Bab 8. Siapa Lelaki Itu?

Saat ini Hanna sedang berada di perusahaan milik Annisa. Dia ingin berbicara secara langsung soal tawaran waktu itu.

"Jadi, kamu yakin mau terima pekerjaan itu, Han?" tanya Annisa.

"Iya, An. Setelah aku pikir-pikir, daripada di rumah nggak ada kerjaan mending cari kesibukan," jawab Hanna.

"Kamu bukannya ada bisnis, ya? Kenapa nggak ikut kelola bisnismu itu aja, daripada kerja dengan orang? 'Kan lebih santai kalau punya usaha sendiri," ucap Annisa.

"Iya, sih, tapi aku pengen cari suasana baru aja. Di samping itu, aku belum resmi cerai dari Mas Wildan dan bisnisku ini berkembang juga tanpa sepengetahuan dia," terang Hanna.

"Hah? Serius kamu? Terus gimana caramu memantau perkembangan bisnismu itu?" tanya Annisa yang cukup penasaran dengan Hanna.

"Aku serahkan semua ke Kak Atika, jadi nanti dia tinggal kasih tunjuk laporan pendapatan dan sebagainya. Aku sesekali mantau juga di saat nggak ada Mas Wildan," jelas Hanna.

"Luar biasa! Kamu menyembunyikan hal sebesar ini selama dua tahun tanpa ketahuan suami kamu. Sepertinya aku perlu belajar ke kamu, deh, Han," ucap Annisa disertai candaan.

"Buat apa belajar segala?"

"Ya, buat jaga-jaga aja biar kalau ditipu sama lelaki, aku nggak rugi banyak," ucap Annisa.

"Makanya, sebelum nikah harus berpikir seribu kali buat memantapkan pilihan. Pastikan kalau jodohmu itu benar-benar lelaki yang setia dan bertanggung jawab. Jangan sampai mengalami hal yang sama seperti aku," tutur Hanna sambil tersenyum kecut.

"Eh, Han, aku nggak bermaksud buat ngungkit masalah kamu," ucap Annisa yang tak enak hati.

"Enggak apa-apa, aku anak kuat nggak mungkin gampang ditindas," balas Hanna sambil merangkul Annisa.

"Udah, ah. Sekarang waktunya move on dari laki-laki macam Wildan, kamu harus mencari kebahagiaanmu sendiri," ucap Annisa memberi semangat pada Hanna.

"Tentu saja."

"Aku coba hubungi asisten Ardiansyah dulu buat tanya soal lowongan waktu itu masih atau enggak," ujar Annisa lalu berjalan menuju meja kerjanya dan mulai menghubungi asisten Ardiansyah.

Sambil menunggu Annisa selesai menelepon, Hanna menyibukkan diri dengan melihat aku sosial medianya yang hampir tak pernah dia buka.

Setelah masuk akun sosial medianya, dia dibuat terkejut dengan banyaknya DM masuk dan juga notifikasi yang menyebut nama akunnya pada sebuah kolom komentar.

Meski sudah tahu apa isi DM dan komen tersebut, tetapi Hanna memberanikan diri untuk membuka satu persatu. Isi DM tersebut kebanyakan dari teman-temannya yang menanyakan perihal postingan yang menandai akun Wildan. Lanjut membuka notifikasi dan benar saja, akunnya ditandai pada sebuah kolom komentar yang menanyakan hal yang sama.

"Ah, harusnya aku tak perlu membuka akun sosial mediaku," gumam Hanna lalu kembali menutup akun sosial medianya.

Tak berapa lama, Annisa menghampiri Hanna kembali.

"Sepertinya memang rezekimu, Han. Lowongan masih ada dan kamu diminta bertemu dengan Ardiansyah di restoran dekat kantornya, nanti asistennya yang akan share lokasinya," ucap Annisa.

"Oh, iya. Makasih banyak, An, udah mau bantuin aku," ujar Hanna sembari memeluk Annisa dari samping.

"Sama-sama, kapan pun kamu butuh bantuan, jangan sungkan buat kasih tahu aku. Karena kamu udah aku anggap seperti saudara sendiri," balas Annisa.

Kebersamaan yang sering mereka lalui semasa kecil, membuat rasa kasih sayang Hanna dan Annisa layaknya saudara kandung. Susah dan senang mereka lalui bersama hingga saat ini.

...****************...

Memasuki jam makan siang, Hanna sudah berada di restoran yang dimaksud oleh Ardiansyah. Sembari menunggu kedatangan Ardiansyah, Hanna telah memesan segelas jus alpukat.

"Maaf, sudah menunggu lama," ucap seorang pria yang baru datang sambil menarik kursi untuk duduk.

"Ah, iya, tidak apa-apa," jawab Hanna dengan sopan.

Pria itu menatap Hanna dengan tatapan yang seperti tengah mengintimidasi lawan.

"Sepertinya wajah Anda sangat tidak asing," ucap pria itu yang tak lain ialah Ardiansyah.

"Benarkah? Mungkin wajah saya memang pasaran," balas Hanna yang sedikit risih karena tatapan Ardiansyah.

"Syarifa Hanna," celetuk Ardiansyah.

"Ya, Anda tahu nama saya? Oh, pasti dari Annisa," duga Hanna.

"Bukan, tapi emang benar kalau nama Anda Syarifa Hanna 'kan?" tanya Ardiansyah memastikan.

"Iya, itu nama saya. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

"Kamu tak ingat denganku?" tanya Ardiansyah yang tak lagi berbicara secara formal.

Hanna tampak berpikir keras, apakah dia pernah bertemu pria di hadapannya ini sebelumnya? Akan tetapi, dia tak mengingat jika pernah bertemu pria ini.

"Maaf, sepertinya saya tidak ingat jika kita pernah bertemu," ucap Hanna dengan hati-hati.

"Astaga, kamu sungguh tak mengingatku, Han?" tanya Ardiansyah dan dijawab gelengan kepala oleh Hanna.

"Aku Ardiansyah Mahendra, temanmu sewaktu kuliah dulu," jelas Ardiansyah.

Mata Hanna seketika melotot mendengar penjelasan Ardiansyah sebab perbedaan yang cukup jauh, antara dulu dan sekarang. Jika dulu Ardiansyah selalu berpenampilan apa adanya dengan rambut yang gondrong, tetapi sekarang penampilannya lebih rapi dan .... tampan.

Hanna menggelengkan kepalanya karena tanpa sadar memuji pria lain, dalam hatinya dia sangat merutuki pikirannya.

"Han, Hanna, kamu kenapa?" tanya Ardiansyah.

"Eh, a-aku nggak apa-apa," jawab Hanna terbata-bata sambil memaksakan tersenyum.

"Syukurlah, aku kira kamu sakit," ucap Ardiansyah.

Tak jauh dari posisi mereka berada, Novita berdiri sambil menatap ke arah Hanna dan Ardiansyah. Karena posisi Ardiansyah yang membelakangi, dia pun tak bisa melihat dengan jelas wajah Ardiansyah.

"Itu 'kan Mbak Hanna. Sedang apa dia di sini? Dan siapa laki-laki yang duduk bersamanya?" batin Novita.

Ketika hendak menghampiri Hanna, ponsel Novita berdering sehingga mengurungkan niatnya tadi. Tertera di layar ponsel, nama Wildan yang meneleponnya.

Dia pun bergegas keluar dari restoran itu dan menjawab panggilan dari suaminya.

"Di mana kamu? Bukannya di rumah malah keluyuran seenaknya," bentak Wildan melalui panggilan telepon.

"A-aku cuma lagi nyari kerjaan, Mas. Ini bentar lagi juga mau pulang," jawab Novita.

"Cepetan pulang, sebelum aku semakin marah," titah Wildan disertai ancaman.

"I-iya, aku pulang sekarang."

Setelah mematikan panggilan telepon tadi, Novita segera bergegas pulang. Niatnya untuk menemui Hanna harus dia urungkan karena takut Wildan semakin marah jika tak segera dituruti perintahnya.

Hidupnya yang dulu terasa damai tanpa beban, kini berubah dalam sekejap mata menjadi bak di penjara. Suami yang dulu tak pernah sekali pun meninggikan suaranya, kini lebih sering marah dan emosi meski karena hal sepele. Ingin rasanya dia pergi dan menghilang dari kota ini, tetapi lagi-lagi dia tak ada tujuan untuk singgah.

Tak memiliki sanak saudara, membuat Novita semakin dilanda bimbang jika harus pergi dari kehidupan Wildan. Dia berharap hidupnya akan kembali membaik seperti dulu, agar tak semakin tersiksa dengan kehidupannya saat ini.

Terpopuler

Comments

Indah Rohmiatun

Indah Rohmiatun

syukurin loe novita makanya jgn jadi pelakor

2025-01-07

1

Diny Julianti (Dy)

Diny Julianti (Dy)

syukurin, makany jngn sok jadi pelakor, pgen bejek rasanya

2024-10-28

1

Koni Dwi N

Koni Dwi N

karma berlaku kan di dunia ini, siapa yg menyakiti psti akan tersakiti jg

2024-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenyataan Pahit
2 Bab 2. Tak Lagi Sama
3 Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4 Bab 4. Kepulangan Adnan
5 Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6 Bab 6. Amarah Hanna
7 Bab 7. Wildan Yang Malang
8 Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9 Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10 Bab 10. Bertemu Novita
11 Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12 Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13 Bab 13. Ipar Menyebalkan
14 Bab 14. ( Tanpa Judul )
15 Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16 Bab 16. Lembaran Baru
17 Bab 17. Kebohongan Novita
18 Bab 18. Pengaggum Rahasia
19 Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20 Bab 20. Senjata Makan Tuan
21 Bab 21. Gegana
22 Bab 22. Orang Tak Dikenal
23 Bab 23. Terjebak Perjanjian
24 Bab 24. Rencana Licik Novita
25 Bab 25. PMS
26 Bab 26. Wildan vs Frans
27 Bab 27. Welcome Baby Sean
28 Bab 28. Siapa Ibunya?
29 Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30 Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31 Bab 31. Keikhlasan Hati
32 Bab 32. Permintaan Novita
33 Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34 Bab 34. Adakah Harapan?
35 Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36 Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37 Bab 37. Marry Me?
38 Bab 38. Hanya Milikku
39 Bab 39. Curcol
40 Bab 40. Menggapai Restu Atika
41 Bab 41. Canggung
42 Bab 42. Meminta Restu
43 Bab 43. Cemburu?
44 Bab 44. Cemburu? Part 2
45 Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46 Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47 Bab 47. Kabar Duka
48 Bab 48. Kabar Duka part 2
49 Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50 Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51 Bab 51. Hari Yang Dinanti
52 Bab 52. Lamaran
53 Bab 53. Undangan Pernikahan
54 Bab 54. Sah
55 Bab 55. Honeymoon
56 Bab 56. Honeymoon 2
57 Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58 Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59 Bab 59. Kado Terindah
60 Bab 60. Kado Terindah part 2
61 Bab 61. Siaga
62 Bab 62. Ending
63 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kenyataan Pahit
2
Bab 2. Tak Lagi Sama
3
Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4
Bab 4. Kepulangan Adnan
5
Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6
Bab 6. Amarah Hanna
7
Bab 7. Wildan Yang Malang
8
Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9
Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10
Bab 10. Bertemu Novita
11
Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12
Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13
Bab 13. Ipar Menyebalkan
14
Bab 14. ( Tanpa Judul )
15
Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16
Bab 16. Lembaran Baru
17
Bab 17. Kebohongan Novita
18
Bab 18. Pengaggum Rahasia
19
Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20
Bab 20. Senjata Makan Tuan
21
Bab 21. Gegana
22
Bab 22. Orang Tak Dikenal
23
Bab 23. Terjebak Perjanjian
24
Bab 24. Rencana Licik Novita
25
Bab 25. PMS
26
Bab 26. Wildan vs Frans
27
Bab 27. Welcome Baby Sean
28
Bab 28. Siapa Ibunya?
29
Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30
Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31
Bab 31. Keikhlasan Hati
32
Bab 32. Permintaan Novita
33
Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34
Bab 34. Adakah Harapan?
35
Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36
Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37
Bab 37. Marry Me?
38
Bab 38. Hanya Milikku
39
Bab 39. Curcol
40
Bab 40. Menggapai Restu Atika
41
Bab 41. Canggung
42
Bab 42. Meminta Restu
43
Bab 43. Cemburu?
44
Bab 44. Cemburu? Part 2
45
Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46
Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47
Bab 47. Kabar Duka
48
Bab 48. Kabar Duka part 2
49
Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50
Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51
Bab 51. Hari Yang Dinanti
52
Bab 52. Lamaran
53
Bab 53. Undangan Pernikahan
54
Bab 54. Sah
55
Bab 55. Honeymoon
56
Bab 56. Honeymoon 2
57
Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58
Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59
Bab 59. Kado Terindah
60
Bab 60. Kado Terindah part 2
61
Bab 61. Siaga
62
Bab 62. Ending
63
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!