18

"Anak-anak, ibu akan melakukan pengecekan, di takutkannya ada murid yang membawa rokok, obat-obatan telarang, senjata tajam ataupun alkohol." Tepat setelah Tavisha sampai di kelas, dia di kejutkan dengan beberapa temannya yang sedang di periksa oleh beberapa anak osis, di belakang Tavisha sudah ada Maia dan juga Xynerva yang ikut terkejut dengan adanya razia yang di lakukan secara tiba-tiba ini.

"Kalian bertiga tunjukan tas kalian dimana." pinta seorang guru perempuan, yang merupakan guru BK di sekolahnya.

Tavisha, Xynerva dan juga Maia pun berjalan menghampiri mejanya masing-masing, "Untung aja gue gak bawa baju haram gue ke sekolah, makasih om," batin Maia.

Salah satu anak osis mulai mengecek tas Xynerva dan hasilnya aman, lalu lanjut ke tas Maia dan hasilnya aman juga. terakhir, ia mengecek tas milik Tavisha, tapi anehnya ia menemuka sebotol obat yang merupakan narkotika di tas milik Tavisha.

"Tavisha?" tanya Bu Sri.

"Saya gak tau, Bu. saya sama sekali gak pernah bawa obat-obatan itu, apalagi makenya."

"Lo seriusan, Sha?" tanya Maia yang begitu terkejut dengan apa yang di bawa oleh Tavisha ke sekolah.

"Yakali anjing gue bawa obat-obatan terlarang itu ke sini!" jawab Tavisha.

"Lalu, kenapa ini bisa ada di tasmu?" tanya Bu Sri sambil menunjukam botol obatnya.

"Ya gue gak tau, kenapa nanya yang gak gue tau sih!" sewot Tavisha.

"Heh, gak habis pikir gue sama lo ya." Ruel menghampiri kakak perempuannya dengan telapak tangan yang mengepal.

"Apa lo? udah gue bilang, gue gak pernah beli tuh obat, bahkan gue juga gak tau cara nge gunainnya kayak gimana!" sahut Tavisha.

"Ibu, mending ibu cek cctv saja, saya yakin kalau Tavisha di jebak." pinta Xynerva kepada Ibu Sri.

"Cctv di kelas rusak," timpal Eden.

"Heh lo pada, siapa yang udah berani ngejebak gue dengan rencana lo yang payah ini?" tanya Tavisha sambil menatap satu persatu wajah teman-teman sekelasnya.

Vincen bungkam, ia sedang berpikir sesuatu untuk membantu partnernya. Sayangnya, saat istirahat tadi ia malah pergi ke kantin, bahkan ia tidak tahu jika kejadian seperti ini akan terjadi. jika ia tahu, ia pasti akan selalu stand by di kelas.

"Dengan cara kalian ngejatuhin gue kayak gini emangnya bakal dapet makan? gue udah gak punya energi lagi buat marah-marah gak jelas dan gue juga gak punya waktu buat itu." ucap Tavisha yang sesekali menjambak rambutnya.

"Jelas-jelas udah ada bukti, ngapain juga mereka ngejebak lo?" tanya Ruel.

"Tolong, panggilkan kedua orang tuamu, Visha. masalah ini tidak sepele, saya ingin berbicara dengan orang tuamu."

"Ibu, kenapa nggak belain saya? cari bukti kek kalau saya emang bener-bener gak salah!" timpal Tavisha.

"Woy, jujur aja kali! kita yang ada disini udah liat kalau obat itu ada di tas lo, ngapain ngelak lagi?" teriak Naviel, yang nerupakan teman sekelasnya juga.

"Lagian, udah ketauan pemakai! gue gak habis pikir sana pola pikirnya si Visha, udah tuh dia di tuduh nge bully anak-anak sekolah, sekarang ketauan jadi pemakai narkoba, kalau gue yang ada di posisi dia udah malu duluan," Jena menimpali ucapan Naviel tadi.

Tavisha yang mendengar itu langsung menatap tajam keduanya, emosinya bener-benar sudah terpancing dengan ucapan Jena dan juga Naviel yang malah memfitnah dan menyudutkannya. padahal jelas-jelas dia tidak pernah memakainya, bahkan memegangnya saja tidak pernah sama sekali.

Tavisha menghampiri mereka berdua, Vincen yang melihatnya pun langsung mengikuti langkahnya. Suara tamparan yang nyaring dapat terdengar dengan begitu jelas saat Tavisha menampar wajah Naviel.

"Ada masalah apa lo, anjing?" kata Naviel sambil mendorong tubuh Tavisha hingga hampir terjatuh, untung saja dengan sigap Xynerva menahan tubuhnya hingga tidak terjatuh ke lantai.

Dengan cepat, Vincentius kembali mendorong tubuh Naviel. "Jangan main tangan sama cewek, apa maksud ucapan lo tadi?" tekannya.

"Ngapain lo belain dia?" tanya Naviel kembali mendorong Vincen, tetapi tidak membuat posisi laki-laki itu bergeser sama sekali.

"Gue tanya!" tekan Vincen sekali lagi.

"Emang kenyataannya, seharusnya ini sekolah gak boleh di isi sama orang kayak dia, sayang sama popularitas orang tuanya, dia malah ngehancurinnya gitu aja!"

"Jangan-jangan lo yang nuduh sahabat gue lagi?" kata Maia ceplas-ceplos, Naviel yang mendengarnya pun langsung tidak terima.

"Jaga omongan lo ya!" tunjuk Naviel.

"Terus-"

"UDAH-UDAH!" teriak Bu Sri sambil memukul papan tulis, seketika semuanya menjadi hening.

"Tavisha, ikut saya ke ruangan konseling sekarang." kata Bu Sri yang langsung melangkah duluan ke luar kelas, di susul oleh anak-anak osis.

Tavisha masih menatap Naviel tajam, bibirnya bergerak mengatakan 'Bajingan' dengan suara yang hampir tidak terdengar, bahkan secara terang-terangan Tavisha menunjukan jari tengahnya kepada Naviel.

"Sialan tuh cewek!" umpat Naviel yang hendak menyusul Tavisha tapi Vincen langsung menarik kerah bajunya dan menyeretnya ke pojok kelas, di susul oleh Eden.

"Kamu gak belain Tavisha sama sekali, El?" tanya Xynerva yang merasa sedikit kecewa dengan sikap Ruel barusan yang malah ikut-ikutan menyudutkan Tavisha.

"Tumben kamu khawatirin dia? biasanya aja kalian saling ngejek."

"Aku serius."

"Ini gak sepele, sayang. biar itu jadi urusan dia, Papa dan Mami."

"Anak perempuan saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu, saya tidak pernah mengajarkannya." ucap Jayendra sambil menatap lembut anak pertamanya, Tavisha.

"Tapi bukti sudah ada, semua teman-temannya juga melihat jika obat itu ada di dalam tas Tavisha."

"Mami, sumpah deh, aku gak pernah komsumsi obat itu, kalau bisa aku tes urine aja." kata Tavisha sambil menangis di pelukan Clarie, walaupun senakalnya Tavisha, dia akan memiliki sikap hello kitty jika sudah berhadap-hadapan dengan kedua orang tuanya.

"Tenang, sayang. apapun itu, Mami akan membela kamu, Mami percaya kalau kamu gak pernah komsumsi itu."

"Bisa pertimbangkan lagi, Bu? selidiki terlebih dahulu masalah ini, saya tidak ingin jika putri saya di cap buruk oleh sekolah ini." ucap Jayendra lagi, membuat negosiasi.

"Hm... baiklah, jika begitu Tavisha harus melakukan tes urine terlebih dahulu, jika hasilnya negative, saya akan mencari tahu siapa yang sudah menjebak putri anda."

Jayendra dan Clarie tersenyum, dengan erat Tavisha memeluk tubuh Clarie sambil tersenyum lega.

"Terima kasih banyak atas pertimbangannya."

...This is me praying that...

...This was the very first page...

...Not where the story line ends...

Saat itu, saat dimana aku melihatnya bernyanyi dengan temanku, Amara. awalnya aku merasa biasa-biasa saja.

...My thoughts will echo your name...

...Until i see you again...

...These are the words i held back...

...As i was leaving to soon...

...I was enchanted too meet you...

Tapi melihat tatapannya kepada temanku begitu dalam, dan aku tersadar jika itu adalah tatapan cinta...

...Please don't be in love with someone else, please don't have somebody waiting on you, please don't be in love with someone else, please don't have somebody waiting on you...

Xynerva merasa kecewa, ia pun lebih memilih untuk pergi daripada harus menetap disana, melihat tatapan Ruel kepada Amara, membuatnya merasa sedih dan sakit hati.

"Nerva!" teriak Ruel yang hendak mengejar sang pujaan hati, tetapi Amara menahannya.

"Jangan, El."

Terpopuler

Comments

Aqil Aqil

Aqil Aqil

thor lm bngt upx,kpn dewasax merk thor

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!