Bab 16. Lembaran Baru

Lembaran baru dan hidup baru Hanna lalui dengan suka cita, tak ada lagi beban ataupun perasaan yang mengganggu hati dan pikirannya. Dia telah legowo menerima semua yang terjadi dalam hidupnya, sebagai bentuk pelajaran hidup untuk ke depannya agar lebih baik lagi.

Seperti biasa, rutinitas kesehariannya bekerja untuk menghilangkan kejenuhan saat seperti ini. Pagi sekali dia sudah membuat sarapan sepotong roti panggang dan segelas susu, yang penting bisa mengganjal perutnya sampai waktu istirahat nanti.

Selesai sarapan, Hanna segera berangkat ke kantor. Selama 4 bulan bekerja, dia berusaha untuk tetap disiplin waktu dengan tidak datang terlambat. Setibanya di kantor, dia langsung mengisi absensi lalu bergegas ke ruangannya dan mulai bekerja.

Belakangan ini sebenarnya Hanna merasa heran dengan sikap Ardiansyah, biasanya pria itu akan menguji kesabarannya. Akan tetapi, hal itu tak dilakukan lagi dan sikapnya justru semakin dingin.

Namun, Hanna tak ambil pusing dengan perubahan sikap atasannya itu. Niatnya hanyalah bekerja agar bisa melupakan segala polemik di hidupnya.

Di sela-sela aktivitasnya, Hanna mendapat kabar jika kakaknya masuk rumah sakit. Dia pun segera menyelesaikan pekerjaannya, agar saat istirahat siang bisa menjenguk sang kakak.

Tak terasa pekerjaannya sudah selesai, tetapi waktu istirahat masih kurang 15 menit. Hanna memutuskan untuk memesan buah dan makanan untuk dibawa ke rumah sakit. Pukul 12 tepat, dia langsung menuju tempat parkir mobilnya dan bergegas ke rumah sakit.

Sementara itu, di sebuah rumah sakit yang sama dengan tempat kakak Hanna dirawat, Novita tengah berada di depan ruang dokter kandungan. Dia sedang menunggu antrian namanya dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.

Dengan perasaan cemas, Novita duduk dengan gelisah. Dia mencoba untuk berpikir positif tentang kondisinya, tetapi kilasan hal-hal buruk selalu menghantui.

"Semoga semua baik-baik saja. Aku nggak mau Mas Wildan semakin bersikap seenaknya," batin Novita.

"Nyonya Novita, silakan, masuk." Seorang suster telah memanggil nama Novita.

Novita lantas mengikuti suster tadi masuk ke ruangan dokter kandungan.

"Selamat siang, Nyonya. Silakan, duduk," ucap dokter dengan senyum ramahnya.

"Siang juga, Dok."

"Bisa dijelaskan keluhannya apa?"

"Begini, Dok. Saya sudah menikah hampir 4 bulan, tapi belum ada tanda-tanda positif hamil. Setiap telat datang bulan, saya selalu cek dengan tespect," jelas Novita.

"Baiklah, kita USG dulu untuk melihat kondisi di dalam rahim Anda."

Dokter membimbing Novita agar berbaring di ranjang. "Sebelumnya apa haid Anda lancar?"

"Tidak, Dok. Kadang tiga bulan sekali, tapi sekalinya haid perut bawah rasanya nyeri sekali," jawab Novita.

Dokter mengangguk sambil terus menggerakkan transducer untuk melihat kondisi rahim Novita. Setelah beberapa saat melakukan pemeriksaan, dokter kembali mengajak Novita duduk.

"Menurut hasil pemeriksaan tadi, ada benjolan berukuran cukup besar di rahim Anda. Dan kemungkinan benjolan itu merupakan kista, inilah yang menyebabkan Anda sulit untuk hamil."

Bak belati yang menancap di hati, Novita tak menyangka jika dirinya memiliki kista hingga menyebabkan dia sulit untuk hamil. Pikirannya benar-benar kalut, impiannya untuk segera memberikan keturunan pada sang suami harus pupus.

"Apa ada cara agar saya bisa hamil, Dok?" tanya Novita dengan suara bergetar.

"Harus dilakukan tindakan operasi pengangkatan kista, tapi itu tidak bisa membuat Anda langsung cepat hamil."

Novita tampak lemas mendengar penjelasan dokter. Entah harus mengatakan hal ini pada Wildan atau tidak, dia merasa bimbang. Rencananya untuk membuat sang suami melupakan mantan istrinya harus kandas sebelum dia memulainya.

**

Hanna berjalan tergesa-gesa menuju ruang rawat kakaknya. Tiba-tiba tanpa sengaja dia melihat Novita yang baru keluar dari rumah sakit dengan wajah sendu. Dia lantas bersembunyi agar mantan madunya itu tak melihat keberadaannya.

"Sedang apa dia di sini? Kenapa dia sendirian?" batin Hanna.

Dia pun segera melanjutkan langkahnya yang terhenti karena melihat Novita yang juga berada di rumah sakit. Setelah menemukan ruang rawat kakaknya, Hanna lantas masuk setelah mengetuk pintu.

"Kakak kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?" tanya Hanna setelah mencium kakaknya.

"Keenakan makan rujak sepulang nemenin kamu kemarin," jawab Atika seraya tersenyum hingga memerlihatkan deretan giginya.

"Lain kali kalau makan rujak, cabenya tambahin sekilo lagi," sindir Hanna yang sangat hafal dengan kesukaan sang kakak yang suka makan makanan pedas.

"Janji ini yang terakhir, Han. Jangan marah, ya?" Atika bergelayut manja di lengan sang adik dengan wajah memelas.

"Nggak usah ngerayu, gak bakal mempan juga," ucap Hanna sambil mengusap wajah kakaknya.

"Astaga, Hanna. Tega bener sama kakak sendiri."

Tak terasa sudah hampir satu jam Hanna mengobrol dengan kakaknya, dia pun berpamitan untuk kembali ke kantor karena jam istirahat sudah habis.

"Hanna pamit, ya, Kak. Cepat sembuh dan berhenti makan pedes lagi."

"Iya-iya bawel," ujar Atika sambil menyubit pipi sang adik.

Hanna bergegas menuju tempat parkir dan langsung melajukan mobilnya untuk kembali ke kantor. Saat di perjalanan, dia teringat belum sempat makan, makanan yang dipesannya tadi. Dan makanan itu masih di mobilnya sebab dia tadi hanya membawa parsel buah untuk kakaknya. Akhirnya, siang ini dia terpaksa menunda makan karena waktu yang sudah mepet.

Sesampainya di kantor, Hanna langsung masuk ruang kerjanya. Namun, alangkah kagetnya dia saat melihat buket bunga dan makanan di mejanya. Dia melihat sekitarnya, berharap ada orang yang bisa ditanyai.

"Buket dari siapa ini? Nggak ada nama pengirimnya, makanannya juga," gumam Hanna sambil membolak-balikkan buket yang dipegangnya.

Tak mau ambil pusing, Hanna menyingkirkan bujet dan makanan tadi ke meja dekat sofa agar tak mengganggunya saat bekerja. Nanti saat jam pulang, dia akan.bertanya pada OB yang biasa mengantar teh hangat ke ruangannya.

Siang perlahan berganti sore, Hanna merapikan meja kerjanya dan takupa mematikan komputernya. Setelah itu dia beranjak berdiri mengambil tas dan ponsel yang ada di loker meja. Saat akan menggapai handel pintu, dia teringat dengan buket dan makanan yang diletakkan di meja dekat sofa tadi.

Hanna langsung mengambil buket dan makanan itu lalu pergi menemui OB yang biasa ke ruangannya. Dengan langkah tergesa dia menuju pantry. Tepat ketika sudah di dekat pantry, dia melihat OB yang dimaksud hendak pulang juga.

"Eko, tunggu," panggil Hanna lalu berlari menghampiri Eko yang merupakan OB.

"Mbak Hanna, ada apa? Kelihatannya buru-buru sekali."

Hanna berdiri di depan Eko dengan napas terengah-engah. "Saya .... mau ...,"

"Ambil napas dulu, Mbak. Tarik napas panjang, hembuskan perlahan dari mulut," ucap Eko ketika perkataan Hanna terputus.

Hanna pun melakukan apa yang diucapkan Eko, setelah bisa bernapas normal dia langsung mulai bertanya, "Apa kamu tadi yang mengantar buket bunga dan makanan ini ke ruangan saya?"

Eko melihat buket bunga dan makanan yang ada di tangan Hanna, sambil mengingat sesuatu. "Oh, iya, Mbak. Soalnya tadi ada yang kirim itu dan dititipkan ke resepsionis. Setelah saya tanya, ternyata untuk Mbak Hanna, makanya saya taruh di meja kerja Mbak Hanna langsung."

"Kira-kira kamu kenal orangnya nggak? Cewek atau cowok? Terus ciri-cirinya gimana?" cecar Hanna.

"Kalau itu saya nggak tahu, Mbak. Tadi pas saya ngambil, orangnya udah nggak ada. Coba besok Mbak Hanna tanya langsung ke Widya, soalnya yang terima dia."

"Baiklah, makasih infonya," ucap Hanna.

"Sama-sama, Mbak."

Hanna pun segera pulang dan akan dia tanyakan besok pagi ke Widya, yang tak lain resepsionis yang menerima kiriman buket bunga dan makanan itu.

Terpopuler

Comments

Jetty Eva

Jetty Eva

ini hal yg selalu diabaikan para wanita...ga haid dicuekin..ketika haid perutx sakit bahkan ada yg pingsan..dicuekin juga..pada hal itu tanda" rahim bermasalah...

2025-04-02

2

Jade Meamoure

Jade Meamoure

wow dari pengagum rahasia nih ai ai siapa dia

2024-09-13

2

Koni Dwi N

Koni Dwi N

dari wildan

2024-09-04

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenyataan Pahit
2 Bab 2. Tak Lagi Sama
3 Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4 Bab 4. Kepulangan Adnan
5 Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6 Bab 6. Amarah Hanna
7 Bab 7. Wildan Yang Malang
8 Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9 Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10 Bab 10. Bertemu Novita
11 Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12 Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13 Bab 13. Ipar Menyebalkan
14 Bab 14. ( Tanpa Judul )
15 Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16 Bab 16. Lembaran Baru
17 Bab 17. Kebohongan Novita
18 Bab 18. Pengaggum Rahasia
19 Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20 Bab 20. Senjata Makan Tuan
21 Bab 21. Gegana
22 Bab 22. Orang Tak Dikenal
23 Bab 23. Terjebak Perjanjian
24 Bab 24. Rencana Licik Novita
25 Bab 25. PMS
26 Bab 26. Wildan vs Frans
27 Bab 27. Welcome Baby Sean
28 Bab 28. Siapa Ibunya?
29 Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30 Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31 Bab 31. Keikhlasan Hati
32 Bab 32. Permintaan Novita
33 Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34 Bab 34. Adakah Harapan?
35 Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36 Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37 Bab 37. Marry Me?
38 Bab 38. Hanya Milikku
39 Bab 39. Curcol
40 Bab 40. Menggapai Restu Atika
41 Bab 41. Canggung
42 Bab 42. Meminta Restu
43 Bab 43. Cemburu?
44 Bab 44. Cemburu? Part 2
45 Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46 Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47 Bab 47. Kabar Duka
48 Bab 48. Kabar Duka part 2
49 Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50 Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51 Bab 51. Hari Yang Dinanti
52 Bab 52. Lamaran
53 Bab 53. Undangan Pernikahan
54 Bab 54. Sah
55 Bab 55. Honeymoon
56 Bab 56. Honeymoon 2
57 Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58 Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59 Bab 59. Kado Terindah
60 Bab 60. Kado Terindah part 2
61 Bab 61. Siaga
62 Bab 62. Ending
63 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kenyataan Pahit
2
Bab 2. Tak Lagi Sama
3
Bab 3. Ardiansyah Mahendra
4
Bab 4. Kepulangan Adnan
5
Bab 5. Kepulangan Adnan (part 2)
6
Bab 6. Amarah Hanna
7
Bab 7. Wildan Yang Malang
8
Bab 8. Siapa Lelaki Itu?
9
Bab 9. Hari Pertama Bekerja
10
Bab 10. Bertemu Novita
11
Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan
12
Bab 12. Suasana Yang Berbeda
13
Bab 13. Ipar Menyebalkan
14
Bab 14. ( Tanpa Judul )
15
Bab 15. Akhir Cerita Hanna dan Wildan
16
Bab 16. Lembaran Baru
17
Bab 17. Kebohongan Novita
18
Bab 18. Pengaggum Rahasia
19
Bab 19. Kiriman Paket Lagi
20
Bab 20. Senjata Makan Tuan
21
Bab 21. Gegana
22
Bab 22. Orang Tak Dikenal
23
Bab 23. Terjebak Perjanjian
24
Bab 24. Rencana Licik Novita
25
Bab 25. PMS
26
Bab 26. Wildan vs Frans
27
Bab 27. Welcome Baby Sean
28
Bab 28. Siapa Ibunya?
29
Bab 29. Hukum Tabur Tuai
30
Bab 30. Kejujuran yang Menyakitkan
31
Bab 31. Keikhlasan Hati
32
Bab 32. Permintaan Novita
33
Bab 33. Keputusan Papa Riswan
34
Bab 34. Adakah Harapan?
35
Bab 35. Memaafkan, Tidak untuk Melupakan
36
Bab 36. Kejadian Tak Terduga
37
Bab 37. Marry Me?
38
Bab 38. Hanya Milikku
39
Bab 39. Curcol
40
Bab 40. Menggapai Restu Atika
41
Bab 41. Canggung
42
Bab 42. Meminta Restu
43
Bab 43. Cemburu?
44
Bab 44. Cemburu? Part 2
45
Bab 45. Kekhawatiran Hanna
46
Bab 46. Perhatian Dari Hanna
47
Bab 47. Kabar Duka
48
Bab 48. Kabar Duka part 2
49
Bab 49. Rahasia Yang Terungkap
50
Bab 50. Pertemuan Yang Tak Disengaja
51
Bab 51. Hari Yang Dinanti
52
Bab 52. Lamaran
53
Bab 53. Undangan Pernikahan
54
Bab 54. Sah
55
Bab 55. Honeymoon
56
Bab 56. Honeymoon 2
57
Bab 57. Perubahan Sikap Hanna
58
Bab 58. Harapan Yang Terwujud
59
Bab 59. Kado Terindah
60
Bab 60. Kado Terindah part 2
61
Bab 61. Siaga
62
Bab 62. Ending
63
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!