04

Keesokannya, Tavisha berjalan di aula sekolah, ia baru saja datang dan tujuannya saat itu langsung ke kelasnya. di lorong sekolah, Tavisha berpas-pasan dengan Ruel yang entah akan pergi kemana, di sampingnya ada kedua temannya dan saat menyadari kehadiran kakaknya, Ruel pun langsung tersenyum.

"Tavisha!" sapa Ruel.

Tavisha yang memang sedang menatap layar handphonenya pun langsung mengangkat kepalanya dan melihat Ruel yang sedang melambai kearahnya, Tavisha pun tersenyum seraya membalas lambayan tangan sang adik. "Hai!" sapanya balik.

Begitu sudah melewati Ruel, senyuman Tavisha langsung pudar, ia kembali memasang wajah juteknya.

"Apa-apaan dia, sksd, sok kenal dan sok dekat," gumam Tavisha.

Jangan tanyakan kenapa Tavisha tidak menyukai adik kandungnya sendiri, karena semenjak Ruel beranjak dewasa, laki-laki itu selalu mencari perkara dengannya, bahkan semenjak Ruel mengikuti jejak sang ibu untuk masuk ke dunia hiburan, Ruel semakin menyebalkan, Tavisha menyebutnya sebagai Sgsk ( sok ganteng, sok keren).

Usia mereka berbeda satu tahun, Tavisha awalnya telat masuk sekolah TK, jadi saat sang adik mulai sekolah, ia pun memilih untuk ikut masuk sekolah.

Disisi lain Zynerva dan juga Amara sudah berada di dalam kelas untuk menunggu jam pertama di mulai, mereka berdua saling bercerita tentang hasil kerja kelompoknya kemarin.

"Bagaimana, apa lancar?" tanya Amara yang diangguki oleh Xynerva.

"Gue juga, untung aja di kelompok gue ada Ruel, dia sering bantu-bantu gue buat ngerjain soalnya," lanjutnya sambil tersenyum tipis.

"Syukurlah, Ruel memang cepat tanggap dalam soal memahami."

Amara terkekeh, seorang laki-laki datang menghampiri meja mereka berdua, kebetulan Tavisha pun baru saja memasuki kelasnya, ia langsung duduk di sebelah Maia.

"Bukannya lo Amara yang lagi di perbincangkan di grup sekolah ya?" tanya laki-laki itu.

"Maaf, apa kita saling kenal?" tanya balik Amara.

"Ini baru pertama kali bertemu, ternyata aslinya memang cantik ya. oh iya, kenalin nama gue Keyzi dari kelas 7E." ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Amara pun membalas jabatan tangan tersebut dengan begitu ramah, hal itu membuat Keyzi menjadi salah tingkah. "Lo lagi populer di sekolah ini, selain cantik lo juga emang ramah dan baik."

Amara tertawa pelan. "Gue gak secantik itu, kenalin juga ini temen sebangku gue namanya Xynerva." katanya sambil memegang pundak Xynerva layaknya sangat akrab.

Keyzi hanya melihat sekilas Xynerva, laki-laki itu seolah tidak begitu tertarik dengan Xynerva. "Dia juga cantik, bahkan baik banget karena mau temenan sama gue," puji Amara.

Tavisha memutar kedua bola matanya keatas, ia memang sengaja menguping percakapan ketiga manusia yang ada di meja sebelahnya.

"Kalau gitu gue balik dulu ke kelas ya, senang bisa kenalan sama lo, Amara." pamit Keyzi lalu pergi keluar.

Maia mendekati Tavisha yang sedang melamun, entah apa yang dipikirkan oleh gadis cantik itu, lamunannya seketika buyar saat Maia berbisik di telinganya. "Gimana, ganteng gak dia?" tanya Maia seraya menunjukan foto seorang laki-laki yang ada di ponselnya.

"Lah, lo gak ada acara sedih-sedihan waktu di putusin ama tuh cowok? kok lo gampang banget sih move on nya?"

"Bangun di pagi hari, matahari bersinar. semuanya sudah berubah termasuk perasaan aku ke kamu, bukan berarti tadinya aku tidak mencintaimu, karena sekarang aku akan merubah diriku sendiri," kata Maia bernada.

"Tunggu, gue kayak kenal lirik terjemahannya. itu lagu nct dream kan yang judulnya candy?!" tanya Tavisha sedikit terkejut.

"Lo tau mereka?"

"Taulah, mereka bertujuhkan pacar-pacar gue semua!" jawab Tavisha begitu exited.

"Kalau ada konser, kita wajib nonton bareng!" ajak Maia yang langsung di angguki oleh Tavisha dengan penuh semangat.

Bunyi suara bel yang menandakan jika jam pelajaran pertama akan dimulai, Ruel kembali masuk ke kelasnya dan duduk di kursinya, tak lama seorang guru wanita datang memasuki kelas, dengan senyuman yang begitu ramah, ia menyapa para murid yang ada di kelas 7B.

"Anak-anak, tebak ibu membawa apa di paper bag ini?"

Guru wanita itu tersenyum lalu mengeluarkan kue yang sudah di bungkus rapih. "Ini adalah kue pemberian dari ibu Amara, karena beliau ingin kalian bersemangat dan bisa berteman baik dengan Amara."

Semua murid yang ada disana bertepuk tangan, kecuali Tavisha yang hanya memutar kedua bola matanya. "Amara, lo dan ibu lo hebat sekali, gimana kalau kita mulai berteman sekarang juga?" tanya salah satu siswa laki-laki disana.

Amara tersenyum sambil menyelipkan rambut ke belakang telinganya, "Lo emang malaikat tak bersayap, selain cantik lo juga bener-bener baik!" puji yang lainnya sehingga membuat wajah Amara memerah.

"Apa pekerjaan orang tua lo?"

"Bokap gue bekerja jadi manager di salah satu perusahaan besar, sedangkan nyokap mengelola restorannya sendiri."

"Wah, kapan-kapan ajak kita buat makan di restoran lo dong." sahut Tavisha sambil tersenyum.

Amara terdiam sejenak lalu tak lama ia pun mengangguk, "Gue bakal ajak kalian kok, kalau gue udah minta izin ke nyokap gue," jawabnya.

"Gue gak sabar, ditunggu secepatnya." sahut Maia bersemangat.

Amara sekali lagi mengangguk lalu setelah itu berpamitan kepada guru untuk menemui ibunya yang sedang mampir ke sekolahnya, di waktu yang bersamaan Tavisha pun meminta izin untuk pergi ke toilet, diantar oleh teman sebangkunya, Maia.

"Lo ngapain ajak gue kesini, lo kan bisa sendiri." kata Maia yang sedang berada di dalam bilik toilet, bersebelahan dengan Tavisha.

"Lo juga mau-mau aja gue ajak."

"Tapi-"

"Sstt, jangan berisik!" potong Tavisha saat mendengar suara langkah yang memasuki toilet.

"Ibu, aku ingin ibu nge booking restoran buat aku, teman-teman aku mau makan bareng sama aku."

"Amara, ibu sudah tidak memiliki uang. semua uang sudah ibu tabungkan untuk kuliah kamu nanti, kamu mau masuk fakultas kedokteran,'kan?"

"Aku gak mau tau, ibu mau ngeliat aku nahan malu di depan temen-temen aku semua?"

"Gaji ibu sebagai pelayan restoran tidak akan cukup untuk menyewanya, Amara." lirih seorang wanita yang sepertinya itu adalah ibu kandung Amara.

"Patung-patungan sama Ayah."

"Ayah kamu bekerja sebagai sopir taxi, penghasilannya pun tidak sebanyak itu."

"Ah bodo amat, aku mau ibu nge booking restoran buat aku!" kata Amara yang langsung berlari keluar dari toilet.

Tavisha yang mendengarnya sudah tidak terkejut lagi, sudah enam tahun ia mengetahui latar belakang Amara yang tidak berkecukupan, tapi dari segi penampilan, gadis itu memang terlihat seperti orang kaya.

"Gue gak salah denger?" tanya Maia yang sudah keluar dari bilik toilet.

"See?"

"Gila aja tuh cewek, gak kasihan apa sama nyokapnya."

"Kita liat aja cara mainnya, sekarang kita balik ke kelas."

Maia mengangguk lalu keluar dari toilet, ia begitu syok setelah melihat kelakuan teman sekelasnya yang kurang sopan kepada ibu kandungnya sendiri, walaupun ia memiliki sifat jutek, jika berhadapan dengan sang ibu ia akan patuh.

Amara menghampiri Tavisha dan juga Maia yang baru saja memasuki kelas, ia berniat untuk memberikan kue yang di pegangnya kepada mereka berdua.

"Ini kue buat kalian, dari nyokap gue."

"Sorry, gue gak biasa makan pagi. lebih baik lo gak usah cari perhatian sama gue, benerin dulu sifat lo yang menyebalkan itu!" tolak Tavisha langsung duduk di kursinya.

"Gue gak suka kue kering, buat lo aja." sahut Maia.

Xynerva yang memperhatikannya merasa kasihan kepada Amara, ia pun menghampiri meja Tavisha dengan telapak tangan yang mengepal.

"Lo hargain Amara dong, niat dia itu baik!" cecarnya.

"Kalau gue gak mau ya gak mau, lo gak usah maksa!"

Ruel menghampiri Xynerva dan sang kakak untuk meleraikan keributan yang baru saja dimulai. "Udah Nerva, lo gak usah pikirin, kakak gue emang kayak gitu." kata Ruel seraya menuntun Xynerva ke kursinya.

"Heh, lo pikir gue kayak gimana?"

"Kak, bisa diem gak? lo gak usah sok-sokan kayak gitu, seharusnya sifat lo yang harus di benerein, bukan Amara! niat dia baik buat ngasih kue kering ke kita."

"Cih mau-maunya lo pada di manfaatin sama tuh cewek," Tavisha membuang muka.

"Apa maksud lo?" tanya Amara yang sudah tersinggung.

"Lo cuman bisa nyari perhatian dengan muka lo yang gak seberapa itu, liat aja Xynerva, beberapa minggu kedepan lo bakal tau sifat aslinya!"

"Udah Vis, udah." ucap Maia mencoba menenangkan temannya itu.

"Tavisha, gue tau kita pernah se-alumni waktu SD. lo dari dulu juga gak suka sama gue, sebenarnya salah gue apa ke lo?" tanya Amara dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Lo gak usah tanyain apa salah lo ke gue, yang jelas gue gak suka sama sifat lo yang suka ngemanfaatin orang-orang dan juga-"

"Kak, udah. gue harus ngomong berapa kali sama lo? mau gue laporin masalah ini ke Papah?" potong Ruel.

"Cih, laporin aja, gue gak takut!" teriak Tavisha lalu pergi meninggalkan kelas, ia sengaja menyenggol pundak Amara sehingga membuat gadis itu hampir terjatuh, lalu di susul oleh Maia.

Xynerva menghembuskan nafasnya, ia tidak mengerti dengan kelakuan Tavisha yang selalu membuatnya bingung, entah kenapa gadis itu selalu tidak suka jika ia berdekatan dengan seseorang, pasti Tavisha akan mencibirnya.

"Maafin kelakuan kakak gue ya Amara, dia emang kayak gitu." ucap Ruel merasa bersalah.

Amara yang sedang melamun kini tersadar dan langsung tersenyum tipis. "Gak apa-apa, mungkin gue ada kesalahan yang gak gue sadarin waktu dulu, gue bakal minta maaf sama Tavisha."

Ruel mengangguk lalu kini tatapannya beralih kepada Xynerva yang diam membisu. "Nanti istirahat lo makan bareng sama gue, lupain kejadian ini, sebentar lagi guru bakal balik kesini." katanya sambil mengusap lembut pundak Xynerva lalu kembali duduk di kursinya.

Eden yang dari tadi hanya menyimak, kini pandangan beralih kepada Xynerva, setelah kepergian Tavisha, banyak sekali bisikan-bisikan dari para murid yang membicarakan Amara dan juga Tavisha.

Eden ikut menghela nafas, ia kembali fokus membaca buku pelajarannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!