Xynerva membalikan badan saat mendengar suara teriakan Ruel, laki-laki itu berlari menghampiri Xynerva dengan kedua tangan yang membawa ice cream vanilla, dia sengaja membeli dua karena Xynerva menyukainya
"Gue udah nungguin 16 menit," kata Xynerva seraya mengerutkan keningnya, ia merasa bosan saat menunggu Ruel tadi.
"Sorry, tadi antri banget. ini gue beliin ice cream buat lo, suka vanilla'kan?"
Perlahan-lahan senyuman Xynerva mengembang, ia pun mengambil ice cream yang bungkusnya sudah di buka oleh Ruel.
"Makasih, ya." ucap Xynerva sambil tersenyum, sangat manis sehingga Ruel menjadi salah tingkah.
Xynerva pun mencicipi ice cream tersebut, ia sangat senang sekali saat Ruel mengetahui varian ice cream kesukaannya, sedangkan Ruel dari tadi terus menatap gadis yang ada di hadapannya, ia tidak sadar jika sedang tersenyum tipis sambil memandangi wajah cantik Xynerva.
"Mata coklatnya yang gelap..."
"Menatap mataku."
"Aku merasa seperti akan tenggelam dan hanyut di dalamnya." gumam Xynerva dalam hati, ia berusaha untuk terlihat biasa saja.
"Eden!" teriak Amara saat berpas-pas an di depan gerbang sekolah, sudah lama ia menunggu jemputan.
Eden hanya melirik sekilas Amara, saat di depan gadis itu wajahnya tetap sama, terlihat cuek dan dingin. Eden pun hendak melewati Amara, tapi dengan cepat Amara menahan langkahnya.
"Apa?"
"Bukankah kita harus menyelesaikan permasalahan kita beberapa hari lalu?" tanya Amara yang merasa gugup.
"Tidak perlu, anggap saja masalah kemarin udah selesai dan jangan panggil nama gue seolah-olah kita akrab," jawab Eden yang enggan menatap wajah Amara.
"Semua orang nanti ngira kalau kita ada masalah, lagian kenapa lo kaya gak suka sama gue?"
"Gue gak akan kayak gitu lagi, jadi gue harap kita bisa temenan. gue iri sama Xynerva pas tau kalau dia temenan sama lo," lanjutnya sambil menundukan kepala.
Eden menghela nafas, tidak ada sepatah kata yang ia lontarkan karena ia begitu enggan menanggapi Amara yang seperti berusaha mendekatinya, Eden mempunyai alasan khusus kenapa dia tidak menyukai Amara. tidak banyak, karena ia tidak menyukai sifat Amara yang selalu mencari perhatian terhadapnya, sejak masa mpls pun, Amara selalu menganggunya dan hal itu membuat Eden tidak nyaman.
"Maaf udah bikin lo kesel, gak nyaman rasanya kalau hubungan kita gak baik."
"Kalau lo bisa jaga jarak sama gue." ucap Eden yang masih menatap lurus kedepan.
"Lo dingin banget sama gue, ngomong langsung aja kalau gue ada salah sama lo, gue bakal ubah sifat gue yang gak lo sukai."
"Jangan cari perhatian sama gue, cuman itu aja."
Amara tersenyum kecut, "Jadi lo sama dia beneran temenan?" tanya Amara mencoba memastikannya secara langsung.
"Hm, kalau lo udah selesai ngomong, gue pamit duluan." Eden pun langsung pergi meninggalkan Amara yang masih belum merasa puas dengan jawabannya.
"Amara!" teriakan seorang laki-laki paruh baya seketika membuat langkah Eden terhenti, ia pun membalikan badan dan melihat Amara tengah berlari menghampiri seorang laki-laki paruh baya yang datang dengan mobil avan*anya.
"Kenapa sih harus jemput disini, kan aku udah bilang, tungguin di cafe yang deket sekolah aja, malu tau!"
"Maaf Ra, Ayah lupa."
"Ckck, jangan di ulangin lagi, aku gak mau kalau temen-temen aku itu ngeliat ini!" seru Amara yang langsung memasuki mobil.
Tak lama mobil yang di tumpangi oleh Amara pun meninggalkan gedung sekolah, Eden menatap kepergian mobil tersebut dengan sedikit tidak percaya, ia kembali mengingat perkataan Amara mengenai pekerjaan kedua orang tuanya.
Disisi lain Xynerva mengendap-endap mendekati Dayn yang sedang berdiri di tepi kolam, entah apa yang di pikirkan oleh anak itu, dari tadi ia hanya melamun sambil menatap air kolam yang berwarna biru terang.
"Kok lo pendek sih?" tanya Xynerva yang sudah berdiri di belakang Dayn sehingga membuat laki-laki itu terkejut dengan kehadirannya.
"Kalau aku besar nanti, aku yang bakal lebih tinggi dari kakak." jawab Dayn sambil terkekeh.
"Pasti bakal masih tinggian gue," seru Xynerva yang sudah berdiri di samping Dayn.
"Tunggu aja sebentar lagi, kak."
"Oke, kita liat kalau lo udah besar nanti ya." Xynerva tertawa kecil untuk mencairkan suasana.
"Oh iya, Dayn. makasih buat hadiahnya, kalungnya lucu dan gue suka." lanjut Xynerva sambil menunjukan kalung yang sedang di pakainya sekarang.
"Syukurlah kalau kakak suka, aku pikir kakak gak bakal pakai kalungnya, maaf ya karena gak bisa ngasih hadiah yang mewah buat kakak," lirih Dayn.
"Lo ngomong apaan sih, segini aja udah cukup loh, gue suka banget."
Ruel menghampiri mereka berdua, ia baru saja selesai membersihkan tubuhnya, terlihat dari rambutnya yang masih basah dan hal itu membuat jantung Xynerva berdegup kencang. "Kenapa dia tambah ganteng banget sih kalau udah mandi kayak gini?" batinnya.
Dayn memperhatikan Xynerva yang terus menatap Ruel, hatinya tiba-tiba saja merasa tidak enak, apakah Xynerva menyukai sepupunya ini, itulah yang di pikirkan Dayn saat ini.
"Va, bantuin gue dong. gue mau confess sama orang yang gue suka," ucap Ruel seketika membuat Xynerva tersadar.
Apa yang di bicarakan oleh Ruel tadi, apakah dirinya tidak salah dengar? gadis mana yang sudah memikat Ruel sehingga dia akan mengungkapkan perasaannya kepada gadis tersebut.
"Kak, punya orang yang di sukai?" tanya Dayn yang ikut terkejut.
"Iya, udah lama."
Dayn pun mengangguk, ia memperhatikan Xynerva yang seperti kecewa. oh ayolah, bahkan Dayn tidak bisa membaca pikiran wanita pujaan hatinya itu, dia harap yang terbaik untuk memulai pendekatannya dengan Xynerva.
"O-oh, siapa?" tanya Xynerva yang tidak berani menatap Ruel lagi.
Sakit hati? tentu saja ia merasakan hal itu, ia sangat cemburu mendengarnya, tapi ia tidak mempunyai hak untuk melarang Ruel mendekati gadis lain, karena hubungannya tidak lebih dari sekedar sahabat.
"Jadikan confess ke crush lo?" tanya Xynerva sekali lagi yang langsung di angguki oleh Ruel.
"Yaudah, latihan ngomong sini sama gue." ajak Xynerva yang kembali di angguki penuh semangat oleh Ruel.
"Gue suka sama lo." ucap Ruel sambil tersenyum lebar.
"Oke sip, lumayan bagus." kata Xynerva yang memaksakan senyum walaupun hatinya seperti tertusuk-tusuk oleh jarum kecil.
"Iya, lo." sahut Ruel sehingga membuat senyuman Xynerva kembali hilang, ia masih mencerna ucapan Ruel barusan.
"Hah?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tavisha mampir ke rumah Maia seusai pulang sekolah, jika langsung pulang, ia akan merasa bosan jika bergabung dengan Ruel dan juga Dayn di rumahnya, yang paling ia hindari saat di rumah adalah mereka berdua.
"Mai, handphone lo bunyi noh." ucap Tavisha saat melihat panggilan masuk dari seseorang, Maia yang keluar dari dalam kamar mandi pun langsung mengambil handphonenya dan mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Loh, om kenapa telepon aku sore gini? ada keperluan apa memangnya?" tanya Maia.
Tavisha yang mendengarnya lantas mengerutkan keningnya dalam, ia menatap Maia dengan begitu serius.
"Oh, iya. nanti malam ya, aku bakal kesana." Maia tersenyum dan langsung mengakhiri panggilan tersebut, ia menatap Tavisha yang dari tadi memperhatikannya dengan penuh tanda tanya.
"Jangan bilang kalau lo..."
"Gak gitu ya, gue bukan jadi sugar baby. but, gue kerja paruh waktu di bar, pemilik bar itu gue panggil om."
"Sejak kapan?" tanya Tavisha yang langsung mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
"Bulan kemarin."
"Emang bisa? secara lo masih smp."
"Awalnya gue sih di tolak karena usia gue yang masih di bilang bocil, tapi waktu percobaan kedua gue berhasil di terima, mungkin pas masa pelatihan gue rajin banget, makanya bos gue joinin gue disana." jawab Maia sambil terkekeh pelan.
"Mai, ternyata masih banyak yang gue belum tau tentang lo."
"Napa, jangan bilang kalau lo mau ituan sama gue!"
Tavisha melempar bantal tepat di wajah temannya itu, kadang mulut Maia terlalu blak-blakan, tapi Tavisha menyukai orang seperti itu, bukan berarti menyukai dalam hal cinta, hanya saja Tavisha menyukainya dari sikap Maia yang terlihat berani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments