"Dayn, Oma minta kamu agar tidak terlalu bergaul dengan anak pelayan itu, kamu harus memikirkan reputasimu nanti di masa depan."
"Aku hanya berteman dengan Kak Xynerva, memangnya apa salahku?"
"Oma tahu kalau kau menyukainya, jangan sampai Oma bilang ke Mami dan juga Papimu!" ancam Revana.
"Papi dan juga Mami tidak melarangku untuk bergaul dengan siapapun, memangnya kenapa dengan Kak Xyn sehingga Oma melarangku untuk bergaul dengannya?"
"Dia itu anak pelayan disini, jika kau menyukai seorang anak pelayan, bagaimana dengan karirmu nanti setelah menjadi pemimpin perusahaan?"
"Oma, aku masih kelas dua, aku masih belum memikirkan hal itu, sedangkan Papi juga masih membiarkan aku untuk bermain." seru Dayn yang sudah berkaca-kaca.
"Jangan nakal, nurut sama Oma. Oma seperti ini agar kamu bisa menjadi pengusaha hebat seperti Papa mu dan yang harus kau lakukan saat ini belajar dan belajar, lupakan cinta-cintaan, dia lebih tua darimu."
Revana sudah tersulut emosi, sudah lama ia tidak menyukai Sasa beserta suami dan juga anaknya, bukan karena semata dia seorang pelayan, hanya saja Revana tidak menyukai orang-orang seperti Sasa.
"Apa yang di biacaran Oma waktu itu malah membuatku bertekad untuk mendapatkan hati Kak Xyn,"
"Perkataan Oma yang sama sekali tidak membuatku mengerti, hanya karena aku yang akan menjadi pewaris posisi pemimpin di perusahaan, bukan berarti aku harus berhenti menyukai Kakak."
Sepulang sekolah, Xynerva bertekad untuk menemui Samuel yang sedang berada di markasnya. ia ingin meminta maaf persoalan Ruel siang tadi yang membuat Samuel menjadi babak belur karena ulahnya.
"Udah dateng, gue sama temen-teman mau balapan, ada apa?" tanya Samuel yang begitu senang dengan kehadirannya.
Xynerva melihat kedalam ruangan yang terlihat begitu luas, Samuel pun mengajaknya untuk masuk kedalam. disana ada Felix, Galang dan juga Arya yang sudah bersiap-siap untuk balap motor bersama geng Farka.
"Gue dateng kesini karena mau minta maaf soal tadi siang, mungkin Ruel lagi sensi karena kakak deketin gue."
Samuel menatap wajah Xynerva dengan begitu kagum, wajahnya yang terlihat dingin bukan berarti Samuel juga memiliki sifat yang dingin dan cuek, hanya saja dia tidak terlalu pandai untuk mendeskripsikan dirinya sendiri.
"Beruntung banget dia dapetin lo, soal yang tadi lo santai aja."
Xynerva tersenyum lalu memberikan kotak bekal yang berisi beberapa makanan yang baru di belinya, "Lo beli itu buat gue?" tanya Samuel seraya mengerutkan keningnya.
"Iya, Kak. sekalian buat temen-temen lo, ini gue beli sebagai perminta maafan gue, bagaimana pun Ruel pacar sekaligus sahabat gue dari kecil," jawab Xynerva.
"Padahal lo gak perlu repot-repot, Va. tapi kalau lo yang maksa, gue abisin deh makanannya." sahut Felix yang langsung menyambar makanan yang di berikan oleh Xynerva.
Hal itu membuat Xynerva tertawa, sedangkan Felix langsung di hadiahi toyoran kepala dari kedua temannya. bukan hanya itu saja, Xynerva juga membeli obat merah dan juga handsaplast untuk menutupi luka Samuel dan juga teman-temannya.
"Lo kayak gini serasa udah jadi pacar gue, Va." cicit Samuel sambil tertawa pelan, ia semakin kagum terhadap sosok Xynerva.
"Itung-itung sebagai-"
"Perminta maafan lo," potong Samuel dengan cepat.
Xynerva terkekeh. "Nanti malam, lo tinggal ganti handsaplastnya, Kak."
"Hm, thanks ya."
Xynerva mengangguk, hatinya merasa sangat lega setelah berbicara dengan Samuel, dia sengaja menemuinya untuk meminta maaf, mengingat Ruel yang merupakan seorang selebritas, dia tidak ingin reputasinya hancur hanya karena dirinya.
Sepulang dari markas Samuel, Xynerva pergi ke dapur untuk memasak mie instan. disana ada Tiara dan juga Sasa yang sedang menyiapkan makan malam untuk keluaraga Algio, saat menyadari kehadiran sang anak, Sasa menghampiri Xynerva.
