Angel meragukan kepemilikan kartu hitam yang sedang Amira bawa. Matanya nyaris keluar karenanya.
Tetapi tangan gesit Amira bisa menghindari tangan Angel. Ia ayunkan kartu itu kedepan menghindari tangan Angel ketika mencoba merebut kartu itu dari tangannya.
Suasana tegang dikantin ketika dua wanita ini sedang bersitegang. Reaksi terkejut dari wajah tegas Angel matanya langsung melotot sempurna.
"Eh, berani ya sekarang!" sentak Angel tak terima. Dari dulu Amira memang selalu mengalah, dan baru sekarang dia berani melawan.
"Kamu itu udah gak sopan masih aja marah-marah!" ketus Reyno mencibir perilaku tak sopan Angel. Geram sekali Reyno melihat sikap Angel yang seenaknya sendiri terhadap Amira.
"Reyno, tolong ya gak usah ikut campur! ini urusan aku sama Amira ... aku harus cek dulu, itu blackcard punya siapa! jangan-jangan dia nyuri lagi!" tuduh Angel lagi tetap bersikukuh dengan tuduhannya. Bahkan secara terang-terangan mencurigai Amira.
Gadis lembut si Amira mendengus lirih, kenapa ada saja alasan bagi Angel untuk mempermalukan dirinya.
"Angel! stop ya! kali ini aku gak akan diem aja!" kata Amira tegas menatap Angel dengan berani. Ia melakukan hal ini karena mereka telah tinggal ditempat yang berbeda. Sehingga ketika dirumah, Eva takkan mungkin memberikan hukuman bagi Amira lagi karena ia tak lagi pulang kerumahnya yang dulu.
Angel tersentak lebih membuka lebar matanya menyorot Amira lebih tajam dari sebelumnya. Tetapi Amira tak lagi seperti dulu. Ia malah membalas tatapan Angel dengan tatapan tajamnya juga.
"Sialan ini anak tumben banget punya nyali!" batin Angel kesal. Bila dulu dengan mudahnya Ia akan membuat Amira bertekuk lutut. Sekarang tidak lagi karena Amira malah terlihat sedang menantang balik.
Semua pasang mata sedang memperhatikan mereka berdua. Kata-kata gunjingan serta bisik-bisik menilai pertengkaran yang melibatkan Angel dengan Amira.
"Lihat deh! apa mereka gak capek ya? setiap hari kerjaannya berantem terus," ucap seseorang yang duduk ditempat ini.
"Bener! kita aja yang lihat capek banget!" balas yang lain dengan lirikan sinis mereka.
Hal lumrah terjadi hampir setiap hari. Melihat pemandangan berupa pertengkaran dari dua bersaudara ini. Jelas saja mereka terganggu dengan adanya keributan kecil yang dibuat oleh Angel dan Amira. Reyno masih berdiri, dalam posisi bersiaga apabila Angel sampai berani menyakiti Amira. Ia akan memberikan perlindungan untuk sang sahabat.
Amira sungguh merasa risih. Hatinya terusik dengan pandangan orang-orang sekarang. Ia harus melakukan sesuatu agar keributan ini lekas berhenti.
"Angel, please! stop! asal kamu tahu ini kartu yang kasih Mama Mila, hadiah, em hadiah ...." kata Amira terpotong, hampir saja dirinya menunjukkan rahasia pernikahannya didepan semua orang.
Hati Angel berpacu dengan cepat. Walaupun ucapan Amira terpotong tak sempurna, Angel tidak terlalu bodoh untuk mengetahui arti maksud ucapan Kakak tirinya barusan.
"Ah, enak banget dia bisa dapet blackcard? kalo nikah hadiahnya kayak gitu ... gue juga mau!" batin Angel kesal. Ia sungguh iri dengan apa yang didapatkan Amira dari orangtua Axel.
Daripada menanggung rasa malu, Angel memilih pergi tanpa perduli dengan semua makanan yang telah diambil olehnya tadi. Wanita justru pergi tanpa memiliki etika tanggungjawab meninggalkan kantin tanpa alasan atau mengatakan kata maaf atas tindakan buruknya.
"Hey, ini makanan Lo beresin dulu!" sentak Reyno memarahi Angel, hendak mencegah kepergian wanita itu. Namun, Amira menahan tangannya.
"Udah Rey, gak papa ... biar aku aja yang bayar." kata Amira tersenyum simpul, mendinginkan amarah Reyno.
Reyno akhirnya melunak, Ia pun diam. Walaupun matanya tetap melirik kepergian Angel penuh tatapan kekesalan. Karena ulah wanita itu, sekarang Amira harus membayar semua makanan ini.
Amira membayar semua makanan, dan dari meja kasir Ibu kantin menghitung jumlah makanan yang ada. Setelah memasukkan semua makanan kedalam plastik dan menyebutkan nominal sebanyak barang yang dibeli.
"Totalnya jadi Rp.200.000,00." ucapnya sang penjual.
"Ini Bu," balas Amira mengeluarkan kartunya hitamnya kembali untuk digunakan sebagai alat pembayaran.
Dari sisi samping bertepatan dengan posisi Amira berdiri Reyno pun masih tak menyangka sang sahabat memiliki kartu spesial yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang berada.
"Amira, sejak kapan punya blackcard? kok gue baru tahu ya?" guman Reyno menerka-nerka, tetapi tidak berani untuk bertanya lebih lanjut lagi. Reyno sadar bila dirinya bertanya bisa saja menyakiti hati Amira atau malah membuat hati sahabatnya tersinggung.
Akhirnya setelah selesai membayar semuanya Mereka meneruskan acara makan siang tanpa memperdulikan Angel dimana dan bagaimana sekarang.
*
Langkah tegas Angel melewati lorong kampusnya. Wajahnya memerah bukan karena sedang kasmaran melainkan tak terima karena Amira mendapatkan sesuatu hal yang sangat Ia inginkan sejak dulu.
"Huh, Amira sekarang enak banget! ini gak bisa dibiarin! aku harus lapor sama Mama!" ketusnya seraya mengambil ponsel dari dalam tas brandednya itu. Angel yang gusar ditemani nada sambung yang terdengar.
"Eva: Hallo, Sayang? ada apa?" tanya Eva akhirnya menerima panggilan Angel. Wanita itu tengah duduk santai diruang tv melihat acara gosip disalah satu channel televisi.
"Angel: Ma, tahu gak? masak Amira dapet hadiah blackcard dari ibu Mila, aku juga mau Ma!" rengek Angel mengadu. Eva sampai tersentak meletakkan remote tv diatas meja. Ia angkat tubuhnya lebih tegap mendengarkan cerita Angel dengan seksama.
"Eva: Kamu gak bohong kan Angel? masak iya Mila mau kasih blackcards ke Amira?" tanyanya sekali lagi.
Angel mencebik bibirnya, respon sang Mama hampir sama seperti dirinya tadi,
"Angel : Iya beneran Ma ... aku aja kaget ... Ma, pokoknya aku mau blackcard juga ... aku gak mau kalah dari Amira." pinta Angel bagai anak kecil yang iri ketika melihat kebahagiaan orang lain. Kepala Eva dibuat berdenyut. Ia memijat pelipis dahinya karena pusing. Eva tahu Demien tidak akan mungkin memberikan kartu seperti itu walaupun dia mampu. Karena sebenarnya sifat Demien sangat perhitungan, ditambah lagi Angel hanyalah anak sambung bukan anak kandungnya.
"Eva: Sayang, tenang! kamu gak usah khawatir ... Mama bakalan cari cara buat dapetin kartu kayak gitu buat kamu." janji Eva asal, sekalipun ini adalah hal sulit untuk dia dapatkan.
Dari dalam sambungan telepon terdengar hembusan nafas lirih dari bibir Angel. Ia tahu Eva hanya sekedar menenangkan dirinya saja.
"Angel: Hah, yaudah deh ... Angel mau makan! laper!" tutup Angel memotong sambungan telepon itu secara mendadak.
Suara dengungan terdengar Eva melihat layar ponselnya, tertulis dilayar sambungan telepon telah berakhir.
"Hah, Angel pasti marah, ya mau gimana lagi ... aku sebenarnya kalo rayu Mas Demien pasti bisa ... tapi mana mungkin aku berani, belum lama ini kan aku ketahuan punya banyak hutang, nanti dikira aku gak tahu diri ... malah bisa jadi dia ceraikan aku lagi." guman Eva kembali cuek, meskipun dirinya ingin menyenangkan putri kesayangannya tetapi apa daya tak mampu.
"Ah, ini kan udah lima hari itu anak gak dianggap pergi dari rumah ... kayaknya aku harus kasih kejutan buat dia!" seringai Eva mulai merencanakan rencana jahat untuk Amira.
*
Hari cepat berlalu, mata kuliah terakhir telah usai. Amira merenggangkan otot tangannya yang pegal setelah digunakan untuk menulis.
"Aduh, enak banget," keluhnya nikmat merasakan rileks dipersendian tangannya itu.
"Amira, kamu pulang bareng aku aja ya?" tawar Reyno lima hari terakhir ini Amira selalu menolak ajakannya.
Amira tersentak, wajahnya pun berubah menjadi tegang.
"Eh, gak usah aku bisa pulang sendiri kok!" jawab Amira gugup tak mau membuat Reyno curiga padanya. Tentu saja itu mustahil karena Reyno sedang menatap dirinya penuh tanda tanya.
"Aduh, gimana ini!" batin Amira panik mencari jawaban yang tepat untuk menolak ajakan Reyno padanya.
"Amira ...?" ucap Reyno karena Amira terlihat melamun terkesan memikirkan sesuatu didalam otaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments