Suara deru dari mesin mobil berlalu lalang ditengah jalan. Axel berjalan masih gencar tetap mencari Amira. Padahal sinar matahari mulai meredup bersiap untuk bersembunyi menuju inti bumi.
"Hah ... hah ... hah." tarikan nafas yang tersengal-sengal dari mulut Axel. Laki-laki ini sedang duduk diatas cor halaman parkir, menyandarkan tubuhnya dibadan mobil.
Keadaan Kampus juga semakin sepi, semua mahasiswa maupun Dosen telah pulang kerumah masing-masing.
"Axel?" panggil Doni salah satu teman satu profesi dengannya.
Betapa terkejutnya Doni ketika Axel memutar wajahnya paras tampan itu terlihat dengan wajah sembab serta pucat pasi. Apalagi sorot mata tajam Axel berubah pula menjadi sayu.
"Xel, ada apa?" tanya Doni langsung menghampiri sahabatnya itu.
"Amira hilang Don, Gue harus gimana sekarang?" ungkap Axel penuh keputusasaan.
"Amira siapa?" tanya Doni tak tahu menahu siapalah Amira yang sedang dimaksud Axel.
"Dia istri gue, Doni ... tapi sekarang Dia hilang, lebih tepatnya kayaknya Dia kabur." tukas Axel.
"Apa? istri? Lo gak ngelantur kan Xel? sejak kapan jomblo seumur hidup macem Lo ngaku-ngaku punya Istri?" ejek Doni menganggap kata-kata Axel tadi hanya sekedar bualan.
"Plak!"
"Eh, buset! sakit Be--," umpatan Doni terpotong karena sadar sedang ada dikawasan Kampus, tentu dirinya tak mau anak didiknya sampai mendengar. Bisa jadi membuat citranya menjadi buruk.
"Hah dasar! udah beberapa hari nggak kelihatan, sekarang ngaku-ngaku punya istri, mana sekarang nangis-nangis lagi? tolong ceritain dulu masalah hidup Lo dari awal! biar ini otak pinter Gue bisa mencerna semuanya." tukas Doni menaikan alisnya semua.
"Don, gue ini lagi sedih loh! mana bisa Gue cerita?" protes Axel seakan tak memiliki tenaga untuk menceritakan kisah pernikahannya kepada Doni.
"Lah, Ya udah kalau gitu silakan nikmati kesedihan Lo itu sendiri! Gue mau pulang dulu!" seru Doni acuh ingin berlalu.
"Cih, Polisi aja mau nangkap pelaku ditanya dulu, mana bisa gue nolongin orang tanpa tahu permasalahan awalnya,emangnya gue peramal?" celoteh Doni lagi mulai menggerakkan kakinya untuk pergi.
"Don, Lo gak kasihan apa sama Gue?" rintih Axel mencoba menghentikan kepergian Doni.
"Gak!" jawab Doni langsung tanpa perasaan sungkan.
"Iya, iya ... Gue bakalan ceritain semuanya." kata Axel menyerah.
Barulah langkah kaki Doni terhenti,
"Nah, gitu deh daritadi." kata Doni langsung memutar kembali kakinya untuk menghampiri Axel.
"Jadi, gimana awal mula kejadiannya Kisanak!" seru Doni bersemangat untuk bertanya.
Sorot tatapan kesal Axel, sungguh tangannya terasa gatal ingin sekali melemparkan bogeman tinjunya untuk menoreh kenangan diwajah manis Doni. Tetapi hanya Doni teman yang bisa diajak berbicara ataupun diminta pertolongan. Mengapa demikian? Karena Doni satu-satunya teman yang Axel miliki.
"Itu, sebenernya Minggu kemarin, Gue ...." kata Axel mulai bercerita tentang pernikahannya dengan Amira.
Wajah Doni semula tenang bahkan tadinya terlihat cengengesan tiba-tiba menjadi serius ketika mendengarkan semua cerita kehidupan Axel layaknya drama ftv.
"Jadi tentang pengakuan Lo udah nikah itu beneran? terus Amira yang Lo maksud anaknya Pak Demien Raharja?" cerca Doni menyebutkan ciri spesifik keluarga Amira.
"Iyah ... emang dikampus kita, Amira ada berapa?" sungut Axel. Meskipun dirinya sudah terbayang ekspresi orang-orang ketika tahu tentang kenyataan ini.
"Iyalah! tadi kan Gue udah bilang, jangan diulang lagi lah!" protes Axel.
"Sumpah keren banget Lo Xel ... diem-diem ternyata Lo suhu!" puji Doni bertepuk tangan seolah ini adalah kelebihan tersembunyi yang Axel miliki.
"Apaan sih gak jelas! nah, Gue kan udah cerita , jadi sekarang bantuin Gue cari Amira ... plis Don, tolongin Gue." pinta Axel sampai menelangkupkan kedua telapak tangannya untuk memohon. Sebenarnya tidak harus seperti itu pun Doni pasti bersedia untuk menolong.
"Bentar, Gue cari nomer telepon keluarganya dulu di buku informasi ... mudah-mudahan kantor gak dikunci." kata Doni.
"Iya, makasih ya?" jawab Axel bersemangat.
Kemudian Doni pergi ke tempat yang dimaksud untuk mencari nomor telepon rumah keluarga Amira. Meskipun dilanda kecemasan, Axel berusaha untuk tetap tenang menunggu.
Beberapa menit kemudian terlihat Doni kembali,
"Gimana dapet gak?" tanya Axel.
"Ada kok, nih!" jawab Doni menyodorkan ponselnya karena tadi telah menulis nomor telepon rumah Amira disini.
Tetapi bukannya menerima ponsel itu, Axel malah terlihat ragu.
"Don, bisa gak Lo aja yang telvon? Gue takut bikin keluarga Amira curiga." pinta Axel sejujurnya ada perasaan takut ketika suaranya bisa dikenali. Dia sendiri tidak mau dicap sebagai Suami yang teledor karena kehilangan istri padahal baru beberapa hari menikah.
"Iiishh, sini-sini!" sentak Doni mulai menghubungi nomor itu.
Terdengar beberapa bunyi sambungan telepon.
"Halo? ah ya ini saya Doni Dosen dari Universitas Indonesia ... em, maaf apa Amira ada dirumah? Saya ada kepentingan sama Amira." jelas Doni tak lupa memperkenalkan dirinya lebih dulu.
"Oh, seperti itu? baik terimakasih atas informasinya ... ah ya selamat malam." tutup Doni.
"Gimana?" sela Axel langsung.
"Ah, gak ada katanya ... tapi Mereka bilang Amira beneran udah nikah sih nggak bohong." celetuk Doni sebelumnya belum mempercayai pernyataan Axel.
"Kampret! Lo kira Gue bohong gitu?" ketus Axel hampir melayangkan pukulan ke kepala Doni, tetapi gerak cepat Doni langsung menghindar.
Axel benar-benar dibuat semakin kebingungan, bahkan tangannya menjambak kasar rambutnya itu hingga tak terarah lagi.
"Eh, sabar Bro ... mendingan sekarang Lo pulang dulu ... siapa tahu Amira udah ada di rumah ... nah, semisal nanti di rumah nggak ada, Lo bisa hubungin Gue, dan gue akan bantu cari kemanapun atau kita bikin laporan ke Polisi." tukas Doni.
"Hah ... yaudah Gue pulang dulu," kata Axel dengan nada bicara lemah. walaupun dari hatinya dia pun meragukan keberadaan Amira ada dirumahnya.
Namun, Dia tetap ingin melihat secara pasti dan berharap dugaan Doni benar adanya.
Dua laki-laki ini akhirnya berpisah.
*
Sejak tadi Amira melihat terus kearah jam dinding. Waktu telah berganti malam. Tetapi Axel sang Suami belum juga datang.
"Kok, Pak Axel belum dateng juga ya? bukannya jam kampus Dia cuma sampai jam dua aja?" guman Amira. Makanan yang sengaja Dia buat khusus untuk Axel, kini telah berubah menjadi dingin. Amira mempersiapkan menu makanan berupa sayur SOP berpadu dengan sambal terasi.
"Eh, iya Aku kan gak punya nomer teleponnya Pak Axel." kata Amira semula berniat akan menghubungi Axel. Tetapi baru ingat tidak ada kontak Axel dalam ponselnya.
Hingga terdengar suara mobil datang memasuki garasi. Amira sampai memasang telinganya fokus untuk mendengar.
Hanya ada satu kemungkinan yang bisa terjadi. Ketika ada seseorang yang berhasil masuk pagar tanpa harus menekan bell dulu. Pasti orang itu adalah Axel atau Amira sendiri.
Sekuat tenaga Amira berlari untuk melihat, sedangkan dari garasi Axel juga berlari dari sana.
Betapa bahagianya Axel melihat wanita yang telah dicari selama setengah hari ternyata sedang berdiri diteras rumah. Mata mereka saling beradu tatap sekarang.
"Kok baru pulang Pak?" tanya Amira.
Tidak ada kata yang keluar dari bibir Axel, hanya langkah kakinya yang terus berjalan menghampiri Amira.
"Grep." Sebuah pelukan hangat melingkar sempurna ditubuh Amira. Axel sungguh tak ingin membiarkan perasaan bahagia ini tanpa melakukan tindakan. Harus sekali melampiaskan secara nyata untuk rasa itu.
Sedangkan tersangka utama yang bahkan tak sadar telah melakukan kesalahan, tetap terdiam tanpa melakukan penolakan. Hanya tatapan mata penuh tanda tanya mendapatkan perlakuan seperti ini dari Axel. Mereka berdua hanya diam seakan sedang menikmati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments