06

Dayn terlihat cemburu saat Ruel mengganggu Xynerva yang sedang memasak di dapur, di sebelahnya ada Revana yang sedang memakan sop buah buatan Sasa tadi, saat menyadari jika Dayn melihat ke arah Xynerva dari tadi, ia pun merasa curiga akan ekspresi cucunya itu.

"Dayn, apakah kamu menyukai seseorang? misalnya teman yang ada di kelasmu?" tanya Revana mencoba mencairkan suasana.

Dayn terdiam sejenak lalu menggeleng pelan. "Jika bisa jujur, Dayn memang menyukai seseorang. Dayn menyukainya saat pandangan pertama," jawabnya.

"Apakah itu Xynerva? jika dia akan menjadi penerus perusahaan, dia tidak boleh menyukai seorang anak pelayan, apalagi pelayan di rumah." batin Revana yang terus menatap Dayn yang sedang memperhatikan Xynerva dan juga Ruel.

"Bocah kayak lo mana tau cinta-cintaan, sekolah dulu yang bener." sahut Tavisha yang tiba-tiba saja datang dan sudah mengambil alih sop buah milik Dayn.

Tiara yang melihatnya hanya menggeleng pelan, ia sudah mengetahui kelakuan Tavisha yang semakin beranjak dewasa, gadis itu sangat jutek saat menghadapi adik dan pelayan-pelayan yang ada di rumahnya.

"Visha sayang, gimana sekolah kamu?" tanya Revana begitu lembut.

"B aja si Oma, gak ada yang spesial-spesialnya." jawab Tavisha secara terang-terangan.

Revana tersenyum tipis lalu mengelus rambut sang cucu dengan lembut, Tavisha lah satu-satunya cucu perempuan yang ia miliki, jadi Revana sangat menyayanginya dan akan terus menjaganya, ia tidak ingin jika Tavisha memasuki pergaulan bebas seperti anak-anak yang ada diluaran sana.

"Bilang ke Oma kalau ada yang ganggu kamu," peringatnya yang langsung di angguki oleh Tavisha.

Sedangkan Xynerva yang sedang memasak di buat terkejut oleh Ruel karena tiba-tiba saja Ruel memegang tangannya, jantungnya berdegup dengan sangat kencang saat wajah mereka begitu dekat, tanpa sadar pun Xynerva menatap Ruel begitu lama.

"Ada apa dengan jantungku ini?" batin Xynerva.

"Terkadang aku pura-pura tidak perduli saat Ruel memberikan perhatian yang lebih kepadaku, tapi aku tidak bisa menyangkalnya, setiap kali seseorang menyebut namanya, aku merasakan sesuatu di hatiku. aku juga tidak bisa menahan senyum saat beberapa orang mengatakan jika kami sangat cocok, aku memang benar-benar menyukai Ruel tapi bagaimana dengan perasaannya terhadapku?"

"Paham?" tanya Ruel sehingga membuat lamunan Xynerva buyar.

"Hah?"

"Astaga, lo tadi ngelamunin apa sampai gak denger kalau gue lagi ngejelasin yang tadi?"

"I-itu, gue..."

"Besokkan ulang tahun sekolah kita, lo sama gue jadi panitia buat acara sekolahnya, tugas kita pasti gak jauh-jauh sama dekorasi stand jadi besok lo berangkat sekolah bareng gue."

"Ouh," Xynerva mengangguk paham.

Dengan canggung, Xynerva pun kembali melanjutkan aktivitas masaknya, walaupun jantungnya berdetak kencang karena ulah Ruel, sebisa mungkin ia terlihat biasa saja.

Tepat pukul 20.00, setelah selesai makan malam. Dayn mengajak Xynerva ke gazebo untuk berbicara, awalnya laki-laki itu malu tapi ia harus menyingkirkan rasa malunya demi mendekati Xynerva.

"Ada apa, Dayn?"

Beberapa saat Dayn terdiam, ia sedang menyiapkan kata-kata di dalam hati untuk di lontarkannya kepada Xynerva, jujur saja saat ini Dayn benar-benar gugup, rasanya seperti ingin mengatakan perasaan kepada seseorang, itulah yang di rasakan oleh Dayn sekarang.

"Untuk kemarin, aku benar-benar berterima kasih kepada Kakak," ucap Dayn seraya meremat ujung bajunya.

"Oh soal kamu di rundung sama anak-anak komplek? lain kali kamu harus ngelawan ya, gimana jadinya kalau aku tidak datang kesana?"

Dayn mengangguk pelan, ia pun memberikan satu kotak berukuran kecil kepada Xynerva. "Ini untuk Kakak, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena Kakak sudah membantuku."

"Tidak perlu, Dayn. aku ikhlas membantumu, kenapa kamu malah membelikanku ini?" tolak Xynerva sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku sengaja memberikan kado ini kepada Kakak, semoga Kakak suka dan semoga Kakak juga selalu memakainya." lirih Dayn, memberikan kotak kecil tersebut kepada Xynerva.

Mau tidak mau, Xynerva pun menerimanya. "Baiklah, terima kasih banyak Dayn, padahal kau tidak perlu repot-repot memberikanku ini."

Dayn tersenyum tipis dan hendak pergi dari sana, tapi baru saja membalikan badan, Revana tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka berdua, dengan kedua tangan yang ia lipatkan, Revana menatap tajam kearah Dayn yang terkejut dengan kehadirannya di sana.

"Sedang apa?" tanya Revana dingin.

"Dayn baru saja berterima kasih kepada Kak Xyn soal kemarin," jawab Dayn seadanya.

Kedua netra Revana menangkap kotak kecil yang sedang di pegang oleh Xynerva, ia pun tersenyum sangat tipis lalu kembali menatap Dayn yang sedang menundukan kepalanya. "Masuk Dayn, tidak baik berduaan di gazebo bersama dengan anak pelayan, Mami sama Papi mu sudah mencarimu daritadi."

Xynerva yang mendengarnya pun menatap Revana dengan penuh tanda tanya. "Anak pelayan? apa maksud dari perkataan nyonya Revana?" gumamnya dalam hati.

Dayn pun menuruti perkataan Revana, laki-laki itu sangat patuh sekali mendengarkan perintah dari Oma kesayangannya itu, ia pun memasuki kembali rumah besar yang menjadi kediamannya sekarang.

"Nerva, lebih baik kamu istirahat. saya harap kamu tidak dekat-dekat lagi dengan Dayn, saya tidak ingin ada berita yang menyeret nama cucu kesayangan saya, wajar saya khawatir karena dia yang akan menjadi penerus keluarga Algio, jadi saya harap kamu memakluminya." kata Revana lalu pergi meninggalkan Xynerva tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.

"Ada apa dengan nyonya Revana, perkataannya seolah-olah menyudutkanku, lagipula bukan aku yang mendekati Dayn." gumam Xynerva seraya menatap kepergian Revana dari gazebo.

Keesokannya semua siswa dan siswi disibukan dengan mendekorasi stand per kelas, Xynerva tengah membawa beberapa kardus berukuran besar untuk ia bawa ke stand. biasanya saat ulang tahun sekolah, akan ada beberapa event yang akan di gelarkan secara umum, apalagi stand kelas 7 menyiapkan beberapa makanan kuliner untuk dijual kepada tamu-tamu yang akan datang.

"Sekalian bawa ini ke stand," titah salah satu siswa laki-laki yang bernama Vincentius sambil menyimpan kardus berukuran besar di atas kardus yang lainnya, bahkan Xynerva sulit untuk melihat kedepan.

Dengan pelan-pelan gadis cantik itu membawanya, ia tidak ingin merusak ataupun membuat acaranya berantakan hanya karena barang-barang yang ada di dalam kardus itu lecet karenanya.

"Halo, ada yang bisa bantuin gue gak?" tanya Xynerva sesudah berada di depan stand, tapi tidak ada satu orang pun yang mendengarkannya, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing

Ruel yang baru saja datang pun langsung membantu Xynerva untuk menyimpan beberapa kardus di tempat yang sudah di sediakan, Xynerva pun menghembuskan nafas lega. "Kenapa lo yang bawa sendiri, yang lainnya kemana?" tanya Ruel.

"Itu-" belum sempat menjawab, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan kedatangan Amara yang membawa beberapa kardus berukuran besar sendirian, tapi tidak sebanyak yang di bawa oleh Xynerva tadi.

"Ada yang bisa bantuin gue gak?" pinta Amara begitu memohon.

"Sini Ra, biar gue bantu."

"Lo gak usah repot-repot ngebawa barang-barang kali, biar gue aja."

"Lo capek ya? istirahat aja dulu."

Begitu hebohnya para lelaki untuk membantu Amara dan hal itu menjadi tanda tanya besar bagi Xynerva, saat dirinya meminta bantuan kepada mereka, kenapa tidak ada satu orang pun yang membantunya, tapi saat Amara yang meminta bantuan, begitu banyak sekali yang membantunya.

"Definisi lo cantik, lo aman." ucap Tavisha yang melihat hal itu dari kejuhan, disisinya ada Maia.

"Tapi Nerva juga cantik ko, kenapa pada kelepek-kelepek sama si Amara?" tanya Maia.

"Amara, Amara... lo emang pinter banget buat nyari perhatian ke semua orang." gumam Tavisha sambil menggeleng pelan, kedua tangannya ia silangkan.

"Btw, kita belum ada orang yang buat jaga stand."

"Harus cewek gak sih, biar nanti cowok yang promosiin."

"Setuju!"

"Yaudah, pilih Xynerva aja, dia cocok buat jaga stand, apalagi dia bisa hitung-hitung uang." seru Ruel, memberi usul.

"Em... gue rasa yang cocok itu Amara, bukan masalah bisa ngitung uang atau apa, tapi kita harus menarik para pelanggan buat datang ke stand kita. liat aja Amara, dia cukup cantik."

"Kenapa harus dia? gak gue aja?" tanya Maia yang baru saja menghampiri teman-teman sekelas nya bersama Tavisha.

"Lo lumayan cantik, tapi pelanggan pasti bakal kabur waktu lo natep tajam mereka."

"Yaudah sih, Xynerva aja." usul Tavisha seraya memutar kedua bola matanya keatas.

"Temen-temen, gimana kalau gue sama Xynerva aja yang jaga?" tanya Amara sambil tersenyum.

"Gak deh Ra, mending lo sama Tavisha aja udah," imbuh yang lainnya memberi saran.

"Itu, Mar. gue juga harus ngurus sesuatu, mending lo sama Visha aja." kata Xynerva sambil mengusap tengkuk lehernya yang meremang.

"Lo oon atau gimana sih?" tanya Maia.

"Udah lah, kalian berdua ganti kostum, bentar lagi mau mulai acaranya."

Dengan malas, Tavisha pun membawa kostum yang di berikan oleh Ruel kepadanya, tanpa menunggu Amara, ia pun pergi duluan ke toilet untuk berganti pakaian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!