Bab 6. Amarah Hanna

Suara hentakan heels mengiringi setiap langkah Hanna yang memasuki rumah dengan tergesa-gesa, tanpa dia sadari mertua dan Adnan rupanya turut mengikuti. Sejak di rumah Atika tadi, mereka melihat Hanna yang seperti menahan amarah.

"Novita!" teriak Hanna dengan lantang.

"Novita! Keluar kamu!" ulang Hanna dengan nada yang sangat tinggi.

Karena yang dipanggil tak kunjung menampakkan batang hidungnya, Hanna langsung menerobos ke kamar Novita. Hanna membuka pintu dengan sangat keras, untungnya pintu tak dikunci. Emosinya semakin meluap tatkala melihat sepasang suami istri itu tidur tanpa sehelai benang pun.

"Bangun kalian!" Teriak Hanna sambil menarik selimut yang menutupi tubuh polos keduanya.

"Hanna, apa-apaan kamu?" bentak Wildan.

"Diam kamu, Mas! Aku hanya ada urusan dengan wanita tak tahu diri ini," ucap Hanna dengan lantang seraya menunjuk Novita.

Satu tamparan dilayangkan Hanna pada pipi kiri Novita, dia sudah tak kuasa menahan amarah yang telah memenuhi rongga dadanya.

"Apa yang kamu lakukan, Han?" bentak Wildan yang tanpa sadar juga menampar balik Hanna.

"Han, a-aku nggak ...."

Hanna mengangkat tangannya mengisyaratkan Wildan untuk tak melanjutkan ucapannya.

"Hanna, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Mama Ginan yang ternyata sudah ada di ambang pintu lalu mendekati sang menantu.

Mama Ginan sangat terkejut melihat pipi kiri Hanna yang terlihat memerah dengan cap tangan seseorang. Beliau langsung menatap tajam putranya yang tak berani melihat ke arah mamanya.

"Apa seperti ini ajaran orang tuamu, Wil? Apa mama dan papa mengajarkanmu untuk main tangan pada orang, hah?" tanya Mama Ginan penuh penekanan.

"Ma, Wildan nggak sadar menampar Hanna karena melihat Novita ditampar,' sanggah Wildan.

"Oh, jadi kamu lebih membela wanita murahan itu dibanding istri sahmu sendiri? Iya?"

"Dengar, ya, Wil! Harusnya kamu cari tau alasan Hanna yang menampar istri kesayanganmu itu karena apa. Mama kenal betul dengan Hanna, dia tidak akan semarah ini jika tidak ada penyebabnya," jelas Mama Ginan.

Mama Ginan menatap Hanna yang masih terlihat menahan amarah.

"Sekarang katakan, Han, apa yang membuat kamu semarah ini!" pinta Mama Ginan.

Sebelum mulai menjelaskan, Hanna menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan untuk mengontrol emosinya.

"Sebelumnya aku minta jangan ada yang bersuara selagi aku berbicara dengan wanita tak tahu diri ini."

Hanna menghadap Novita yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya, dia mencengkeram kedua pipi madunya agar menatap matanya.

"Kamu itu memang wanita yang tak tahu malu dan tak tahu diri. Selama ini aku diam dan berusaha menutup aib rumah tanggaku dan kebusukan kalian, tapi kenyataannya kamu telah mencoreng wajahku dengan kelakuan bodohmu itu. Sebegitu banggakah kamu menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku? Sebangga itukah kamu telah berhasil menjadi istri kedua seorang Wildan Gustian?"

"Karena kebodohanmu, semua orang tahu akan aib rumah tanggaku. Mereka tahu betapa menyedihkannya nasibku yang dikalahkan oleh wanita macam kamu. Baiklah, sepertinya memang semua harus berakhir sampai di sini," lanjut Hanna.

"Apa maksudmu, Han?" sela Wildan.

"Kamu tanya apa maksudku? Aku ingin mengakhiri pernikahan ini, agar aku bisa bebas dari kelakuan busuk kalian," jelas Hanna.

"Kasih aku alasan kenapa kamu meminta berpisah?" pinta Wildan.

Hanna tersenyum sinis lalu mengambil ponselnya. "Sepertinya, suami kesayanganmu ini belum tahu tentang kebodohan yang kamu lakukan, Novita," ucap Hanna.

"Lihat dan baca baik-baik!" Hanna menyodorkan ponselnya pada Wildan, agar sang suami mengetahui alasan dibalik kemarahannya dan permintaannya untuk berpisah.

Dalam ponsel itu memperlihatkan postingan dari akun Novita yang menandai akun milik Wildan. Terpampang jelas dalam postingan tersebut, foto punggung tangan Novita yang memakai cincin di jari manisnya, yang disertai ucapan terima kasih.

Rupanya dalam postingan tersebut sudah ramai dikomentari oleh teman- teman Wildan, rekan kerja Hanna, kerabat orang tua Wildan, dan Atika, kakak Hanna. Dari sekian banyak komen, yang terlihat hanya hujatan dan makian untuk Wildan.

"Sekarang sudah tahu 'kan alasanku meminta pisah. Dan kamu masih ingat bukan, saat aku bilang aku akan bertahan sampai aku benar-benar lelah dan ingin mengakhiri semuanya. Inilah puncak kesabaranku, besok aku akan ajukan gugatan ke pengadilan. Aku harap kamu tak mempersulit prosesnya," jelas Hanna.

......................

Keesokan paginya, Hanna menggedor pintu kamar Novita dengan membawa sebuah map di tangan.

"Ada apa, Han?" tanya Wildan setelah membuka pintunya.

"Ada yang mau aku bicarakan," jawab Hanna lalu menerobos masuk kamar.

"Langsung aja, ya. Aku cuma mau bilang, kalian harus keluar dari rumah ini. Karena rumah ini adalah hakku, jadi kalian sudah tidak bisa tinggal di sini lagi," ucap Hanna.

"Nggak bisa gitu, dong, Han. Rumah ini aku yang beli sebelum kita menikah," protes Wildan.

"Kamu lupa, kalau rumah ini adalah mahar yang kamu berikan untuk aku dan sertifikat rumah ini juga sudah atas namaku. Jadi, aku punya hak penuh untuk mengusir kalian dari sini," jelas Hanna dengan senyum sinisnya.

"Aku beri waktu 1x24 jam, jika kalian belum meninggalkan rumah ini maka jangan salahkan aku kalau aku harus memakai cara yang sedikit kasar untuk mengusir kalian."

Setelah mengatakan itu Hanna keluar dari kamar dan bersiap untuk mendaftarkan gugatan perceraiannya di pengadilan.

Saat sedang bersiap, ponsel yang berada di atas nakas berdering. Hanna segera mengambil ponsel dan melihat siapa yang meneleponnya.

"Halo, Sa. Tumben pagi-pagi telepon," ucap Hanna.

"Kamu jadi ngelamar kerja nggak? Barusan aku dapat informasi dari temen yang aku ceritain ke kamu waktu itu, katanya ada lowongan jadi sekertaris," ujar Annisa.

"Em, aku pikir-pikir dulu, soalnya aku masih mau ngurus perceraianku," terang Hanna.

"Jadi, beneran kamu mau cerai, Han?" tanya Annisa memastikan.

"Iya, percuma juga aku bertahan, toh udah keumbar juga aib rumah tanggaku," jawab Hanna.

"Oh, terserah kamu aja gimana baiknya. Aku cuma bisa kasih support dan doa buat kamu."

"Iya, makasih banyak, Sa."

Selesai menerima telepon dari Annisa, Hanna segera berangkat ke pengadilan sebelum hari semakin siang.

Sementara di kamar, Wildan dibuat uring-uringan karena harus keluar dari rumah itu. Dia bingung harus pergi ke mana, secara apartemen pemberian orang tuanya sudah dijual. Mau tinggal di rumah orang tuanya juga nggak mungkin.

"Mas, kamu kenapa?" tanya Novita.

"Kita harus secepatnya pergi dari sini," jawab Wildan.

"Loh, kenapa? Bukannya ini rumah kamu?"

"Iya, rumah ini memang aku yang beli, tapi sertifikat rumah ini atas nama Hanna. Dan dia minta kita untuk segera keluar dari sini," jelas Wildan.

"Terus kita bakal tinggal di mana? Masa kita tinggal di pinggir jalan," keluh Novita.

"Andai kamu nggak bikin masalah, ini semua nggak akan terjadi," ujar Wildan dengan ketus.

"Kok, kamu malah nyalahin aku, sih."

"Terus aku harus nyalahin siapa? Kalau aja kamu nggak ceroboh bikin postingan di sosmed, kita nggak bakalan diusir dari sini dan Hanna juga nggak akan minta cerai," bentak Wildan.

Wildan keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan keras hingga menimbulkan dentuman. Sementara Novita hanya bisa pasrah dengan keadaan saat ini, dia akui ini memang terjadi karena kecerobohannya. Serumit ini ternyata menjadi istri kedua.

Terpopuler

Comments

niktut ugis

niktut ugis

di mana mana pelakor emang pembawa sial

2025-03-21

1

Jetty Eva

Jetty Eva

ENAK YA WIIIIL...😆😆😆😆

2025-04-01

1

Marlyne Lia Lyne

Marlyne Lia Lyne

pelakor novita gknush cari pembenaran yg jelas salah nikah sm suami orang.. ya nikmati jd susah hehehe.. pura pura baik ternyata musuh dlm selimut jg ya novita

2024-09-12

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenyataan Pahit
2 Bab 2. Tak Lagi Sama
3 Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4 Bab 4. Kepulangan Adnan
5 Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6 Bab 6. Amarah Hanna
7 Bab 7. Wildan Yang Malang
8 Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9 Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10 Bab 10. Bertemu Novita
11 Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12 Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13 Bab 13. Ipar Menyebalkan
14 Bab 14. ( Tanpa Judul )
15 Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16 Bab 16. Lembaran Baru
17 Bab 17. Kebohongan Novita
18 Bab 18. Pengaggum Rahasia
19 Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20 Bab 20. Senjata Makan Tuan
21 Bab 21. Gegana
22 Bab 22. Orang Tak Dikenal
23 Bab 23. Terjebak Perjanjian
24 Bab 24. Rencana Licik Novita
25 Bab 25. PMS
26 Bab 26. Wildan vs Frans
27 Bab 27. Welcome Baby Sean
28 Bab 28. Siapa Ibunya?
29 Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30 Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31 Bab 31. Keikhlasan Hati
32 Bab 32. Permintaan Novita
33 Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34 Bab 34. Adakah Harapan?
35 Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36 Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37 Bab 37. Marry Me?
38 Bab 38. Hanya Milikku
39 Bab 39. Curcol
40 Bab 40. Menggapai Restu Atika
41 Bab 41. Canggung
42 Bab 42. Meminta Restu
43 Bab 43. Cemburu?
44 Bab 44. Cemburu? Part 2
45 Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46 Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47 Bab 47. Kabar Duka
48 Bab 48. Kabar Duka part 2
49 Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50 Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51 Bab 51. Hari Yang Dinanti
52 Bab 52. Lamaran
53 Bab 53. Undangan Pernikahan
54 Bab 54. Sah
55 Bab 55. Honeymoon
56 Bab 56. Honeymoon 2
57 Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58 Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59 Bab 59. Kado Terindah
60 Bab 60. Kado Terindah part 2
61 Bab 61. Siaga
62 Bab 62. Ending
63 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kenyataan Pahit
2
Bab 2. Tak Lagi Sama
3
Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4
Bab 4. Kepulangan Adnan
5
Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6
Bab 6. Amarah Hanna
7
Bab 7. Wildan Yang Malang
8
Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9
Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10
Bab 10. Bertemu Novita
11
Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12
Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13
Bab 13. Ipar Menyebalkan
14
Bab 14. ( Tanpa Judul )
15
Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16
Bab 16. Lembaran Baru
17
Bab 17. Kebohongan Novita
18
Bab 18. Pengaggum Rahasia
19
Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20
Bab 20. Senjata Makan Tuan
21
Bab 21. Gegana
22
Bab 22. Orang Tak Dikenal
23
Bab 23. Terjebak Perjanjian
24
Bab 24. Rencana Licik Novita
25
Bab 25. PMS
26
Bab 26. Wildan vs Frans
27
Bab 27. Welcome Baby Sean
28
Bab 28. Siapa Ibunya?
29
Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30
Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31
Bab 31. Keikhlasan Hati
32
Bab 32. Permintaan Novita
33
Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34
Bab 34. Adakah Harapan?
35
Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36
Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37
Bab 37. Marry Me?
38
Bab 38. Hanya Milikku
39
Bab 39. Curcol
40
Bab 40. Menggapai Restu Atika
41
Bab 41. Canggung
42
Bab 42. Meminta Restu
43
Bab 43. Cemburu?
44
Bab 44. Cemburu? Part 2
45
Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46
Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47
Bab 47. Kabar Duka
48
Bab 48. Kabar Duka part 2
49
Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50
Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51
Bab 51. Hari Yang Dinanti
52
Bab 52. Lamaran
53
Bab 53. Undangan Pernikahan
54
Bab 54. Sah
55
Bab 55. Honeymoon
56
Bab 56. Honeymoon 2
57
Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58
Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59
Bab 59. Kado Terindah
60
Bab 60. Kado Terindah part 2
61
Bab 61. Siaga
62
Bab 62. Ending
63
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!