Di dalam rumah Amira langsung menuju kamar miliknya. Dihempaskan tubuh mungilnya keatas ranjang premium yang mahal dan empuk itu.
"Ah, enak banget." ucapnya meraba busa itu menyandarkan tubuhnya secara sempurna. Setelah tadi didalam mobil, tidur dengan posisi duduk membuat tubuh Amira terasa pegal.
Amira memandang langit atap yang tak terlihat atapnya itu. Terhalang gypsum mahal yang melapisinya. Walaupun mendapatkan pernikahan dengan sistem perjodohan terpaksa. Ada satu hal yang membuat hatinya tenang.
"Aku boleh gak sih disini senyaman ini?" guman Amira. Gadis itu pun memutar tubuhnya hingga posisi tengkurap berhadapan dengan busa. Menjadikan kedua tangannya sebagai penopang kepalanya.
"Gak nyangka aku udah resmi jadi istri orang lain ... tapi kok, kalo di Drakor orang habis nikah itu bahagia ... tapi kalo aku?" guman Amira terpotong karena bingung sendiri ingin menilai bagaimana.
"Udah ah, mikirnya sambil jalan aja." ucapnya seraya menggelengkan kepalanya. Amira sibuk mengeluarkan buku dari dalam tasnya, mencoba mempelajari kembali ilmu itu dirumah.
Dikamar lain, Axel melepaskan semua pakaian resminya itu. Membuka lemari kayu menarik satu helai kaos dan celana kolor dengan merk ternama.
Tak lebih dari waktu lima menit Axel selesai mengenakan pakaian itu.
"Aduh, laper banget nih ... bikin nasi goreng enak kali ya?" guman Axel bergegas keluar kamar untuk memasak didapur.
Dari dulu Axel memang terbiasa memasak sendiri, sebelum menikah dengan Amira dia memang memilih tinggal di sebuah kamar kost dekat dengan kampusnya. Axel menghidupi semua biaya kehidupannya sendiri dengan menjadi Dosen di kampus itu. Tetapi, sebelum dia bekerja sebagai dosen tentu saja, biaya kehidupan Axel dipenuhi oleh Mira dan Anggoro sang suami.
Kaki Axel tiba di dapur, dengan keset tangannya membuka lemari penyimpan bahan baku makanan. Ia membuka magicom untuk melihat adakah nasi matang ditempat hangat itu.
"Oke, masih ada ... sekarang tinggal bikin bumbu." ucapnya menjentikkan jarinya karena senang. Tangan kekar Axel dengan telaten mengupas kulit bawang merah dan putih. Kemudian mencucinya lebih dulu agar lebih higienis, serta menambah lima buah cabai. Dipotongnya semua bumbu itu satu persatu.
"Klak." Bunyi putaran kompor ketika Axel memutar untuk menghidupkan alat memasak itu. Diambilnya wajan tanggung diletakkan secara sempurna. Memberikan sedikit minyak, menunggunya sampai panas. Setelah panas barulah semua bumbu Axel masukkan. Beberapa detik, tercium aroma harum dari tumisan bumbu dari dalam wajan menggugah selera.
Dari kamarnya Amira mencium aroma lezat sampai hidungnya menghirup dalam. Matanya terpejam terbayang kelezatannya walaupun hanya menilai dari aromanya saja.
"Eum ... baunya enak banget ini." ucapnya hingga mengangkat tubuhnya. Amira duduk pikirannya sudah tak fokus untuk belajar. Ditambah dorongan rasa lapar, ia bergegas keluar untuk mencari sumber bau harum ini.
Dengan hati-hati Amira menuruni anak tangga, ia melihat asap kecil dari atas kompor. Karena posisi ruangan dapur terlihat dari celah pintu yang lebar.
"Pak Axel bisa masak?" guman Amira memiringkan kepalanya. Melihat Axel sibuk disana. Dengan sedikit keberanian Amira memberanikan diri untuk melihat lebih dekat.
Setelah beberapa kali mengaduk nasi hingga tercampur rata. Sebelum mematikan kompor tangan Axel mengambil sejumput nasi untuk mencicipi.
"Udah pas." kata Axel merasakan citra rasa sesuai dengan lidahnya. Setelah merasa masakannya sempurna, tanpa ragu mematikan kompor. Kemudian Axel menuangkan nasi goreng itu kedalam piring.
Mata Amira membulat sempurna, bunyi tenggorokan menelan salivanya karena tergiur dengan penampakan nasi goreng buatan Axel diatas meja dapur.
Sadar pergerakannya sedang diawasi seseorang. Gerak cepat Axel memutar tubuhnya kebelakang. Benar saja Amira tertangkap basah sedang berdiri mematung di ruang tengah memperhatikan dirinya. Bahkan mata kedua insan ini sedang beradu.
"Ah, maaf Pak." kata Amira gugup membalikkan badannya berniat untuk pergi.
Sejenak Axel melirik kedalam wajan masih ada setengah nasi goreng ditempat ini. Sedangkan piringnya telah penuh tidak ada tempat lagi.
"Amira?" panggil Axel berniat untuk mengajak Amira ikut serta mencicipi makanan buatannya. Laju kaki Amira terhenti tepat didepan tangga rumah mereka.
"Ada apa Pak?" tanya Amira memutar badannya dengan tangan memegangi pinggiran tangga.
"Mau nasi goreng? kebetulan ada sisa." jelas Axel kaku menawari Amira. Memang terdengar kasar tetapi itulah ciri khas Dosen Killer itu.
Wajah lugu Amira terlihat ragu, ia malah sibuk memainkan bibirnya karena bimbang.
"Kenapa? gak mau? tenang ini gak beracun kok!" terang Axel mampu menggelitik Amira, jelas saja gadis itu tergelak dibuatnya.
"Mau kok Pak ... maaf saya takut bikin Bapak gak nyaman." ungkap Amira.
Mendengar ungkapan gadis polos itu, Axel mengernyitkan dahinya. Meskipun yang dikatakan Amira barusan memang ada benarnya. Tetapi, hati nuraninya takkan tega untuk mengatakan secara gamblang perihal perasaan kurang nyaman itu, karena bisa saja menyakiti hati kecil Amira.
Tangan Axel mengambil piring bersih untuk meletakkan sisa nasi dari wajan. Sekarang kedua tangan laki-laki itu sedang membawa piring yang sama. Satu piring ia letakkan diatas mejanya. Kemudian memberikan satu piring lagi untuk Amira.
Bunyi kursi yang tarik tangan Axel ketika dirinya hendak menduduki benda itu didepan meja makan. Sama halnya dengan Amira menarik kursi disana. Tetapi, agak jauh dari posisi tempat duduk milik Axel. Mereka duduk berdua walaupun terasa canggung sebisa mungkin kedua orang ini tetap tenang seakan tidak terjadi masalah dengan kehadiran satu sama lain.
"Oke, Amira tenang ... kamu kan udah dikasih sepiring nasi goreng, jadi kamu harus hormatin Pak Axel dong?" guman Amira dalam hati sambil mengatur nafasnya sendiri.
"Fine Axel, Lo kan yang udah ajak ini bocah buat makan bareng ... sekarang tinggal Lo nikmatin aja dan lakukan seperti biasa." guman Axel dalam hatinya jua.
Permulaan yang baik untuk pasangan kaku memulai kehidupan pernikahan mereka. Awalnya mereka berdua sama-sama malu untuk menyendok nasi kedalam mulut. Namun, perut mereka tidak sesabar itu seakan meminta diisi dengan sesuatu. Daripada menimbulkan bunyi kelaparan yang hanya membuat malu. Axel dan Amira langsung melahap nasi itu.
"Woah enak banget," puji Amira secara spontan disuapan pertama.
Melihat reaksi Amira yang lucu, Axel tak sadar bibirnya menyunggingkan senyuman kecil setelah melihat tingkah menggemaskan istrinya.
"Bagus deh kalo kamu suka ... makan yang banyak biar cepet gede." balas Axel seolah menunjukkan rasa senangnya dengan cara berbeda.
Hilang sudah kecanggungan dimeja makan dalam sekejap. Mereka asik menikmati makanan masing-masing.
Gerak cepat tangan Amira menghabiskan nasi di sendok terakhir sebagai penutup nikmat di jam makan tanggung mereka.
"Heemmh ... enak banget ...." ungkap Amira sampai menepuk lembut perutnya yang penuh.
"Minum sana, nanti cegukan lagi." kata Axel meminum segelas air lebih dulu.
Amira terlihat menurut kemudian meraih teko dan menuangkan air itu kedalam gelas bening, dan langsung meminumnya.
"Makasih ya Pak." ucap Amira atas kebaikan Axel memberikan nasi goreng untuknya.
"Iya." jawab Axel singkat.
"Oh, ya Amira ... saya udah siapin surat kontrak pernikahan kita ... kamu mau tanda tangan sekarang atau kapan?" imbuh Axel lagi ketika Amira bersiap untuk beranjak.
"Ah, iya Pak ... mau disini?" tanya Amira.
"Boleh, bentar ya saya ambil dulu." kata Axel bergegas ke kamar untuk mengambil surat perjanjian itu.
Di meja makan Amira menunggu disana hingga Axel kembali. Tetapi diluar terdengar seseorang yang menekan bell rumah.
"Siapa ya yang dateng?" guman Amira bergegas keluar untuk melihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments