Bab 12. Niat Demien

Amira berdiri diatas trotoar, langkah kakinya terhenti melihat secara pasti akankah mobil Demien berhenti ataukah terus berlalu.

Tetapi terlihat lampu sen sisi kiri menyala sebagai tanda kendaraan roda empat itu akan segera berhenti. Hingga terdengar suara pintu terbuka dan terlihat sosok Demien keluar dari mobil itu.

"Papa, ngapain turun?" guman Amira tetap tenang sekalipun dadanya berdegup seperti music disco.

Hingga jarak mereka semakin dekat,

"Amira kenapa Alex turunin kamu disini? Kampus kalian kan sama?" tanya Demien melihat jarak tempat tujuan tinggal sedikit lagi. Sehingga membuat dirinya heran mengapa Amira harus turun dihalte bukan dikawasan kampusnya.

Sama sekali tak terbesit dalam benak Amira tentang pertanyaan Demien barusan, walaupun ada perasaan lega di hati kecilnya. Ternyata Demien datang kemari bukan untuk memarahi dirinya.

"Aa ... oh ... itu tadi Amira sengaja turun karena mau beli tisu di warung Pa ... he." kilah Amira menjadikan warung kecil disebrang jalan sebagai alat menjawab pertanyaan Demien.

Terkesan tidak mempercayai ucapan putrinya begitu saja, segera kepala Demien berputar melihat keberadaan warung itu.

"Oh, gitu ... em kamu ada jam pagi?" tanya Demien dingin.

"Ada sih Pa ... makanya sekarang berangkat pagi ... emangnya kenapa?" tanya Amira seperti melihat sesuatu yang akan dikatakan oleh Demien terhadap dirinya.

Setelah mengetahui ternyata Amira memiliki jadwal pagi dengan berat hati Demien mengulum kekecewaan memupus harapannya dipagi ini. Perasaan kaku dan canggung membuat Demien tak berani untuk mengutarakan maksud tujuannya datang.

"Pa?" panggil Amira melihat Demien malah melamun.

"Ah, gak papa ... Papa kira kamu gak ada jam pagi, rencananya mau ke makam jenguk Mama." jelas Demien memutar arah kakinya untuk pergi.

Bagai mendapatkan kesempatan langka, Amira tak mau menyia-nyiakannya.

"Yaudah Pa, kalo gitu Amira bolos aja gak papa kok." ucap Amira yakin tak perduli dengan mata kuliahnya demi menuruti keinginan Demien.

"Kamu serius? nanti kalo nilai kamu jelek gimana?" tanya Demien, walaupun hatinya merasa senang karena Amira mau berkorban. Tetapi sayangnya kerasnya hati Demian tak semeta luluh. Dia masih saja bersikap dingin dan acuh.

"Gak papa kok Pa ...kan sehari doang, ayo kita berangkat." ajak Amira ingin rasanya tangan itu menggandeng tangan Demien tapi dia tahu hubungan mereka tak sebaik dulu lagi. Terpaksa Amira gigit jari mencengkram kuat kepalan tangannya sebagai rasa rindu yang tinggi dengan keakraban mereka yang dulu pernah terjalin.

"Kalo gitu kamu naik kemobil Papa." kata Demien segera menuju pintu mobil.

Amira sebenarnya ingin duduk dikursi belakang, tetapi ketika dirinya membuka pintu depan dan ternyata reaksi Demien biasa saja dan tidak melarangnya. Demien segera melajukan mobilnya ke tempat pemakaman umum dimana Rani dulu dikebumikan.

*

Jam menunjukkan pukul 07.30 menit, mata kuliah pertama Axel akan berlangsung dikelas Amira.

Sejak awal kedatangannya dikampus Reyno mencari keberadaan Amira tetapi dirinya tidak menemukan gadis cantik itu dimanapun. Sehingga terpaksa memasuki kelas sendiri tanpa si cantik Amira.

Axel tiba dikelas, tetapi sorot matanya menemukan kursi kosong yang seharusnya diduduki oleh Amira.

"Loh, tumben Reyno duduk sendirian? Amira kok belum datang, tadi kan kita berangkat bareng?" batin Axel melihat terus kesana.

Satu-satunya orang yang memahami tingkah aneh Axel adalah Angel. Mata sinisnya itu ikut melirik ke tempat yang sedang diperhatikan oleh Dosennya itu.

"Oh, Kakak Tiri yang ganjen gak masuk? kok bisa ya? gue lihat ekspresi Pak Axel kayak kaget, atau jangan-jangan Amira udah diusir sama dia ? hihihi syukurin!" guman Angel memainkan pulpen dengan tangannya.

Selalu saja ada harapan buruk dari bibirnya untuk Amira, padahal Amira selalu bersikap baik pada Angel bahkan selalu mengalah.

Karena terus memikirkan kondisi Amira, pikiran Axel menjadi buyar terpecah belah. Dia sendiri tak sadar sedang melamun dan diperhatikan oleh para mahasiswanya.

"Pak? Pak Axel?" panggil Reyno melihat gelagat aneh dari Axel berniat untuk menyapa. Namun, sepertinya lamunan itu cukup dalam sehingga Reyno harus menguras suaranya untuk berteriak.

"PAKKK!" seru Reyno sekali lagi dan kali ini suaranya berhasil menyadarkan Axel.

"Ah, maaf maaf." kata Axel menggoyangkan ringan wajahnya untuk memusatkan kembali pikirannya. Walaupun dirinya sedang memikirkan nasib istrinya yang sekarang tak tahu ada dimana.

Setengah hati Axel meneruskan pekerjaan sebagai pengajar dikelas. Dia harus tetap profesional untuk menjalankan tugasnya ini.

Beberapa kali Axel melakukan kesalahan dalam penulisan ataupun materi yang Ia sampaikan. Dan mendapatkan kritikan dari anak didiknya, tetapi siapa tahu tentang isi hatinya yang sedang khawatir.

"Amira, kamu dimana?" guman Axel melirik ke celah jendela bening menembus pemandangan langit biru yang luas.

*

Sebelum mereka melangkahkan kaki masuk ke area pemakaman. Amira dan Demien berhenti untuk membeli bunga.

"Aku aja Pa yang bayar." ucap Amira memberikan sejumlah uang kepada penjual bunga.

Demien hanya mengangguk kecil memberikan kesempatan untuk putrinya, melihat isi dompet Amira dipenuhi banyak uang bewarna merah menyala, membuat gatal mulutnya untuk bertanya.

"Selama ini uang jajan kamu masih ditabung juga?" tanya Demien. Masih teringat jelas hobi Amira menyisihkan uang sakunya untuk ditabung. Sikap perhitungan yang diajarkan Rani memang masih tertanam dalam kepribadian Amira. Tetapi bukan itu alasan Amira memiliki uang sebanyak ini. Ini adalah uang nafkah mingguan Axel yang diberikan untuknya. Selama ini Demien tak tahu tentang kenyataan pahit yang telah dialami Amira. Eva tak pernah memberikan uang saku itu, dan hanya memberikan bekal nasi saja.

Perasaan gugup seketika Amira buang jauh-jauh, meskipun ditempat ini tidak ada siapapun dan bisa dijadikan tempat untuk mengadu. Amira sama sekali tak mau membuat pertengkaran besar bisa terjadi dirumah tangga Demien.

"He, iya Pa." jawab Amira berbohong, menyudutkan senyuman kaku dibibirnya.

Hati Amira lembut menurunkan sifat baik dari Rani.

Demien berjalan kembali, memimpin didepan mereka langsung menuju ketempat pemakaman.

Ada perasaan bahagia di hati Amira, Setelah sekian lama akhirnya Demian mau mengajaknya berbicara lebih dulu bahkan sampai rela datang ke Kampus untuk menjemput dirinya.

Setelah beberapa berjalan melewati deretan blok dan tiba di blok ketiga dari depan pintu gerbang pemakaman. sebuah nisan berwarna hitam dikelilingi rumput hijau dengan nama Rani Anisa tertulis disana.

Demien duduk berjongkok disusul dengan Amira melakukan hal sama.

"Hay Ma ... apa kabarnya? maaf ya Amira sama Papa baru sempat datang." sapa Amira mengusap lembut batu nisan.

"Rani, kamu bahagia kan disana?" sapa Demien menitikkan air mata karena rindu berat terhadap wanita yang lembut seperti Rani.

Suara tangisan yang menyayat hati siapapun yang mendengarnya, Amira tak kuasa ikut serta menangis.

Banyak yang ingin Amira adukan kepada tempat tinggal terakhir Rani. Tetapi masih merasa sungkan karena Demien juga bisa mendengarnya. Apalagi dirinya merasa bersalah karena menjadi penyebab kematian Rani kala itu.

"Papa, maafin Amira ... coba aja waktu itu Amira gak pergi." isak Amira kembali mengungkit kejadian kelam.

Demien menatap tajam.

Episodes
1 Pembukaan
2 Bab 1. Awal mula pernikahan.
3 Bab 2. Kata pujian untuk pertama kalinya.
4 Bab 4. Angel iri?
5 Bab 5. Tingkah Lucu Amira?
6 Bab 6. Makan sore bersama
7 Bab 7. Eva berbuat ulah
8 Bab 8. Axel garda terdepan
9 Bab 9. Rani datang kealam mimpi Demien
10 Bab 10. Seblak?
11 Bab 11. Demien datang?
12 Bab 12. Niat Demien
13 Bab 13. Amira hilang?
14 Bab 14. Mencair?
15 Bab 15. Jangan pergi lagi Amira ( harapan Axel)
16 Bab 16. Amira tahu kekhawatiran Axel?
17 Bab 17. Mila sangat menyayangi Amira
18 Bab 18. Kami, keluarga.
19 Bab 19. Kesalahpahaman berakhir
20 Bab 20. Mari berbahagia!
21 Bab 21. Gerak cepat
22 Bab 22. Mari tidur bersama!
23 Bab 23. Mila garda terdepan
24 Bab 24. Demien telepon?
25 Bab 25. Rencana Mila untuk melindungi Amira
26 Bab 23. Doni oh Doni
27 Rencana Mila
28 Masalalu kelam
29 Rencana Eva selalu gagal!
30 Minta cucu?
31 Surat Perjanjian.
32 Siapa itu?
33 Elena Shinta?
34 Keluar kandang macan masuk kandang buaya
35 salah paham
36 Rencana Doni
37 Detik-detik sweet moment
38 Aku mencintaimu!
39 Makan larut malam
40 Dag dig dug
41 Bab 41. Terlambat
42 Rencana Angel
43 Naas
44 Aku ada untukmu (Axel)
45 Kami menyanyangimu Amira
46 Cerai
47 Permintaan maaf
48 Apalagi
49 Doni jatuh cinta?
50 Datang untuk tulus meminta maaf.
51 Malam pertama yang tertunda
52 Bab 52. Tidak apa-apa
53 Baik!
54 Tragedi
55 Lebay
56 Ani diserang?
57 Mana kutahu!
58 Cemburu
59 Gagal
60 Dia milikku!
61 Datar
62 Kecelakaan
63 Bahaya
64 Awas
65 Kalian?
66 Cinta
67 Anggoro marah?
68 Ancaman
69 Tahu?
70 Tidak mau!
71 Jangan
72 Bertengkar
73 Masalah baru
74 Tidak apa-apa
75 Takdir?
76 Bejat
77 Kamu sudah menikah?
78 Aku kuat!
79 Tidak rela?
80 Tidak semudah itu
81 Dinas
82 LDR
83 Teguh
84 Pacaran.
85 Bab 86. Akhir!
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Pembukaan
2
Bab 1. Awal mula pernikahan.
3
Bab 2. Kata pujian untuk pertama kalinya.
4
Bab 4. Angel iri?
5
Bab 5. Tingkah Lucu Amira?
6
Bab 6. Makan sore bersama
7
Bab 7. Eva berbuat ulah
8
Bab 8. Axel garda terdepan
9
Bab 9. Rani datang kealam mimpi Demien
10
Bab 10. Seblak?
11
Bab 11. Demien datang?
12
Bab 12. Niat Demien
13
Bab 13. Amira hilang?
14
Bab 14. Mencair?
15
Bab 15. Jangan pergi lagi Amira ( harapan Axel)
16
Bab 16. Amira tahu kekhawatiran Axel?
17
Bab 17. Mila sangat menyayangi Amira
18
Bab 18. Kami, keluarga.
19
Bab 19. Kesalahpahaman berakhir
20
Bab 20. Mari berbahagia!
21
Bab 21. Gerak cepat
22
Bab 22. Mari tidur bersama!
23
Bab 23. Mila garda terdepan
24
Bab 24. Demien telepon?
25
Bab 25. Rencana Mila untuk melindungi Amira
26
Bab 23. Doni oh Doni
27
Rencana Mila
28
Masalalu kelam
29
Rencana Eva selalu gagal!
30
Minta cucu?
31
Surat Perjanjian.
32
Siapa itu?
33
Elena Shinta?
34
Keluar kandang macan masuk kandang buaya
35
salah paham
36
Rencana Doni
37
Detik-detik sweet moment
38
Aku mencintaimu!
39
Makan larut malam
40
Dag dig dug
41
Bab 41. Terlambat
42
Rencana Angel
43
Naas
44
Aku ada untukmu (Axel)
45
Kami menyanyangimu Amira
46
Cerai
47
Permintaan maaf
48
Apalagi
49
Doni jatuh cinta?
50
Datang untuk tulus meminta maaf.
51
Malam pertama yang tertunda
52
Bab 52. Tidak apa-apa
53
Baik!
54
Tragedi
55
Lebay
56
Ani diserang?
57
Mana kutahu!
58
Cemburu
59
Gagal
60
Dia milikku!
61
Datar
62
Kecelakaan
63
Bahaya
64
Awas
65
Kalian?
66
Cinta
67
Anggoro marah?
68
Ancaman
69
Tahu?
70
Tidak mau!
71
Jangan
72
Bertengkar
73
Masalah baru
74
Tidak apa-apa
75
Takdir?
76
Bejat
77
Kamu sudah menikah?
78
Aku kuat!
79
Tidak rela?
80
Tidak semudah itu
81
Dinas
82
LDR
83
Teguh
84
Pacaran.
85
Bab 86. Akhir!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!