Karena masih sibuk menikmati makanannya, Axel menggeser panggilan telepon kemudian menekan pengeras suara.
"Hallo, kenapa?" tanya Axel cuek ketika mengetahui Doni yang menghubungi dirinya.
"Kenapa gimana? tadi aja Lo diparkiran nangis-nangis, terus minta tolong buat cari istri Lo ... terus gimana seka---,"
"Petzz!" Axel langsung mematikan pengeras suara seketika, dan seketika Amira tersentak mendengarnya.
"Pak Axel nangis?" tanya Amira tetapi hanya tertahan didalam hatinya.
Masih terdengar suara Doni berceloteh, namun karena volume suara telah mengecil. Sehingga Amira tak bisa mendengarkan dengan jelas lagi.
"Iya, iya bawel!" ketus Axel beranjak berdiri karena Doni tak berhenti mengomeli dirinya sekarang.
Hanya tatapan penuh arti tersirat di wajah Amira.
"Jadi, tadi siang Pak Axel nyariin aku? bahkan sampai nangis?" ucap Amira lagi berbicara sendiri disaksikan meja makan.
Agar pembicaraannya dengan Doni tak terdengar oleh Amira, Axel menjauh dari ruang meja makan menuju ruang tengah.
"Doni kampret Lu!" sungut Axel kepada Doni, sepertinya Dia melupakan jasa Doni yang telah bersedia membantu dirinya hanya karena perasaan malunya itu.
"Sialan! malah ngatain Gue kampret lagi! eh kulkasnya dua pintu! Lo lupa sama pertolongan Gue tadi hah!" sentak balik Doni.
Seketika kata-kata sindirannya langsung menembus dada bidang Axel mengenai jantungnya. Segeralah Axel memijat dahinya sendiri.
"Hehe, iya yah ... iya deh sorry." jelas Axel kemudian, mengakuinya dirinya memiliki hutang budi kepada Doni, dan langsung mengubah nada bicaranya lebih halus.
"Maaf Don, habisnya Lo sih ngomong gak pakai di rem ... jadinya Amira denger kan," ucap Axel dengan berbisik.
Dari lawan tempat, Doni mengernyitkan dahinya karena tak paham.
"Lah, emangnya kenapa kalo Amira denger? emang kenyataannya kayak gitu kan?" balas dia.
"Ya gak bisa gitu bego! Lu kan tahu hubungan Gue sama Amira belum seakrab itu!" ketus Axel.
Dari dalam ponsel terdengar suara dengusan lirih seperti tertawa kecil.
"Dasar orang gila! Xel, Lo sekarang udah resmi nikah! Ya harusnya Lo ilangin lah sekat diantara kalian! emangnya Lo mau hidup kayak gitu terus?" balas Doni.
Axel pun terdiam, hingga menyebabkan keheningan. Doni yang menunggu beberapa detik tak sabar kemudian, berniat untuk menambah petuahnya lagi.
"Jadi, saran Gue bikin hubungan kalian jadi lebih deket ... masak gitu aja gak bisa! umur Lo udah bukan masa ABG lagi Xel, harusnya Lo bisa ngemong bukan malah kayak gini macem bocah main petak umpet aja." imbuh Doni lagi.
"Tapi Gue sama Amira cuma mau nikah kontrak aja!" jelas Axel akhirnya malah membuka rahasia kartu pernikahannya sendiri.
"APA?" sentak Doni terperanjat sampai mengubah posisi ponselnya ke sisi telinga kanan.
"Udah ya, gak usah nanya lagi ...oh, ya makasih udah mau bantuin, bye!" tutup Axel segera tanpa menunggu jawaban dari Doni.
Amira masih tersipu memegangi kedua pipinya. Perasaan tak percaya dengan perjuangan Axel untuk mencari dirinya sampai seperti ini.
"Kamu kenapa? sakit?" tanya Axel melihat sedari Dia datang Amira menyentuh kedua bukit kembar dibagian wajahnya itu.
"Eh, hhehe ... enggak kok Pak, gak papa." jawab Amira lekas menurunkan tangannya.
Mereka kembali meneruskan acara makan malam yang sempat terjeda. Amira terus saja melihat kearah wajah Axel sekarang, ingin rasanya mengalihkan pandangannya. Tetapi Amira kesulitan, karena rasa penasaran terus mendesak hatinya.
"Bapak tadi beneran nyariin Saya?" tanya Amira akhirnya gagal menjaga pertanyaan ini agar tak keluar dari mulut tipisnya itu.
"Iya!" jawab Axel singkat.
"Gak usah tanya kenapa? Saya juga gak tahu!" imbuh Axel lagi, seolah telah berjaga-jaga lebih dulu.
"Nangis juga?" tanya Amira lagi.
Kali ini Axel dibuat kikuk dengan pertanyaan Amira barusan, namun sia-sia rasanya bila dirinya untuk berbohong karena Amira telah mengetahui kenyataan ini.
Daripada menjawab dengan suara bergetar atau terbata-bata karena malu sendiri. Axel hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban.
Wajah Amira semakin merona, semua yang terjadi tak bisa dicerna dalam otaknya itu.
"Ini Aku gak mimpi kan?" guman Amira lirih tetapi masih bisa didengar jelas oleh Axel.
"Cih, Amira jelas aja Kamu lagi buka mata ... mana ada orang tidur sambil tapi matanya melek?" protes Axel.
Amira hanya tersenyum simpul, serambi meremas gagang sendok ditangannya.
Wajah mereka berdua berubah total menjadi warna merah jambu. Tanpa mereka sadari, saat ini hati mereka sedang tumbuh benih-benih cinta.
Lagi-lagi terdengar suara ponsel berbunyi, Axel mencebik bibirnya, mengangkat panggilan telepon itu tanpa melihat kontak nama dari siapa.
"Don, Gue udah bilang gak usah ikut campur! pokoknya terserah gue mau nikah kon----"
"Axel, ini Mama!" jelas Mila memotong kemarahan Axel padanya.
Beberapa detik Axel menjauhkan ponselnya dari telinga, untuk memastikan nama kontak pemanggil. Benar saja disana tertulis Mama Mila.
"Ya, ampun maaf Ma ... Axel kira dari Doni." jelas Axel meminta ampunan, secara lancang memaki Mila yang sama sekali tak memiliki kesalahan.
"Astaga Axel! sabar dong Sayang ... Jangan marah-marah, nanti cepet tua loh," gurau Mila santai sama sekali tak mempermasalahkan kejadian ini.
"Oh, ya ada apa Ma?" tanya Axel lagi.
"Mama, ada diluar ini ... kayaknya bell Kamu rusak deh, daritadi Mama udah pencet tapi Kamu gak keluar buka pintu?" jelas Mila masih berdiri disamping pintu gerbang.
"Ya Tuhan? seriusan Ma? oke-oke tunggu ya Ma, Axel langsung kesana sekarang!" ucap Axel berdiri kemudian berlari.
"Mama Mila kesini?" seru Amira mendengar sedikit pembicaraan inti mereka. Akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah suaminya keluar rumah.
Mila dengan senyuman merekah menyapa Amira yang tampak keluar dari pintu utama.
"Hallo Sayang, apa kabar?" tanya Mila.
Amira turun menghampiri Mila. Tanpa ragu Mila melakukan sapa cium pipi kiri dan pipi kanan kepada Menantunya itu.
"Amira sehat Ma, gimana Mama juga sehat kan?" tanya Amira seraya tersenyum.
"Baik dong," jawab Mila yakin.
Axel sedang membenarkan bel membuka gerbang itu agar sang Papa Anggoro bisa memasukkan mobilnya juga.
Sedangkan Mila dan Amira sudah tiba didalam rumah. Kedatangan Mila kemari memang untuk melihat keadaan mereka berdua. Matanya langsung tertuju ketempat meja makan banyak makanan yang masih berjajar rapi diatasnya.
Tatapan mata Mila terus saja mengarah kesana, Amira yang tahu langsung menuntun Mama mertuanya itu.
"Mama, udah makan? Amira hari ini masak sayur sop lho Ma, tadi Pak Axel lahap banget makannya." jelas Amira.
Wajah Mila seketika cerah Dia pun memutar wajahnya hingga berhadapan dengan sang menantu.
"Kamu masak sayur sop? jelaslah Axel suka ... itukan makanan kesukaan dia!" timpal Anggoro tiba, dan menyusul mereka berdua.
"Ah, gitu ya Pa? jadi, sayur sop itu makanan kesukaan Pak Axel?" ucap Amira akhirnya mengetahui kenyataan ini. Takdir Tuhan untuk menjodohkan dua insan tentu tidaklah salah. Buktinya dengan sangat kebetulan tanpa Amira tahu dan sengaja, ternyata dirinya membuatkan makanan yang sangat diminati Axel.
"Sebentar! Kamu kok panggil Axel pakai sebutan Pak?" tanya Mila menyadari sebutan aneh bagi mereka yang telah resmi menjadi pasangan suami istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments