Ruel memasuki cafe yang sudah di janjikan oleh Amara untuk kerja kelompok, kebetulan mereka berdua berada di kelompok yang sama. Ruel duduk di kursi yang ada di hadapan Amara, laki-laki itu membuka masker yang sempat menutupi wajahnya.
"Pasti capek banget buat lo yang harus nutupin wajah kalau mau keluar rumah."
"Gak juga, ini udah jadi resiko gue kalau mau jadi aktor."
"Itu kemauan lo sendiri?" tanya Amara untuk mencairkan suasana.
"Begitulah, gue pengen ngikutin jejak ibu gue."
"Tapi lo hebat, pantes aja lo di sukain banyak orang, termasuk gue yang udah jadi penggemar berat lo sejak lama," kata Amara sambil tersenyum.
"Makasih."
Amara mengangguk, untuk sesaat ia terdiam. "Lo deket banget ya sama Xynerva yang ada di kelas kita?" tanya Amara lagi, ia ingin mengetahui hubungan antara Xynerva dan juga Ruel karena penasaran.
Pertanyaannya itu diangguki oleh Ruel, Amara pun tidak kembali bertanya karena beberapa teman yang lainnya sudah datang, mereka semua pun memulai mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru bersama-sama.
Disisi lain Xynerva sedang berada di depan garasi bersama Tavisha, mereka berdua saling menjambak karena Tavisha yang memulai perkara dengannya.
"Lepasin," titah Xynerva.
"Lo dulu yang lepasin."
"Siapa yang duluan nyari masalah sama gue?" tanya Xynerva kesal.
"Gue cuman ngasih peringatan sama lo kalau si Amara itu gak baik."
"Apa salahnya gue deket sama dia? bahkan saat gue deket sama Ruel aja lo malah nyuruh gue buat jauhin dia."
"Liat, liat! bahkan lo egois karena gak mau dengerin perkataan gue. lagian aneh juga, mau-maunya lo deket sama si Amara padahal cuman baru kenal beberapa hari."
"Liat siapa yang ngomong, lo yang egois. tau apa lo tentang Amara?" tanya Xynerva yang masih saling jambak-jambakan.
"Gue tau karena se alumni sama dia waktu SD!"
Xynerva dengan kasar membuang nafasnya, "Lo mau kayak gini sampe kita pulang ke rumah?" tanyanya.
"Kenapa nggak?"
Mereka berdua saling bertatap-tatapan sambil menjambak rambut satu sama lain, sampai akhirnya Maia datang menghampiri mereka berdua.
"Astaga, lo berdua pada ngapain?" tanya Maia yang terkejut melihat keduanya saling menjambak tanpa mengatakan apapun.
"Diem, lo gak usah ikut campur." hardik Tavisha dengan ketus.
"Udah, kalian udah di panggil sama si Eden tuh. kalian yang bakal menyampaikan hasil wawancaranya, cepet!" Maia mendorong Tavisha dan juga Xynerva ke dalam rumah, mau tidak mau mereka berdua pun mengikuti perintah gadis itu yang sudah menyeretnya untuk masuk.
Tavisha dan juga Xynerva sudah berada di depan kamera yang di siapkan oleh Eden sebelumnya, mereka berdua terlihat kaku dan saling diam karena masih kesal dengan masalah tadi.
"Kayaknya kurang pas, kalian gandengan aja biar keliatan akrab." ucap Eden sambil membenarkan posisi kamera.
Tavisha dan Xynerva pun saling bergandengan, walaupun jarak mereka masih terlihat jauh.
"Jangan lupa senyum dan ceria."
Mereka berdua pun mengikuti perkataan Eden, setelah kamera sudah mulai, Xynerva pun mulai memperkenalkan diri.
"Halo, kenalin nama gue Xynerva dan di sebelah gue... Tavisha," ucapnya.
"Teman baik, teman baik!" bisik Maia di belakang kamera.
"Jadi Xynerva ini temen deket gue, dia yang udah ikut bekerja sama bareng tim-tim lainnya untuk sesi wawancara tentang perdagangan."
"Kami berdua melakukan wawancara bersama salah satu pedagang yang ada di dekat sekolah, pemilik usaha tersebut seorang laki-laki paruh baya yang berdagang..."
Keduanya melanjutkan pembicaraan mengenai wawancara yang sudah di lakukannya beberapa jam yang lalu, walaupun terlihat kaku tapi mereka berdua terlihat bagus di kamera, seperti teman baik asli pada umumnya.
Begitu Eden mematikan kameranya, Xynerva dan Tavisha pun tertawa canggung, keduanya saling melepaskan gandengan tangannya, bahkan Tavisha sampai meniup-niup tangan yang baru saja bersentuhan dengan Xynerva.
Xynerva kembali pulang tepat pukul lima sore, di perjalanan ia melihat bocah laki-laki yang sedang di kelilingi anak-anak komplek, bahkan bocah laki-laki itu sudah menangis.
"Loh bukannya itu anak kak Shaerin, kalau gak salah Dayn."
"Kenapa dia?" tanyanya pada diri sendiri, ia pun berlari menghampiri Dayn yang sudah terduduk di aspal.
"Woi, kalian apain Dayn?!" teriak Xynerva sehingga membuat anak-anak komplek itu bubar karena takut.
"Lo jadi laki yang berani dong!" kata Xynerva, memarahi Dayn yang masih terlihat menangis.
"Tadi mau di tendang tapi malah di tendang balik," lirih Dayn.
"Udah jangan nangis, besok-besok biar gue aja yang tendang mereka." ucap Xynerva sambil berjongkok di hadapan Dayn, tangannya bergerak untuk menghapus air mata yang berjatuhan di pipi laki-laki itu.
"Tapi kak, aku juga bisa nendang ko."
"Diem aja lo, dibilang biar gue aja yang pukul mereka. ngapain juga sih ada disini, bukannya malah diem di rumah, gimana kalau kak Shaerin khawatir apalagi tuan Ziel yang bakal marah pas ngeliat kondisi lo yang kayak gini?" omel Xynerva panjang lebar, hingga Dayn berhenti menangis.
Xynerva pun membantu Dayn berdiri, mereka berdua memutuskan untuk pulang karena hari pun sudah semakin malam.
Begitu sampai di kediaman keluarga Algio, di ruang keluarga ada Shaerin dan juga Tiara yang langsung menghampiri Dayn, langkahnya terlihat tertatih-tatih karena akibat tendangan yang di berikan oleh anak-anak komplek.
"Ada apa sama kamu, kamu berantem?" tanya Shaerin membantu Dayn untuk duduk di sofa.
"Dayn kayaknya berkelahi sama anak-anak komplek kak, aku tidak sengaja bertemu dengannya tadi."
"Astaga sayang, makasih banyak ya udah mau bantu Dayn." ucap Shaerin sambil tersenyum tulus.
"Nerva baru pulang sekolah?" tanya Tiara yang langsung di angguki oleh gadis cantik itu.
"Makanlah, bibi udah nyiapin makanan di dapur. ibu sama ayah kamu lagi pergi ke mall, beli kebutuhan sehari-hari."
"Baiklah bi, Nerva pamit mau ganti baju dulu ya."
Dayn menatap kepergian Xynerva, sejak pertemuan pertama dengannya di paviliun, Dayn jatuh cinta pada pandangan pertama, Xynerva yang terlihat cantik di matanya membuat dirinya mengagumi sosok tersebut.
Disisi lain Tavisha dan juga Maia pergi ke restoran yang lumayan dekat dengan rumah Eden, mereka sengaja pergi ke sana karena ingin bertemu dengan pacar Maia.
"Kenapa lo sama Xynerva saling jambak tadi, ada masalah apa?" tanya Maia yang penasaran.
"Gue paling gak suka sama dia, selain gak enakan, dia juga gampang banget akrab sama orang yang bahkan baru aja dia kenal, tanpa tahu seluk beluk orang itu."
"Kan sifat manusia itu beda-beda Vis, gue aja suka langsung akrab tuh, buktinya gue sama lo."
"Masalahnya dia sama si Amara, dia bahkan gak tau Amara kayak gimana, jangan tanya kenapa gue bisa gak suka sama dia, karena gue se-alumni sama tuh cewek."
"Emangnya dia kayak gimana, sampai-sampai lo gak suka banget sama dia?" tanya Maia yang sudah mulai terbawa emosi.
"Akan panjang kalau gue ceritain, pacar lo udah dateng noh." Tavisha menunjuk seorang laki-laki yang baru saja memasuki restoran, laki-laki itu menghampiri mereka berdua, terlihat ia sedang terburu-buru, bahkan laki-laki itu tidak mempunyai waktu untuk duduk.
"Kenapa?" tanya Maia.
"Gue gak akan basa-basi, gue sebenarnya udah bosen sama lo. gue pacarin lo karena gabut," katanya.
Tidak ada perubahan ekspresi wajah, Maia masih terlihat santai menanggapinya. "Too," jawab Maia.
"Maksud lo? gak mungkin, lo kayak keliatan baper waktu bareng sama gue." lanjut laki-laki itu, belum puas dengan jawaban Maia barusan.
"Terus gue harus ngemis-ngemis ke cowok sampah kayak lo? harga diri gue lebih mahal,"
"I just wanna have some fun with u." lanjutnya sambil tersenyum miring.
Tavisha yang ada di sebelahnya pun terkekeh seraya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah konyol teman barunya yang membuatnya begitu kagum.
"Gue gak salah pilih temen," batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments