Penyusup

Sore hari Zaid terbangun. Ia perlahan duduk lalu menengok ke samping, ke jendela yang terbuka.

"Sudah sore ternyata..."

Zaid turun dari ranjang. Ia baru menyadari di kamar itu ada jam dinding. Sudah pukul empat lebih tiga puluh ternyata, pikir Zaid.

"Kak Chiara... Apa kau ada di rumah? Di mana kau?" seru Zaid.

Tak lama kemudian, "Kyaaaaaa!" Chiara berteriak. Sepertinya ia membutuhkan bantuan.

"Kak Chiara?" Zaid berseru lagi, "Kau baik-baik saja?" Ia melongokkan kepala keluar pintu, mengecek lorong. Tidak ada siapa pun.

Tak lama kemudian, Zaid mendengar seseorang dengan suara serak berkata "Ternyata masih ada orang lain di dalam rumah."

"Dia mungkin hanya anak kecil. Biarkan saja," suara laki-laki lain menimpali.

"Kita tidak boleh meninggalkan jejak. Kita harus membunuh anak itu," jelas lelaki bersuara serak.

"Baiklah, gadis ini biarkan aku yang jaga."

Mendengar kata 'membunuh', Zaid ketakutan, ia pun tanpa pikir panjang merangkak, bersembunyi di bawah ranjang. Sepertinya mereka penyusup, pikir Zaid.

Tak lama, Zaid samar-samar mendengar sepasang langkah kaki berjalan. Yang perlahan terdengar semakin jelas. Zaid lalu melihat sepasang kaki lelaki itu masuk ke kamar.

Zaid terkejut dan ketakutan, tetapi ia berusaha untuk tidak bersuara. Keringat dingin menetes dari pelipisnya.

"Hhhmmm... Mungkin bocah itu sudah kabur lewat jendela," gumam pemilik kaki itu. Ia mengira Zaid sudah kabur ketika melihat jendela kamar terbuka lebar yang bergerak-gerak tertiup angin.

Zaid menghela napas lega saat sepasang kaki itu meninggalkan kamar. Ia lalu merangkak keluar dari kasur.

"Bocah itu sudah kabur." Suara serak itu terdengar di lorong.

Zaid keluar dari kamar dan diam-diam mengikuti orang itu sedikit jauh dari belakang.

Zaid, sambil membuntuti, ia megamati orang bersuara serak itu. Ia tinggi besar, rambutnya terurai panjang sampai punggung. Rambutnya lebih mirip kain pel kotor.

Orang itu menggiring Zaid sampai halaman belakang yang cukup luas, di mana di sana salah satu penyusup sudah tergeletak di samping pohon mangga. Chiara entah di mana.

"Ke mana gadis itu?" tanya orang bertubuh kekar berambut 'pel-an' itu.

Zaid terperanjat kaget melihat orang tergeletak, "Hah?!"

Mendengar suara, orang kekar itu menoleh ke belakang. "Hei kau!"

Zaid panik, ia tahu sudah melakukan kesalahan. Ia ketahuan. Ia pun berbalik, hendak kabur.

Di belakangnya, orang kekar itu mengangkat tangan, lantas berteriak sambil menghantamkan tangannya ke permukaan tanah.

Tiba-tiba, tanah itu retak, lalu disusul tanah yang tampak keras menyembul dari permukaan dengan cepat, tanah keras lain ikut menyembul susul menyusul, berbaris seperti dinding, terus memanjang. Dan...

Duakh!

Ujung tanah keras itu menghantam punggung Zaid yang baru melarikan diri selangkah. Zaid pun jatuh tengkurap.

Bunga es di punggungnya bercahaya (ingat ya, punggung bajunya dirobek Rhys), membuat penyusup itu kaget.

"Hhmmm... Ternyata kau punya kekuatan es, Bocah!" Air liurnya menyembur. "Tapi... Aku tak mungkin kalah dari bocah ingusan sepertimu!"

pria berambut 'pel-an' itu entah bagaimana memunculkan 5 bongkahan tanah sebesar kepala orang dewasa yang mengambang di belakangnya.

Kedua tangannya mengayun ke depan, seperti dikendalikan, bongkahan-bongkahan tanah keras itu meluncur ke depan, menyerang Zaid.

Zaid yang baru bangkit terkejut, ia bergegas melompat menghindar.

Bongkahan tanah keras itu menghantam dinding teras belakang hingga retak, dan menjadi serpihan. Kerusakan yang lumayan parah.

Apa yang harus kulakukan, pikir Zaid.

Sementara, penyusup di depannya hendak mengeluarkan jurus lagi, kedua tangannya diangkat, akan menghantam permukaan tanah lagi.

Tiba-tiba Chiara turun dan mendarat mulus di antara keduanya, ia kemudian mengeluarkan jurus, aura hijau keluar dari kedua telapak tangannya, yang membentuk akar hijau tebal, melilit kedua lengan orang itu.

Ternyata, ketika pria kekar itu mengecek kamar tempat Zaid berada, Chiara mengalahkan penyusup yang menjaganya di halaman belakang ketika penyusup itu lengah. Ia sengaja berteriak agar terlihat lemah oleh lawan. Lalu di saat yang bersamaan ia mendengar langkah kaki, tanpa pikir panjang ia mengeluarkan jurus akar dan naik ke atas pohon (sebenarnya dia bisa memanjat, tetapi itu dilakukannya agar cepat sampai di atas pohon). Ia mengamati Zaid dan pria kekar itu dari atas, hingga ketika ia merasa situasinya gawat, ia pun melompat turun dan membantu Zaid

Chiara memanjangkan akar hijaunya, kini tidak hanya melilit kedua lengan orang itu tetapi hampir seluruh tubuh kecuali kepala dan leher.

"Zaid, kau tak apa-apa?" Tanpa menoleh Chiara bertanya.

"E... tak apa," kata Zaid, "sebenarnya apa semua ini?"

"Kita bahas nanti," jawab Chiara. "Nah sekarang, kau pilih lari, atau mati?!" Chiara bertanya pada orang yang dililitnya.

Dari ekspresinya, jelas dia tak mau mati.

Chiara melepas lilitan, memberinya kesempatan.

Orang kekar itu berteriak, maju, hendak mencengkram leher Chiara, tetapi tak lama ia pun jatuh dan mati. Wajahnya berubah warna menjadi ungu.

"Kau pikir aku akan tertipu? Hmmph aku tak sebodoh itu," kata Chiara dingin.

Ternyata, Chiara sudah menduga itu akan terjadi; maka ketika ia melilit orang itu, sebenarnya ia menggunakan jurus akar yang beracun, bukan akar biasa yang tak beracun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Dimas Setiawan

Dimas Setiawan

gass

2023-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!