap kepergian Hanna dengan senyum penuh makna.

Di ruangannya, Hanna langsung meletakkan buket itu di sofa. Pikirannya masih melanglang buana, memikirkan siapa orang yang dimaksud Widya.

"Hah, rasanya seperti mencari jerami di tumpukan jarum, eh, mencari jarum di tumpukkan jerami." Hanna menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, matanya terpejam untuk mengurangi berbagai tanya yang berkecamuk memenuhi isi kepalanya.

"Sepertinya dia bukan orang sembarangan, secara tidak ada sedikit pun jejak yang ditinggalkan," gumam Hanna.

Tiba-tiba Hanna langsung duduk tegak saat menemukan solusi agar dia tahu siapa orang yang mengiriminya paket.

"Adnan. Ya, lebih baik aku minta tolong dia buat bantu lacak orang yang kirim paket ini." Hanna mengambil ponsel yang ada di meja kerja, lalu menekan nomor telepon Adnan dan mulai menghubunginya.

"Ya, halo," ucap Adnan setelah panggilan tersambung.

"Halo, Nan. Kamu lagi sibuk nggak?" tanya Hanna.

"Em, sebenarnya sibuk, tapi kalau untuk Mbak Hanna pasti bisa diatasi," jawab Adnan dengan candaan khasnya.

"Ish, beneran ini, kamu sibuk nggak?"

"Lagi senggang, Mbak Hanna Sayang. Ada apa?" tanya Adnan.

Hanna pun lantas menceritakan semua yang dialami, lalu meminta tolong pada mantan iparnya itu untuk mencari tahu siapa orang yang selalu mengirimi paket.

"Wah, wah, aku kalah saing kayaknya. Baru juga cerai dari Mas Wildan, udah dapat penggemar rahasia aja," celetuk Adnan.

"Gak usah mancing emosi, ya. Tinggal bilang aja, kamu mau bantu apa enggak?"

"Sabar, dong, Mbak. Galak amat jadi cewek, kalau aku mau bantu, kira-kira ada imbalan apa?"

"Kebiasaan kamu, tuh, ya. Coba sesekali ikhlas gitu nolong orang," protes Hanna.

"Aku, tuh, selalu ikhlas, Mbak. Tapi kalau yang minta tolong kamu, harus ada imbalan, dong. Anggep aja sebagai wujud terima kasihmu pada mantan adik ipar yang tampannya setara dengan artis terkenal," ucap Adnan dengan percaya diri.

"Ribet, ya, kalau berurusan sama kamu. Ya udah, kamu mau minta imbalan apa? Jangan yang aneh-aneh."

"Apa, ya? Oh, iya, temenin aku dinner nanti malam di restoran biasanya. Gimana?"

Hanna diam sejenak, berpikir dan menimang permintaan Adnan. "Cuma dinner aja 'kan?"

"Iya, Mbak Hanna."

"Oke, deal. Jam berapa?"

"Jam 7 malam, aku tunggu di depan rumahmu." Adnan langsung mematikan panggilannya tanpa mendengarkan lagi jawaban Hanna.

"Dasar bocah tengil," gerutu Hanna.

**

Benar saja, jam 7 malam Adnan sudah di depan rumah Hanna. Tentunya dia tak keluar dari mobil sebab takut jadi bahan gosip tetangga Hanna. Tak berselang lama Hanna muncul dari dalam rumah, dia menutup pintu lalu menguncinya. Setelah itu dia segera masuk ke mobil Adnan sebelum ada yang melihatnya.

"Sudah siap, Mbak?" tanya Adnan.

"Ya," jawab Hanna sambil mengenakan sabuk pengaman.

Mobil pun melaju meninggalkan area perumahan yang di tempati Hanna, di sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Hanya ada suara musik yang mengurangi keheningan di dalam mobil.

20 menit kemudian, mobil yang dikemudikan Adnan sudah berhenti di tempat parkir. Dia lekas keluar dari mobil dan disusul Hanna setelahnya. Mereka masuk restoran bersama, siapa pun yang melihat pasti mengira jika mereka adalah pasangan kekasih.

Usai mendapatkan tempat yang sesuai, Adnan memanggil pelayan dan mulai memesan makanan serta minuman.

"Kamu mau pesan apa, Mbak?" tanya Adnan sambil melihat buku menu.

"Samain aja," jawab Hanna dan diangguki oleh Adnan.

Adnan pun memesan dua porsi steak dan dua gelas lemon tea. Sembari menunggu pesanan datang, baik Hanna maupun Adnan sibuk dengan ponsel masing-masing. Berselang 15 menit, pesanan pun datang, mereka lantas segera menikmatinya.

Di sela menikmati makan malam, tiba-tiba ada seorang gadis yang menghampiri mereka.

"Adnan, kamu sama siapa?" tanya gadis itu sambil melirik sinis pada Hanna.

Hanna seketika mengalihkan perhatiannya dan melihat gadis yang mematapnya tak suka.

"Eh, kamu. Kenalin, dia Hanna, calon istriku."

"Apa? Calon istri?" Gadis bernama Arnita itu menatap tak percaya pada Adnan dan Hanna. Sementara Hanna langsung terdiam seperti orang linglung, pikirannya mendadak ngeblank setelah mendengar ucapan Adnan yang tanpa rasa sungkan.

"Iya, dia calon istriku," jawab Adnan dengan mantap.

"Bagaimana mungkin? Bukannya mamamu yang menjodohkan kita, tapi kenapa kamu sudah punya calon istri?"

"Iya, memang itu kemauan mamaku, tapi tidak denganku. Karena aku sudah memiliki calon sendiri, untuk itu kamu bilang saja pada mamaku untuk emmbatalkan perjodohan kita. Sebab yang akan kunikahi nanti Hanna, bukan kamu," pungkas Adnan.

"Kamu keterlaluan, Nan." Arnita berlalu pergi meninggalkan Adnan dan Hanna yang masih terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi.

Hanna menatap tajam mantan adik iparnya itu. "Oh, jadi ini alasan kamu ngajak aku dinner? Biar kamu bisa menolak rencana perjodohan dari mama, iya?"

"Kali ini tolong bantu aku, Mbak. Aku benar-benar belum ingin menikah, aku masih ingin fokus dengan karirku. Setiap hari mama selalu mengenalkanku dengan anak temannya, itu sebabnya aku akhir-akhir ini nggak pulang ke rumah," jelas Adnan.

"Kenapa kamu nggak nolak?" tanya Hanna yang nggak habis pikir dengan kelakuan Adnan.

"Udah berkali-kali aku nolak, tapi nggak digubris sama mama. Rasanya aku pengen ke luar negeri lagi aja," jawab Adnan.

Hanna tak tahu harus bagaimana, jujur saja dia sangat kasihan melihat Adnan yang seperti orang tertekan. Di sisi lain, dia juga tak.berhak ikut campur masalah itu karena dia sudah tidak terikat hubungan apa pun dengan keluarga Riswan.

Terpopuler

Comments

Koni Dwi N

Koni Dwi N

nti niatnya cm becanda bsa terwujud Hana jodohnya adnan

2024-09-04

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenyataan Pahit
2 Bab 2. Tak Lagi Sama
3 Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4 Bab 4. Kepulangan Adnan
5 Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6 Bab 6. Amarah Hanna
7 Bab 7. Wildan Yang Malang
8 Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9 Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10 Bab 10. Bertemu Novita
11 Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12 Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13 Bab 13. Ipar Menyebalkan
14 Bab 14. ( Tanpa Judul )
15 Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16 Bab 16. Lembaran Baru
17 Bab 17. Kebohongan Novita
18 Bab 18. Pengaggum Rahasia
19 Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20 Bab 20. Senjata Makan Tuan
21 Bab 21. Gegana
22 Bab 22. Orang Tak Dikenal
23 Bab 23. Terjebak Perjanjian
24 Bab 24. Rencana Licik Novita
25 Bab 25. PMS
26 Bab 26. Wildan vs Frans
27 Bab 27. Welcome Baby Sean
28 Bab 28. Siapa Ibunya?
29 Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30 Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31 Bab 31. Keikhlasan Hati
32 Bab 32. Permintaan Novita
33 Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34 Bab 34. Adakah Harapan?
35 Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36 Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37 Bab 37. Marry Me?
38 Bab 38. Hanya Milikku
39 Bab 39. Curcol
40 Bab 40. Menggapai Restu Atika
41 Bab 41. Canggung
42 Bab 42. Meminta Restu
43 Bab 43. Cemburu?
44 Bab 44. Cemburu? Part 2
45 Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46 Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47 Bab 47. Kabar Duka
48 Bab 48. Kabar Duka part 2
49 Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50 Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51 Bab 51. Hari Yang Dinanti
52 Bab 52. Lamaran
53 Bab 53. Undangan Pernikahan
54 Bab 54. Sah
55 Bab 55. Honeymoon
56 Bab 56. Honeymoon 2
57 Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58 Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59 Bab 59. Kado Terindah
60 Bab 60. Kado Terindah part 2
61 Bab 61. Siaga
62 Bab 62. Ending
63 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kenyataan Pahit
2
Bab 2. Tak Lagi Sama
3
Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4
Bab 4. Kepulangan Adnan
5
Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6
Bab 6. Amarah Hanna
7
Bab 7. Wildan Yang Malang
8
Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9
Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10
Bab 10. Bertemu Novita
11
Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12
Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13
Bab 13. Ipar Menyebalkan
14
Bab 14. ( Tanpa Judul )
15
Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16
Bab 16. Lembaran Baru
17
Bab 17. Kebohongan Novita
18
Bab 18. Pengaggum Rahasia
19
Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20
Bab 20. Senjata Makan Tuan
21
Bab 21. Gegana
22
Bab 22. Orang Tak Dikenal
23
Bab 23. Terjebak Perjanjian
24
Bab 24. Rencana Licik Novita
25
Bab 25. PMS
26
Bab 26. Wildan vs Frans
27
Bab 27. Welcome Baby Sean
28
Bab 28. Siapa Ibunya?
29
Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30
Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31
Bab 31. Keikhlasan Hati
32
Bab 32. Permintaan Novita
33
Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34
Bab 34. Adakah Harapan?
35
Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36
Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37
Bab 37. Marry Me?
38
Bab 38. Hanya Milikku
39
Bab 39. Curcol
40
Bab 40. Menggapai Restu Atika
41
Bab 41. Canggung
42
Bab 42. Meminta Restu
43
Bab 43. Cemburu?
44
Bab 44. Cemburu? Part 2
45
Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46
Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47
Bab 47. Kabar Duka
48
Bab 48. Kabar Duka part 2
49
Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50
Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51
Bab 51. Hari Yang Dinanti
52
Bab 52. Lamaran
53
Bab 53. Undangan Pernikahan
54
Bab 54. Sah
55
Bab 55. Honeymoon
56
Bab 56. Honeymoon 2
57
Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58
Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59
Bab 59. Kado Terindah
60
Bab 60. Kado Terindah part 2
61
Bab 61. Siaga
62
Bab 62. Ending
63
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!