Bab 7. Wildan Yang Malang

Wildan mengemudikan mobilnya membelah jalanan kota, tak tahu arah dan tujuan yang harus disinggahi. Dirinya benar-benar ditimpa kemalangan yang tak ada hentinya. Setelah digugat cerai Hanna, papanya menelepon dan mengatakan jika jabatannya di perusahaan diturunkan menjadi karyawan biasa. Semua fasilitas yang diberikan papanya pun turut diambil, hanya tersisa sebuah mobil dan ATM yang entah berapa isi saldonya saat ini.

Dia mengira jika setelah menikah dengan Novita yang dianggapnya dapat memberikan keturunan yang akan menjadi pewaris di keluarganya, ternyata harus berakhir sebaliknya.

" Mas, kita mau ke mana sebenarnya? Dari tadi cuma keliling jalanan," protes Novita.

"Diamlah! Jangan membuatku semakin pusing karena mendengar ocehanmu itu!" sentak Wildan.

Novita langsung terdiam tanpa berani membantah ucapan sang suami. Hatinya terasa sakit karena sikap sang suami yang kini menjadi pemarah setelah Hanna menggugat cerai dan mengusirnya dari rumah.

Andai tahu hidup yang dijalaninya akan seperti ini, mungkin dia akan berpikir seribu kali untuk menjadi istri kedua. Dulu dia beranggapan bahwa setelah menikah dengan Wildan dan bisa memberikan keturunan, hidupnya akan semakin terjamin tanpa harus susah payah dia bekerja. Namun, pada kenyataannya hal sebaliknya yang dia rasakan, semua berawal dari postingannya di sosmed.

Setelah lelah mengelilingi jalanan kota, Wildan pun menepikan mobilnya di sebuah kedai makanan. Dia ingin membeli minuman dingin sekalian mencari info rumah kontrakan. Karena tak mungkin juga dia harus menginap di hotel dengan jangka waktu yang tak bisa ditentukan.

Novita lebih banyak diam dan mengikuti ke mana pun suaminya pergi, dia tak ingin membuat suaminya marah hanya karena dia membuka suara. Suami yang selalu meratukannya, memanjakannya dengan penuh kasih sayang, kini telah berubah.

Puas melegakan dahaga, Wildan menuju kasir untuk membayar minumannya dan bertanya tentang rumah kontrakan yang ada di sekitar sana. Seolah semesta mendukungnya, kasir kedai itu memberitahu jika ada rumah yang dikontrakkan tak jauh dari kedai tersebut. Jaraknya sekitar 500 meter dari kedai.

Tak ingin membuang waktu lama, Wildan segera menancap gas menuju alamat yang ditunjukkan kasir tadi. Setelah menempuh jarak 500 meter, dia bisa melihat ada sebuah rumah yang tak terlalu besar. Di depan rumah itu terdapat tulisan jika rumah tersebut dikontrakkan. Dia segera menghubungi nomor yang tertera di papan tulisan itu.

Panggilannya langsung mendapat jawaban dari orang yang dia hubungi, Wildan pun menjelaskan maksudnya yang ingin mengontrak rumah tersebut. Si pemilik rumah pun meminta Wildan untuk menunggu kedatangannya. Dan benar saja, 15 menit kemudian seorang pria paruh baya mendekati Wildan.

Mereka berbincang-bincang mengenai rumah yang akan dikontrak. Pemilik rumah mengatakan jika rumah itu sudah lengkap dengan perabotan, listrik, dan air PAM. Setelah menentukan harga perbulannya, Wildan pun setuju untuk mengontrak rumah itu. Setidaknya dia ada tempat untuk berteduh sampai dia bisa membeli rumah sendiri, meski dia tak tahu kapan bisa membelinya.

...****************...

Di kediaman Hanna, Atika dan suaminya berkunjung menemui Hanna. Karena sejak dia memberi tahu perihal postingan Novita, Atika merasa tak tenang saat adiknya pamit pulang dengan memendam amarah.

"Kakak kenapa nggak bilang kalau mau ke sini? Aku 'kan jadi bisa masak buat kalian," ucap Hanna.

"Kita tadi kebetulan lewat sekitar sini, makanya mampir sekalian," jelas Atika yang tak sepenuhnya benar, lebih tepatnya beralasan.

"Kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Atika sambil menyentuh tangan sang adik.

"Seperti yang Kakak lihat, aku baik-baik aja," jawab Hanna sambil tersenyum.

"Suami kamu di mana? Kerja? Atau di rumah simpanannya?" tanya Atika lagi.

"Oh, dia nggak ada di rumah karena aku sudah mengusir mereka," jawab Hanna dengan tenang.

"Hah?" Atika dan suaminya terkejut dengan jawaban Hanna yang terlihat tanpa beban.

"Serius, kamu ngusir mereka?" tanya Andrean, sedangkan Atika masih menatap tak percaya adiknya bisa se-barbar itu.

"Iya, dong. Buat apa menampung orang-orang yang tak tahu diri? Yang ada aku malah rugi banyak. Sudah nasibnya ngenes, dijadiin omongan orang karena dipoligami, eh, tinggal seatap pula," tutur Hanna.

"Maksudku, ini rumah milik Wildan bukan?" tanya Andrean.

"Ya, awalnya memang rumah ini yang beli dia sebagai mahar pernikahan, tapi di dalam sertifikat nama pemilik sahnya adalah aku. Jadi, nggak salah 'kan kalau aku mengusir mereka dari rumah ini?"

Andrean menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan adik iparnya yang seberani itu.

"Mas, coba cubit tanganku! Aku lagi nggak mimpi 'kan?" pinta Atika.

"Aduh, sakit, Hanna," rintih Atika ketika pipinya justru dicubit oleh Hanna.

"Berarti Kakak nggak mimpi," ucap Hanna tanpa rasa bersalah telah mencubit sang kakak.

"Ya ampun, papa, mama, anak bungsumu yang dulu bagai bidadari sekarang seperti macan betina," celetuk Atika yang membuat Hanna langsung melotot, sedangkan Andrean tak dapat menahan tawanya karena celetukkan sang istri.

"Sadis sekali dirimu, Kak. Menyamakan aku dengan macan betina," ucap Hanna dengan ekspresi seolah bersedih.

"Dasar tukang drama," ujar Atika sambil melempar bantal sofa pada Hanna.

"Wle, nggak kena," ejek Hanna sambil sedikit menjulurkan lidahnya.

**

Pagi yang cerah, secerah suasana hati Hanna saat ini. Rumah yang beberapa waktu terakhir bak penjara kini sudah terasa tenang seperti dulu. Dia pun bisa leluasa melakukan aktivitas apa pun di rumah itu tanpa ada pemandangan dua manusia yang menganggu penglihatannya.

Pagi ini dia berencana akan bertemu Annisa karena sepertinya dia akan menerima tawaran dari teman kecilnya itu. Daripada hanya berdiam diri di rumah sendiri, lebih baik dia menyibukkan diri dengan bekerja, meski tanpa harus lelah bekerja dia pun punya penghasilan.

Tepat saat dia ingin mengunci pintu rumah, suara deru mobil yang tak asing mengusik pendengarannya. Sudah bisa ditebak siapa yang datang pagi ini.

"Hanna," panggil Wildan sambil berjalan ke arah Hanna yang hendak membuka pintu mobil.

"Tunggu, aku mau bicara!" pinta Wildan seraya mencekal pergelangan tangan Hanna.

"Sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Jadi, jangan pernah menemuiku lagi," ucap Hanna.

"Han, aku mohon! Kita bicarakan baik-baik masalah kemarin. Aku janji akan bersikap adil dan aku pastikan Novita tidak akan berbuat ceroboh lagi."

Hanna tersenyum sinis lalu berkata, "Sayangnya aku tidak tertarik dengan ucapanmu itu, Tuan Wildan. Jangan membuang waktu berhargaku hanya untuk mendengar bualanmu itu! Karena itu sama sekali tak akan mengubah keputusanku untuk bercerai darimu."

"Silakan, pergi dari sini! Karena aku tak ada waktu untuk meladeni omong kosongmu," pungkas Hanna, mengusir Wildan dari rumahnya.

Mau tak mau Wildan pun pergi dari sana, harapannya dapat membujuk Hanna harus kandas. Karena Hanna tetap kukuh pada keputusannya untuk bercerai.

Terpopuler

Comments

niktut ugis

niktut ugis

baru kali ini baca novel tokoh si pelakor di musuhin keluarga lelaki & keren nya keluarga lelaki menonaktifkan semua fasilitas pada anaknya

2025-03-21

1

Jetty Eva

Jetty Eva

😆😆😆...selagi ada harta..kamu dimanjain..abs harta kamu dibuangin😆😆😆

2025-04-01

1

Indah Rohmiatun

Indah Rohmiatun

bagaimana Wildan enak di cuekin ,biar tau rasa itu si wildan dan pelakor tak tau diri itu

2025-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenyataan Pahit
2 Bab 2. Tak Lagi Sama
3 Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4 Bab 4. Kepulangan Adnan
5 Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6 Bab 6. Amarah Hanna
7 Bab 7. Wildan Yang Malang
8 Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9 Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10 Bab 10. Bertemu Novita
11 Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12 Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13 Bab 13. Ipar Menyebalkan
14 Bab 14. ( Tanpa Judul )
15 Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16 Bab 16. Lembaran Baru
17 Bab 17. Kebohongan Novita
18 Bab 18. Pengaggum Rahasia
19 Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20 Bab 20. Senjata Makan Tuan
21 Bab 21. Gegana
22 Bab 22. Orang Tak Dikenal
23 Bab 23. Terjebak Perjanjian
24 Bab 24. Rencana Licik Novita
25 Bab 25. PMS
26 Bab 26. Wildan vs Frans
27 Bab 27. Welcome Baby Sean
28 Bab 28. Siapa Ibunya?
29 Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30 Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31 Bab 31. Keikhlasan Hati
32 Bab 32. Permintaan Novita
33 Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34 Bab 34. Adakah Harapan?
35 Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36 Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37 Bab 37. Marry Me?
38 Bab 38. Hanya Milikku
39 Bab 39. Curcol
40 Bab 40. Menggapai Restu Atika
41 Bab 41. Canggung
42 Bab 42. Meminta Restu
43 Bab 43. Cemburu?
44 Bab 44. Cemburu? Part 2
45 Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46 Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47 Bab 47. Kabar Duka
48 Bab 48. Kabar Duka part 2
49 Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50 Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51 Bab 51. Hari Yang Dinanti
52 Bab 52. Lamaran
53 Bab 53. Undangan Pernikahan
54 Bab 54. Sah
55 Bab 55. Honeymoon
56 Bab 56. Honeymoon 2
57 Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58 Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59 Bab 59. Kado Terindah
60 Bab 60. Kado Terindah part 2
61 Bab 61. Siaga
62 Bab 62. Ending
63 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kenyataan Pahit
2
Bab 2. Tak Lagi Sama
3
Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4
Bab 4. Kepulangan Adnan
5
Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6
Bab 6. Amarah Hanna
7
Bab 7. Wildan Yang Malang
8
Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9
Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10
Bab 10. Bertemu Novita
11
Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12
Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13
Bab 13. Ipar Menyebalkan
14
Bab 14. ( Tanpa Judul )
15
Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16
Bab 16. Lembaran Baru
17
Bab 17. Kebohongan Novita
18
Bab 18. Pengaggum Rahasia
19
Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20
Bab 20. Senjata Makan Tuan
21
Bab 21. Gegana
22
Bab 22. Orang Tak Dikenal
23
Bab 23. Terjebak Perjanjian
24
Bab 24. Rencana Licik Novita
25
Bab 25. PMS
26
Bab 26. Wildan vs Frans
27
Bab 27. Welcome Baby Sean
28
Bab 28. Siapa Ibunya?
29
Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30
Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31
Bab 31. Keikhlasan Hati
32
Bab 32. Permintaan Novita
33
Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34
Bab 34. Adakah Harapan?
35
Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36
Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37
Bab 37. Marry Me?
38
Bab 38. Hanya Milikku
39
Bab 39. Curcol
40
Bab 40. Menggapai Restu Atika
41
Bab 41. Canggung
42
Bab 42. Meminta Restu
43
Bab 43. Cemburu?
44
Bab 44. Cemburu? Part 2
45
Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46
Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47
Bab 47. Kabar Duka
48
Bab 48. Kabar Duka part 2
49
Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50
Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51
Bab 51. Hari Yang Dinanti
52
Bab 52. Lamaran
53
Bab 53. Undangan Pernikahan
54
Bab 54. Sah
55
Bab 55. Honeymoon
56
Bab 56. Honeymoon 2
57
Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58
Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59
Bab 59. Kado Terindah
60
Bab 60. Kado Terindah part 2
61
Bab 61. Siaga
62
Bab 62. Ending
63
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!