Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan

Cahaya mentari perlahan mulai menyinari, nyanyian burung mengiringi indahnya suasana pagi ini. Tetesan embun pada daun menambah kesan sejuk yang dirasakan.

Masih dengan aktivitas yang sama, Hanna sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Meski mendapat bos yang tak biasa menurutnya, tetapi dia tak boleh patah semangat. Dia akan mencari bahagia versinya sendiri, yakni dengan bekerja.

Saat akan berangkat, tiba-tiba dia mendapat telepon dari Mama Ginan. "Masih ada waktu, aku jawab dulu telepon dari Mama."

"Halo, Ma," sapa Hanna.

"Halo, Han. Kamu lagi sibuk nggak?" tanya Mama Ginan.

"Ini Hanna mau berangkat kerja, Ma. Ada apa, ya?"

"Loh, kamu kerja sekarang? Di mana? Kenapa nggak ngomong ke mana atau papa?" cecar Mama Ginan.

"Hanna cuma cari kesibukan aja, kok, Ma. Di rumah juga nggak ada kerjaan, mending Hanna kerja aja biar nggak bosan di rumah," ucap Hanna.

"Ya sudahlah, selagi kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan saat ini, mama cuma bisa dukung kamu. Oh, ya, nanti kalau ada waktu, tolong ke sini, ya. Ada yang mau dibicarakan sama kamu," tutur Mama Ginan.

"Iya, Ma. Nanti sepulang kerja, Hanna ke sana. Kalau gitu Hanna tutup dulu teleponnya, soalnya mau berangkat kerja."

"Iya, Han. Hati-hati di jalan!"

Setelah panggilan berakhir, Hanna segera masuk mobil dan melajukan kendaraannya menuju kantor. Dengan kecepatan sedang, dia membelah jalanan pagi yang belum terlalu ramai, sehingga dia bisa sampai kantor tepat waktu.

Sesampainya di kantor, Hanna segera masuk ke ruangannya dan memeriksa beberapa jadwal baru Ardiansyah. Namun, baru hendak membuka pintu ruangan, dia sudah dipanggil Arga yang memintanya ke ruangan Ardiansyah.

"Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Hanna dengan sopan.

"Buatkan saya kopi, tapi jangan terlalu manis," ucap Ardiansyah tanpa melihat lawan bicaranya.

Hanna terlihat bingung, tetapi dia menuruti permintaan atasannya itu. "Baik, Pak."

Ketika Hanna akan berbalik, gerakannya terhenti karena permintaan Ardiansyah. "Bawakan sarapan juga."

Hanna tak habis pikir dengan kelakuan atasannya itu, masih pagi dia sudah diuji kesabaran dengan permintaan Ardiansyah.

"Bukankah ada OB di kantor ini? Kenapa harus aku yang disuruh?" batin Hanna sambil melanjutkan langkah kakinya menuju pantry.

"Pak," panggil Arga.

"Hemm."

"Kenapa Anda tidak bilang pada saya jika ingin kopi dan sarapan? Biasanya 'kan ada OB yang mengantar ke sini," ucap Arga dengan hati-hati.

"Tidak apa-apa. Biar dia ada kerjaan lain," balas Ardiansyah sekenanya.

Arga tak lagi melanjutkan ucapannya karena sudah bisa dipastikan atasannya ini banyak sekali alasan jika sudah berdebat.

Sepuluh menit kemudian, Hanna kembali dengan membawa nampan yang berisi secangkir kopi serta dua buah roti bakar.

"Ini, Pak. Silakan, dinikmati," ucap Hanna layaknya pelayan, sembari meletakkan secangkir kopi dan roti bakar tadi di atas meja.

Saat Hanna hendak kembali ke ruangannya, lagi-lagi suara Ardiansyah mengurungkan niatnya.

"Periksa kerjaan saya selagi saya sarapan," titah Ardiansyah sambil menunjuk laptop.

"Baik, Pak." Hanna hendak mengambil laptop milik Ardiansyah, tetapi tangannya langsung dicekal.

"Kerjakan di sini, biar saya sarapan di sofa." Tanpa mendengar jawaban ataupun bantahan Hanna, Ardiansyah beranjak berdiri kemudian duduk di sofa sambil menikmati secangkir kopi dan roti bakar.

Sementara Hanna menatap Arga seolah meminta pertolongan, tetapi Arga hanya menggeleng dan mengendikkan bahunya. Akhirnya, mau tak mau Hanna harus duduk di kursi kebesaran Ardiansyah dan mulai memeriksa satu persatu pekerjaan sang atasan.

...****************...

Sementara di tempat lain, Wildan yang mengetahui jika sang adik yang menggantikan posisinya sebagai CEO langsung mendatangi di ruangannya.

"Oh, jadi ini alasanmu pulang? Ingin menduduki posisi CEO di sini," bentak Wildan.

Adnan sama sekali tak terpancing oleh kemarahan kakaknya itu, dia justru tampak tenang dan santai. "Apa Anda tak paham sopan santun dan etika, Tuan Wildan? Setidaknya ketuk pintu lebih dulu sebelum masuk ruangan saya."

"Nggak usah banyak omong kamu! Dari awal aku sudah curiga, kamu pulang tiba-tiba lalu tanpa bicara papa telah menurunkan jabatanku di sini. Itu pasti karena kamu yang meminta pada papa 'kan?"

"Ck, sungguh picik sekali pikiran Anda. Untuk apa saya merebut jabatan Anda? Bahkan, tanpa merebut pun saya juga bisa berada di posisi saat ini," ucap Adnan.

"Harusnya Anda itu berpikir, kenapa jabatan Anda diturunkan? Itu karena Anda yang tak becus sebagai pemimpin. Mau jadi apa perusahaan ini kalau pimpinannya saja tak bertanggung jawab sama sekali dan tidak mencerminkan sebagai pemimpin yang baik?"

Adnan berjalan dan berdiri di hadapan sang kakak sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Perlu Anda tahu, jika pemilik saham terbesar di perusahaan ini adalah saya. Jadi, tidak ada salahnya 'kan jika saya berada di sini sekarang? Silakan, keluar jika tak ada lagi yang dibicarakan karena saya sangat sibuk!"

Adnan kembali duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Wildan hanya bisa memendam emosi yang ingin sekali dia luapkan, tetapi hanya mampu ditahan karena situasi yang tak memungkinkan.

Wildan keluar dari ruangan Adnan dan menutup pintu dengan sangat kasar, hingga menimbulkan bunyi dentuman.

"Ini baru permulaan, Kak. Masih ada kejutan lagi yang akan menantimu dan pastinya kamu akan berpikir seribu kali untuk bertindak seenaknya," gumam Adnan sembari tersenyum sinis.

Sebelum kejadian di mana Hanna mengetahui postingan Novita waktu itu, Adnan telah meminta orang kepercayaannya untuk mencari tahu tentang siapa Novita sebenarnya.

Sesuai dugaannya, jika wanita itu merupakan istri kedua kakaknya. Dan tanpa sepengetahuan Hanna maupun kedua orang tuanya, Wildan telah menyiapkan saham yang akan diberikan kepada calon penerusnya, yakni anaknya dengan Novita.

Untung saja, Adnan sudah berhasil mendapatkan berkas saham itu, sehingga dengan mudah dia membalikkan nama atas kepemilikan saham tersebut menjadi nama Hanna. Tanda tangan dari Wildan pun mudah dia dapatkan melalui sekertaris sang kakak yang kebetulan hendak meminta tanda tangan untuk dokumen penting.

Adnan memang belum menikah, tetapi dia sangat mengerti bagaimana perasaan Hanna ketika harus menerima pernikahan suaminya. Hidup dalam satu atap, bahkan Wildan bersikap tak adil dengan lebih memprioritaskan istri barunya, ketimbang Hanna yang setia mendampingi di saat Wildan susah hingga bisa sukses menduduki posisi CEO.

"Maafkan aku, Mbak, jika terlalu ikut campur akan masalahmu. Aku hanya ingin membantumu merebut hak yang seharusnya menjadi milikmu, bukan wanita jalang itu. Akan aku pastikan dua manusia itu tak akan hidup tenang selama kamu belum bisa mendapatkan hakmu sepenuhnya," ucap Adnan.

Dia sangat menyayangi Hanna layaknya kakak kandung, tak ada sedikit pun rasa lain selain rasa sayang sebagai saudara. Karena baginya Hanna adalah kakak terbaik yang hadir di tengah-tengah keluarga Riswan.

Terpopuler

Comments

Kocikk

Kocikk

oooh...
kurain Adnan menyimpang hehe.. punya perasaan lebih 😁😁

2024-11-03

1

niktut ugis

niktut ugis

ortu & adik nya Wildan sangat baik

2025-03-21

1

guntur 1609

guntur 1609

alhamdulillah k3luarga wildan semua ya mendukung hana

2024-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenyataan Pahit
2 Bab 2. Tak Lagi Sama
3 Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4 Bab 4. Kepulangan Adnan
5 Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6 Bab 6. Amarah Hanna
7 Bab 7. Wildan Yang Malang
8 Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9 Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10 Bab 10. Bertemu Novita
11 Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12 Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13 Bab 13. Ipar Menyebalkan
14 Bab 14. ( Tanpa Judul )
15 Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16 Bab 16. Lembaran Baru
17 Bab 17. Kebohongan Novita
18 Bab 18. Pengaggum Rahasia
19 Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20 Bab 20. Senjata Makan Tuan
21 Bab 21. Gegana
22 Bab 22. Orang Tak Dikenal
23 Bab 23. Terjebak Perjanjian
24 Bab 24. Rencana Licik Novita
25 Bab 25. PMS
26 Bab 26. Wildan vs Frans
27 Bab 27. Welcome Baby Sean
28 Bab 28. Siapa Ibunya?
29 Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30 Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31 Bab 31. Keikhlasan Hati
32 Bab 32. Permintaan Novita
33 Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34 Bab 34. Adakah Harapan?
35 Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36 Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37 Bab 37. Marry Me?
38 Bab 38. Hanya Milikku
39 Bab 39. Curcol
40 Bab 40. Menggapai Restu Atika
41 Bab 41. Canggung
42 Bab 42. Meminta Restu
43 Bab 43. Cemburu?
44 Bab 44. Cemburu? Part 2
45 Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46 Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47 Bab 47. Kabar Duka
48 Bab 48. Kabar Duka part 2
49 Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50 Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51 Bab 51. Hari Yang Dinanti
52 Bab 52. Lamaran
53 Bab 53. Undangan Pernikahan
54 Bab 54. Sah
55 Bab 55. Honeymoon
56 Bab 56. Honeymoon 2
57 Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58 Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59 Bab 59. Kado Terindah
60 Bab 60. Kado Terindah part 2
61 Bab 61. Siaga
62 Bab 62. Ending
63 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kenyataan Pahit
2
Bab 2. Tak Lagi Sama
3
Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4
Bab 4. Kepulangan Adnan
5
Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6
Bab 6. Amarah Hanna
7
Bab 7. Wildan Yang Malang
8
Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9
Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10
Bab 10. Bertemu Novita
11
Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12
Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13
Bab 13. Ipar Menyebalkan
14
Bab 14. ( Tanpa Judul )
15
Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16
Bab 16. Lembaran Baru
17
Bab 17. Kebohongan Novita
18
Bab 18. Pengaggum Rahasia
19
Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20
Bab 20. Senjata Makan Tuan
21
Bab 21. Gegana
22
Bab 22. Orang Tak Dikenal
23
Bab 23. Terjebak Perjanjian
24
Bab 24. Rencana Licik Novita
25
Bab 25. PMS
26
Bab 26. Wildan vs Frans
27
Bab 27. Welcome Baby Sean
28
Bab 28. Siapa Ibunya?
29
Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30
Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31
Bab 31. Keikhlasan Hati
32
Bab 32. Permintaan Novita
33
Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34
Bab 34. Adakah Harapan?
35
Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36
Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37
Bab 37. Marry Me?
38
Bab 38. Hanya Milikku
39
Bab 39. Curcol
40
Bab 40. Menggapai Restu Atika
41
Bab 41. Canggung
42
Bab 42. Meminta Restu
43
Bab 43. Cemburu?
44
Bab 44. Cemburu? Part 2
45
Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46
Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47
Bab 47. Kabar Duka
48
Bab 48. Kabar Duka part 2
49
Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50
Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51
Bab 51. Hari Yang Dinanti
52
Bab 52. Lamaran
53
Bab 53. Undangan Pernikahan
54
Bab 54. Sah
55
Bab 55. Honeymoon
56
Bab 56. Honeymoon 2
57
Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58
Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59
Bab 59. Kado Terindah
60
Bab 60. Kado Terindah part 2
61
Bab 61. Siaga
62
Bab 62. Ending
63
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!