"He, iya Ma ... habisnya Amira belum terbiasa untuk ngubah nama panggilan secepat ini." jelas Amira sambil mengulas senyuman tipisnya.
Meskipun Mila menyadari tentang pernikahan Mereka yang berjalan begitu mendadak tanpa adanya hubungan resmi seperti sepasang kekasih, tetapi tetap saja tidak boleh semacam ini juga.
"Ya, harus dibiasakan dong Sayang ... ganti aja yang ringan-ringan dulu, misalnya kayak Mas aja gitu." tukas Mila mengusap punggung kecil Amira. Hanya anggukan kecilnya sebagai jawaban dari sang menantu. Karena posisi Mereka masih dalam keadaan berdiri, dengan lembut Amira menarik tangan Mila untuk diajak duduk keruang tamu.
Mereka terhenti saat tiba di kursi panjang empuk itu, meletakkan bokongnya secara perlahan disana.
"Bentar ya Ma, Amira bikinin minuman dulu," kata Amira ingin lekas pergi tapi tangannya ditahan.
"Gak usah Sayang, nanti aja ... Sebenarnya Mama habis dinner dirumah teman dan kebetulan jalannya juga searah, terus kita mampir deh." ungkap Mila mencegah, tanganmya juga mengusap perutnya yang telah penuh hingga tak memiliki celah lagi.
Amira akhirnya pasrah dan kembali duduk, matanya melirik Anggoro sedang duduk dimeja makan bersama Axel,
Mila malah ikut terpaku dan melihat kearah sama,
"Heran ya, Axel kalo sama Papanya langsung akrab gitu ... beda banget kalo sama Mama." ucap Mila sedikit kesal bercampur cemburu.
Hal yang sedang difikirkan oleh Amira saat ini, perbedaan sikap Axel yang langsung terbiasa mengobrol ringan bersama Papa mertuanya itu. Tetapi ketika dengan Mila hanya berucap sepentingnya saja.
Raut kesedihan diwajah Mila sekarang, mampu dirasakan oleh Amira. Perasaan tak dianggap ada, sungguh sangat menyakitkan. Kenyataan tentang Axel hanyalah anak adopsi juga Amira ketahui, tetapi cerita kehidupan Mereka tidak ada yang tahu.
"Tapi Mama sayang kan sama Pak ...eh, maksudnya Mas Axel?" tanya Amira lugu.
Bila Mila adalah orang lain, mungkin saja akan marah dan tersinggung, tetapi Mila hanya tersenyum simpul. Mulai terbayang lagi kejadian dulu dalam fikirannya.
"Kalo dulu sih gak! tapi sekarang Mama sayang banget, cuman ... kayaknya Axel udah terlanjur sakit hati sama Mama." jawab Mila sendu meremas kain dress-nya itu. Andai Mila mampu memutar waktu untuk memperbaiki semuanya.
Tangan lentik Amira memberanikan diri untuk menyentuh jemari tangan Mila. Tangan Amira terasa dingin mungkin gadis muda itu sedikit gugup untuk melakukan sentuhan ini.
"Mama, kita gak bisa putar waktu buat kembali ke masa lalu tapi kita bisa perbaiki semua sekarang," tukas Amira lembut dengan tersenyum.
Mila membalas senyuman sama, melirik kearah Axel berada.
"Apa masih bisa?" tanyanya ragu.
"Bisa dong! Amira sendiri udah ngerasain kok." tukas Amira.
Mila hanya mengerutkan keningnya dengan tertawa tanpa suara.
"Amira kemarin habis ke makam Mama Rani, Papa Demien jauh-jauh datang ke Kampus loh buat jemput Amira." jelas Amira.
"Hehe, Mama bingung ya? karena tiba-tiba Amira bilang kayak gini?" imbuh Amira lagi, takut mengira Mila tak memahami ceritanya.
"Enggak kok! Mama tahu! hubungan kalian hampir sama kayak Mama dan Axel?" jawab Mila membuat Amira tercengang. Kini giliran Amira yang terdiam dengan mulut ternganga.
"Amira mana mungkin Mama gak tahu ... Walaupun Mama belum punya anak tapi umur Mama udah tua! jelas aja semua ketahuan, mana ada orang tua enteng banget lihat anaknya nikah sama orang asing? Parahnya gak tanya asal, usul, mahar atau pekerjaan dari calon suami anaknya? apa itu masuk akal?" ketus Mila gara-gara menceritakan kejadian ini, emosinya menjadi meluap-luap. Menyayangkan sikap acuh Demien terhadap Amira.
Seketika Amira tertunduk malu,
"Hey, jangan nunduk dong! ini kan bukan salah kamu, Sayang!" tegas Mila segera mengangkat kepala Amira untuk menatapnya.
"Amira, kamu gak perlu khawatir lagi ... gak usah kamu buang-buang waktu untuk mikirin keluarga gak jelas kayak mereka itu! sekarang kita adalah keluarga Kamu, oke!" jelas Mila merentang kedua tangannya untuk dijadikan sandaran bagi Amira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments