15

Keesokannya, Xynerva keluar dari gerbang rumah dengan mood yang sangat bagus. ia hendak pergi ke halte bus, biasanya dia menggunakan kendaraan umum untuk pergi ke sekolah, walaupun Ayahnya yang merupakan seorang supir di keluarga Algio, Xynerva tidak ingin membebaninya, apalagi mobil itu bukan mobil milik orang tuanya.

Gadis itu menghentikan langkahnya tatkala melihat Tavisha yang sedang menyender di depan pintu mobil tepat di depan gerbang rumah, gadis cantik itu tengah mengoleskan lip balm di bibirnya yang sudah bewarna pink alami, saat menyadari kehadiran Xynerva, Tavisha pun langsung menyimpan kembali lip balm di tasnya. "Ngapain lo liatin gue terus?"

Xynerva memutar kedua bola matanya keatas, moodnya akan menjadi buruk saat ia berpas-pasan dengan Tavisha, sialnya ia pun sekelas dengan gadis itu.

"Masih pagi, Va. lo gak usah nyari perkara sama gue, mood gue lagi bagus hari ini."

"Lo tau tentang Ruel yang jalan sama Amara kemarin sore?" tanya Tavisha.

"Maksud lo?"

Tavisha tersenyum tipis, ia pun menunjukan sebuah foto di handphonenya, foto yang memperlihatkan Ruel dan juga Amara yang sedang berada di mall. seperti biasa, Ruel akan selalu memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya.

"Ini sebelum makan-makan di restoran kw nya si Amara."

Xynerva terdiam sejenak karena sedang memikirkan sesuatu. "Pantes aja kemarin mereka berdua keliatan kayak deket banget," batinnya.

"Udah gue peringatin dari awal, jangan pernah deketin si Amara."

"Lo gak usah nyari masalah, Sha. mungkin aja mereka berdua kebetulan ketemu atau mereka janjian buat nyari sesuatu, Ruel juga gak akan mungkin ngelakuin itu di belakang gue."

Tavisha tertawa mendengar hal itu, baginya Xynerva benar-benar keras kepala sekali. "Lo yakin banget kalau Ruel gak akan selingkuhin lo, gue tau betul sifat dia kayak gimana. bahkan, sebelum dia pacaran sama lo, dia udah deketin beberapa cewek. apalagi ini Amara, cewek yang terkenal di sekolah, bahkan ada beberapa murid disana yang nge ship in mereka berdua." kata Tavisha panjang lebar.

"Lo harus hati-hati, kalau lo udah tau sifatnya si Amara, lo bisa join circle gue." lanjut Tavisha yang langsung memasuki mobil.

Kemarin malam, Xynerva sudah rapih menggunakan pakaian crop, ia akan pergi ke restoran milik Amara untuk makan-makan bersama.

Tepat saat jam menunjukan pukul tujuh malam, semuanya sudah berkumpul. tapi Xynerva merasa ada keganjalan, malam itu Ruel tidak duduk di sampingnya, ia duduk di sebelah Amara yang saling berhadap-hadapan dengan Xynerva. sedangkan, di kedua sisi Xynerva ada Maia dan juga Tavisha.

"Wih, restoran lu udah kayak restoran bintang lima, interior-interiornya memang sebagus ini."

"Sebenernya seberapa kaya lo, sampe sampe gue liat di media sosial lo lagi ada di perusahaan Algio."

"Padahal jarang banget orang-orang bisa masuk ke dalam sana, biasanya orang-orang penting."

Tavisha tersenyum remeh, ia sudah begitu muak dengan drama yang dilakukan oleh Amara.

"Nyokap sama bokap lo kemana?" tanya Maia.

"O-oh, mereka kebetulan gak bisa dateng, soalnya mereka sibuk." jawab Amara yang langsung di angguki oleh Maia, jujur saja Maia ingin sekali mentertawakan Amara.

Beberapa pelayan datang seraya membawa begitu banyak sekali makanan serta jus buah yang sudah di pesan oleh Amara, semua orang yang ada disana menatap makanan tersebut dengan berbinar-binar, bahkan cacing-cacing yang ada di perut mereka sudah berdemo untuk segera diisi.

"Kalian gak perlu sungkan-sungkan, gue udah siapin makanan ini khusus buat kalian."

Mereka pun mulai mencicipi beberapa makanan yang sudah di hidangkan, tetapi tidak dengan Tavisha, ia hanya diam sambil memperhatikan sang adik.

"Kenapa lo gak makan?" tanya Ruel yang menyadari jika Tavisha hanya diam saja.

"Steak, gue udah bosen." ucap Tavisha yang mengundang banyak perhatian teman-temannya.

Ruel hanya menghembuskan nafasnya lalu kembali melanjutkan makan. tak lama, datanglah seorang gadis sambil menangis tersedu-sedu, ia adalah Claura.

"Lo kenapa? gue kira gak akan dateng!" Maddie menghampiri Claura yang sedang menangis, gadis itu pun langsung memeluknya.

"Gue putus sama Jaden," lirih Claura.

"Apa? kok bisa? secara waktu hari pertama acara sekolah itu lo sama dia bucin banget di stand."

"Dia bilang kalau dia mau fokus belajar, gue gak tau harus ngapain lagi, Maddie."

"Udah, lo gak usah nangisin cowok brengsek itu!" peringat Maddie yang langsung memeluk Claura.

Vincen menatap Amara yang diam sambil memperhatikan Claura yang sedang menangis di pelukan Maddie, kemarin siang di depan kelas, Vincen sempat melihat Amara yang sedang berjalan dengan Jaden, pacar Claura.

"Apa ada hubungannya sama Amara?" batin Vincen bertanya-tanya.

Beberapa jam kemudian, setelah semuanya sudah kembali ke rumah masing-masing, Jena dan Amara sudah berada di depan restoran untuk menunggu jemputan masing-masing.

"Acaranya jadi gak seru karena yang lainnya pada sibuk sama si Claura."

Amara tersenyum, ia tidak berniat untuk membalas ucapan Jena. "Pasti Jaden yang mutusin dia duluan, makanya si Claura nangis." lanjut Jena diakhiri dengan helaan nafas.

"Emang sih gak masalah kalau saling cinta, tapi gue rasa Jaden juga gak bisa nutup telinga pas orang-orang bilang mereka gak cocok."

"Bener, Jaden baik banget mau nerima dia, apalagi si Claura itu biasa aja." tepat setelah Jena berbicara seperti itu, datanglah Vincen yang baru saja keluar dari restoran, laki-laki itu menghentikan langkahnya tepat di samping Amara.

"Masih ada aja orang yang ngurusin percintaan orang lain," ucap Vincen yang langsung menatap tajam Amara.

"Iya, gue juga bingung." jawab Amara yang langsung merasa gugup.

"Kemarin siang, lo abis dari mana sama Jaden?" tanya Vincen lagi.

Amara membeku, perlahan ia menatap kedua netra Vincen dengan penuh tanda tanya.

"Loh?" tanya Jena menatap Amara begitu kebingungan.

"G-gue gak sengaja pas-pas an sama dia, maka dari itu dia ngajak gue buat jalan bareng."

"Seharusnya lo yang ngerti buat jaga jarak, dia udah ada pacar."

"Kok lo nyudutin gue gitu sih?" tanya Amara dengan nada kesal.

"Kok lo marah? gue cuman nanya dan peringatin lo."

"Udah-udah, jangan ribut!" lerai Jena.

"Lo itu ketua kelas, Vin. jangan membuat kesimpulan dari sudut pandang lo sendiri, gue gak pernah ada niatan buat rusakin hubungan mereka berdua."

"Karena gue ketua kelas, gue juga harus tau tentang masalah-masalah yang ada di kelas, terutama temen-temen sekelas yang problematik," tekan Vincen.

"Lo anggap gue pembuat onar? pembuat masalah?" tanya Amara yang sudah meninggikan suaranya.

"Lo ngerasa?" tanya balik Vincen.

"Lo-" ucapan Amara terpotong saat Eden tiba-tiba saja berjalan di depan mereka, sehingga mereka berdua hampir saja terjatuh karena tabrakan Eden yang lumayan cukup keras.

"Woy, anjing!" teriak Vincen yang langsung mengejar Eden, sedangkan Amara berusaha untuk mengatur emosinya yang sudah tersulut karena Vincen yang memancing-mancingnya.

Vincen memeluk leher Eden sambil tertawa renyah. "Sialan, lo!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!