"Nerva, kemarin kamu membawa pergi Dayn kemana?" tanya Sasa.
"Oh kemarin aku pergi bersama Dayn ke warung makan kesukaanku."
"Kenapa tidak meminta izin dulu kepada Nyonya Revana, dia marah karena kemarin Dayn tidak masuk les." seru Sasa, suaranya masih terdengar lembut.
"Ternyata Nyonya Revana sudah mengetahuinya, apakah Dayn baik-baik saja?" batin Xynerva.
"Jangan lakukan itu lagi, Dayn tidak sepertimu yang bebas pergi kemana saja, dia harus belajar."
"Maafkan Nerva, kemarin Nerva kasian sama Dayn karena dia ingin sekali pergi bersamaku, Bu."
"Jadikan pelajaran untukmu, jangan mengulanginya lagi."
Xynerva mengangguk, ia pun lebih memilih untuk pergi ke gazebo, disana ia berpikir dengan nasib Dayn yang sekarang masih menginjak usia 6 tahun, anak seusia itu harus berambis mendapatkan nilai yang besar hanya karena dirinya pewaris keluarga, Xynerva mengasihani Dayn.
"Orang dewasa selalu menjadikan anak-anaknya alat untuk memuaskan hati mereka sendiri," gumam Xynerva sambil menghembus pelan.
"Siapa, Kak?" suara Dayn yang mengejutkan Xynerva, gadis cantik itu langsung menoleh ke belakang, dimana Dayn tengah berdiri di belakangnya sambil tersenyum tipis.
"Sejak kapan lo ada disitu?"
"Sejak Kakak berbicara sendiri, aku tidak mengerti apa yang kakak ucapkan tadi."
"Baguslah, lo gak perlu tahu."
"Kak," panggil Dayn setelah beberapa saat saling terdiam.
"Ada apa?"
"Oma gak marah sama Kakak?"
Xynerva terdiam sejenak, beberapa saat kemudian ia pun menggelengkan kepalanya. "Seharusnya gue yang nanya, lo baik-baik aja?" tanyanya.
"Aku baik-baik saja, Kakak tidak perlu khawatir." jawab Dayn sambil tersenyum tipis.
"Maafin gue ya, seharusnya kemarin gue biarin lo les aja, semuanya berantakan gara-gara gue."
"Kakak gak perlu minta maaf, aku yang salah karena sudah memaksa Kakak untuk pergi keluar rumah bersama." sahut Dayn yang merasa tidak enak hati.
"Kak Shaerin sudah pulang?" tanya Xynerva yang lebih memilih untuk mengganti topik, karena suasananya menjadi canggung.
"Mami pulang ke mansion karena akan berkumpul dengan temannya."
Xynerva mengangguk, ia pun mengganti posisi duduk menjadi saling berhadap-hadapan dengan Dayn, tentu saja laki-laki itu menjadi gugup karena kini jaraknya begitu dekat dengan wanita yang disukai olehnya sendiri. "Dayn, jawab yang jujur ya, apa yang lo inginkan di masa depan nanti?" tanya Xynerva.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Anggap saja untuk hari ini gue jadi dokter psikolog lo, lo bebas mau cerita sama gue, apapun itu."
"Aku ingin cepat-cepat menjadi dewasa dan disaat itulah aku akan mengejar cinta Kakak," batin Dayn.
"Kok malah ngelamun?" tanya Xynerva sambil mengerutkan keningnya dalam.
"Itu, di masa depan nanti aku mau jadi orang yang hebat seperti Papi dan aku ingin menjadi orang yang selalu perduli terhadap orang lain seperti Mami," jawab Dayn.
"Ouhhhh, keinginan yang bijak. dengarin gue, kalau lo lagi capek sama situasi yang bikin lo pengen nyerah ataupun nangis, lo bisa dateng ke gue..."
"Memangnya Kakak mau apa?"
"Gue bakal peluk lo dan nenangin lo, udah gue bilang kalau sewaktu-waktu gue bakal jadi dokter psikolog lo."
Dayn tersenyum lalu mengangguk. jujur, suasana hatinya saat ini benar-benar baik setelah berbicara dengan wanita yang di sukainya.
"Di saat itu, aku melihat mata Kakak yang berbinar-binar, baru kali ini aku melihat senyumannya yang setulus itu. keinginanku untuk memiliki Kakak tidak akan pernah berubah, walaupun banyaknya rintangan yang akan saling berdatangan..."
"Aku akan berjuang, tunggu aku dewasa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments