Sekalipun tidak ada yang mengatakan bahwa ini semua adalah salahnya, Anggoro tetap merasa seperti itu. Kesalahan diawal ketika dirinya mengadopsi Axel tanpa berunding lebih dulu. Melihat suaminya tertunduk dengan penuh wajah penyesalan, Mila beranjak dari tempat duduknya.
"Papa, udah dong jangan kayak gitu! emang sih ini kalo dicari ujung permasalahan, ujung pokoknya dari Papa ... makanya, Mama gak mau cerita takut bikin Papa merasa bersalah kayak gini." ungkap Mila, langkahnya tiba disamping Anggoro.
"Jadi, gak usah merasa bersalah lagi! selain udah terlambat juga gak ada gunanya atau malah bikin Axel makin jauh dari Kita Pa, jujur aja Mama gak mau!" tukas Mila memeluk Anggoro dengan mesranya. Kebahagiaan ini cukup membuat hati Mila lega, tentu saja tetap menginginkan keluarga Mereka terus berjalan sehangat ini.
Ada yang sedang tak sadar, Axel menggenggam jemari tangan Amira, saat dirinya berbahagia melihat Mila mampu meredam penyesalan yang dirasakan Anggoro. Ia sempat khawatir Papanya akan berganti merajuk menyalahkan dirinya sendiri.
"Kalian tidur disini aja ya?" pinta Axel membuka percakapan.
"Iya Ma, besok kan weekend?" timpal Amira juga.
"Gimana Pa?" tanya Mila melepaskan pelukannya menunggu keputusan dari sang suami.
"Boleh kok, kamarnya ada dua kan? pasti kamar satunya kosong, kan Axel sama Amira tidurnya jadi satu." celetuk Anggoro mengira anak dan menantunya tidur bersama, padahal mereka tidur dikamar terpisah.
Seketika Amira dan Axel saling toleh,
"Eh, iya Mas! kita kan belum beresin kamar itu ya? takut ada tikus." seru Amira menarik tangan Axel menaiki anak tangga.
"Sayang, mau dibantu gak?" tanya Mila dari lantai dasar.
"Gak usah Ma! Mama tunggu aja dibawah ya? masak tamu disuruh bersih-bersih." jawab Axel. Bagai mendapatkan kekuatan super mereka berdua menaiki anak tangga setengah berlari.
Dan tinggalah nafas terengah-engah setelah berhasil tiba dilantai dua.
"Astaga! capek banget." keluh Amira sejenak beristirahat.
"Iyah! udah macem lihat setan aja." timpal Axel sama sibuknya memompa udara lewat mulutnya juga.
Posisi tangan keduanya masih saling merekat, hingga Axel dan Amira sadar.
"Ya ampun! maaf." seru Axel spontan melemparkan tangan Amira.
"Ah, iya gak papa Pak, Saya juga baru sadar tadi naik sambil tarik tangan Bapak." ucap Amira sama malunya.
"Eh, udah gak usah maaf-maafan lebaran udah lewat ... sekarang mumpung Mama sama Papa masih di bawah Kita beresin kamar Kamu dulu! terus malam ini Kamu baiknya tidur di kamar Saya aja, jadi satu!" jelas Axel bergegas.
"Tapi, apa gak papa Pak?" tanya Amira masih saja sempat bertanya polos seperti itu padahal mereka tidak memiliki waktu untuk berunding lagi sekarang.
"Amira! sekarang bukan waktunya diskusi! ayo keburu Mama sama Papa naik." hardik Axel secara halus tak sampai menyakiti hati Amira. Seperti dikejar waktu Amira menutup mulutnya, segera masuk kekamar.
Mereka langsung bergegas untuk membereskan kamar, tujuan pertama Mereka untuk mengambil barang-barang milik Amira diruangan ini.
"Nah itu tas sama buku Kamu bawa, nanti selimut Saya aja yang bawa!" tukas Axel.
Amira menurut, mulai sibuk membawa semua buku-buku itu, hingga ada satu barang penting lagi membuat langkah kakinya terhenti.
"Pak, pakaian Saya gimana?" tanyanya.
"Udah nanti Saya ambilin beberapa potong dulu aja, udah gih sana!" hardik Axel lagi.
Demi terlihat seperti pasangan suami istri sungguhan, mereka berdua harus bekerjasama sekarang. Sampai tak sadarakan menemukan permalasahan baru nanti.
Tangan kekar Axel telah dipenuhi banyak barang, diliriknya lemari pakaian Amira. Laki-laki itu masih memiliki satu tugas untuk mengambil beberapa potong pakaian.
"Srak."
Axel hanya asal ambil pilih, mulai memasukkan kedalam selimut lebar.
"Eh, daleman kan belum ya?" serunya. Hingga membuka laci kecil pakaian tempat sensitif bagi wanita. Tatapan geli ketika Axel mengerutkan matanya, kain kecil berbentuk kacamata buta serta segitiga bermuda berjajar rapi disana.
"Ya Tuhan, maafin hambamu ini." ucap Axel merasa berdosa padahal hal ini termasuk lumrah bagi sepasang suami istri.
Waktu sepuluh menit adalah waktu yang singkat, tapi dengan kecepatan tinggi Mereka berdua berhasil membersihkan sesuatu yang bisa menimbulkan kecurigaan para orangtua. Dan datanglah Mila kelantai atas, setelah mendengar langkah kaki seperti orang sedang kejar-kejaran terdengar sampai i lantai dasar.
"Kalian, kenapa kok kayak orang ngos-ngosan gitu? kan Mama bisa bantuin?" tanya Mila melihat Amira dan Axel berdiri bersandar ditembok rumah seperti hewan cicak.
"Hehe, gak papa Ma ... udah selesai kok." jawab Axel terjeda untuk mengatur nafasnya dulu.
Tetapi ada pemandangan aneh saat benda keramat berbentuk segitiga tergeletak diatas lantai.
"Mampus! kenapa bisa jatuh disitu!" umpat Axel panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments