10

Tavisha duduk disebelah Eden yang sedang melamun, laki-laki itu sengaja pergi ke kelasnya karena disana sepi, semua anak-anak sedang berada di stand untuk saling membantu.

"Lo kenapa?" tanya Tavisha membuka suara duluan.

Eden hanya menatap sekilas gadis itu, ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaannya. "Gue wakil ketua kelas disini, lo bisa cerita sama gue." lanjutnya lagi saat dirasa Eden hanya diam saja.

"Masalah pribadi, lo gak perlu tau."

"Fine, kalau lo gak mau cerita sama gue atau yang lainnya itu gak jadi masalah, karena setiap orang juga punya privasinya masing-masing. soal vincen tadi gue yang wakilin dia buat minta maaf."

"Kenapa harus lo yang minta maaf?"

"Ya, karena dia ketua kelas dan gue sebagai wakilnya, gue harus saling melengkapi dong, lagian dia juga gak sengaja ambil topi lo."

"Lo bilang gak sengaja?" tanya Eden yang di akhiri dengan kekehan.

"Ya, lagian kita gak tau alasan lo pake topi ke sekolah," ucap Tavisha.

Eden menggeleng samar, ia pun beranjak dari tempat duduknya sehingga membuat Tavisha menjadi kebingungan. "Lo mau kemana?"

"Balik stand."

Disisi lain Maia sedang berada di stand kakak kelas bersama Maddie, gadis itu sedang menangis sesegukan setelah mengingat teman-temannya yang selalu mengucilkannya. bukan berarti baperan, tapi Maddie juga masih memiliki hati, ia begitu terpukul dengan ucapan teman-teman sekelasnya itu.

"Udah, Mad. lo gak perlu tangisin kejadian tadi," ucap Maia mencoba menenangkannya.

"Gue sadar kok, Mai. gue emang gak secantik Amara yang selalu dijadiin bahan topik mereka, gue jelek dan gendut juga, gue pantes jadi bahan olokan mereka semua..."

"Cuman gue cape aja selalu di banding-bandingin sama Amara. emang bener ya, beauty privilege itu beneran ada."

Maia menghela nafas panjang, apa yang dikatakan oleh Maddie itu memang benar adanya, buktinya orang secantik Amara yang selalu di agung-agungkan oleh murid sekolahnya, tapi mengingat sifatnya yang belum di ketahui banyak orang, Maia menjadi tidak iri.

"Emang, selagi lo cantik, mau bego juga lo tetep aman."

"Gue pengen pindah sekolah rasanya, gue gak tahan gini terus."

"Mad, jangan kayak gitu. gue tau lo sakit hati sama ucapan mereka, tapi lo jangan keliatan lemah gini, buktiin sama mereka kalau lo itu bisa seperti yang mereka ucapkan," seru Maia.

"Gue gak tau harus mulai dimana."

"Diet, sorry kalau gue nyinggung masalah ini. meskipun mereka masih ngolok-ngolokin lo, gue ada di belakang lo."

Maddie tersenyum, ia menatap Maia dengan begitu sendu. bahkan kelopak matanya sudah memerah dan hampir membengkak. "Mai, gue kira lo itu jutek dan gak bisa di ajak ngomong, tapi gue salah tentang lo. gue rasa yang masih waras di kelas kita itu cuman lo, Tavisha sama Xynerva."

"Kenapa?" tanya Maia.

"Lo yang udah nenangin dan memotivasi gue buat diet, gue juga ngeliat Tavisha kayak perduli banget sama orang-orang di sekitarnya, walaupun keliatannya kalian berdua jutek, tapi kalian baik. sedangkan Xynerva yang selalu ngebela gue disaat yang lainnya nge bully gue, beruntung gue bisa sekelas sama kalian bertiga."

Maia tersenyum. "So, lo gak perlu takut lagi sama omongan mereka, gue bakal ada di samping lo buat ngehajar orang-orang yang ngejelekin lo."

Maddie mengangguk, kini senyumannya sudah mengembang. ia begitu terhibur dengan perkataan Maia yang begitu memotivasi, ia jadi begitu bersemangat untuk merubah dirinya menjadi lebih baik.

Di stand, Tavisha dan juga Eden sudah kembali untuk membantu, begitupun dengan Maia dan juga Maddie. tapi mereka dibuat kebingungan saat mendapatkan Ruel dan juga Samuel tengah bertengkar, entah apa yang mereka ributkan tapi setelah melihat raut wajah Samuel yang sangat marah besar, mereka yakin jika ada masalah.

"Cewek lo?" tanya Samuel.

"Iya, Nerva pacar gue."

Amara melihat kearah Xynerva yang berusaha menghentikan Ruel untuk tidak membuat keributan, apalagi acara akan dimulai. dia tidak ingin semuanya menjadi kacau hanya karena dirinya, "Gue harap lo jangan ganggu cewek gue lagi, Nerva juga keliatan risih sama lo!" lanjutnya.

"Maaf kak, lebih baik lo pergi dari stand ini. bukan bermaksud ngusir, cuman gue gak mau acaranya jadi berantakan gara-gara gue." pinta Xynerva dengan begitu memohon.

Samuel tidak suka akan hal ini, tapi karena itu permintaan Xynerva, ia pun menurutinya. dengan senang hati Samuel pergi dari stand adik kelasnya karena tidak ingin merepotkan gadis yang dia sukai, tapi sebelum pergi ia menatap sekilas Ruel, seolah-olah dia memberikannya peringatan.

"Woy kambing, ayo susul Sam!" ajak Arya kepada teman-temannya yang lain, tapi tidak di gubris sama sekali.

"Lo aja sono, gue masih pengen memandangi wajah cantik Amara." sahut Felix yang tidak pernah lepas memandangi Amara.

"Sialan lo, Lix!" umpat Galang sambil menoyor kepala temannya itu ke samping dan ia di hadiahi tatapan tajam oleh Felix.

"Serah lu pada dah!" cibir Arya yang langsung pergi meninggalkan keduanya, ia pun menyusul Samuel.

Xynerva dan Ruel di seret untuk duduk, teman-teman sekelasnya ingin mengetahui secara rinci tentang hubungan Ruel dan juga Xynerva yang katanya sudah berpacaran, Tavisha dan Maia pun ikut duduk karena penasaran.

"Jelasin deh, sejak kapan kalian berdua pacaran?" tanya Vincentius.

"Kemarin, gue yang jedor Nerva."

"Omg, couple baru gue ini!" sahut salah satu gadis yang ada disana.

"Cocok juga sih, Nerva cantik dan juga Ruel ganteng. kalau berita ini sampai nyebar, pasti kalian bakal jadi couple yang populer di sekolah ini, melebihi couple kakak kelas kita."

Amara terdiam, ia tatap satu persatu wajah yang mendukung Xynerva. sedangkan dari tadi, Tavisha menatap raut wajah Amara yang seperti tidak suka dengan berita tersebut.

"Dengan berita Ruel yang pacaran ama Xynerva, pasti Amara bakal terlupakan." batin Tavisha sambil tersenyum samar-samar.

"Padahal nih ya, gue rasa yang cocok itu Ruel sama Amara. secara yang cantik di sekolah ini tu dia," sahut laki-laki yang ada disana.

"Diem, bacotan lo itu gak bermutu." sahut Tavisha yang merasa jengkel.

Xynerva tersenyum tipis saat menyadari jika Tavisha membelanya, bukan hanya hari ini saja, tapi hari-hari sebelumnya Tavisha seperti terus membelanya. "Gue rasa kalau di samping Amara itu gak ada apa-apanya, semua orang selalu nyapa dia tapi nggak sama gue, padahal jelas banget kalau gue ada di samping Amara, gue gak pernah keliatan di mata mereka yang suka memuji-muji Amara," batin Xynerva.

"So, Ruel harus traktir kita semua!" teriak Vincentius yang langsung di sambut tepuk tangan oleh semuanya.

"Oke, lo pada terserah mau jajan apa disini, nanti gue yang bayar."

"Yey, langgen deh kalian berdua."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!