Tania melangkah ke dalam kamarnya.Lalu ia merapikan dirinya dan bergegas keluar untuk mencari Dion.
Dion berjalan dengan cepat tangannya menenteng sesuatu.ia berjalan ke arah kamar tempat sang papa di rawat.
"Sus,,,suster,,," Dion memanggil suster Rika seraya membuka pintu kamar itu.
Suster Rika yang saat itu sedang membersihkan tubuh Rian pun segera menoleh.
"Iya mas,,," jawab suster Rika.
"Sus,,,ini obat papa yang kemarin dokter kasih resep ke aku,tadi aku udah membelinya."
"Iya mas,,," Suster Rika menerima bungkusan plastik berwarna putih dari tangan Dion.
"Setelah papa makan buburnya nanti suster berikan obat yang ini,itu vitamin satu kali saja pagi dan yang tiga itu suster berikan tiga kali satu hari.Jangan sampai salah.." Dion memberi tahu suster Erika.
Rian tersenyum miring memperhatikan putranya.Ya tentu saja senyumnya miring karna ia struk.Dalam hati ia sangat bersyukur memiliki putra seperti Dion.Yang sangat perhatian dan sangat menyayanginya.Ada gurat penyesalan dalam hatinya pernah menyia-nyiakan Dion hanya demi seorang Tania.Seandainya tak ada Dion ia tak tau nasibnya akan seperti apa.Karena ia merasa Tania pun sudah mulai berubah padanya.Ia berharap itu hanya perasaannya saja.
Baru saja Rian memikirkan Tania.Tiba-tiba orang yang di yang di pikirkannya sudah ada di hadapannya.
"Sayanggg,,," Tania mengecup kening suaminya.Ia bingung mau bicara apa dengan Rian toh Rian juga tidak bisa berkata apa-apa kalau di ajak bicara.Ia benar-benar telah kehilangan suaranya.
"hehhhh...menyusahkan saja" Tania mengumpat dalam hatinya.
"Sus,,,lanjutkan kerjamu!!" Tania memerintah suster Rika untuk segera menyelesaikan segala urusan Rian.Lalu ia menoleh pada Dion dan berkata, "Dion,bisakah kita bicara di luar?"
"Bicara apa Tania??" tanya Dion.
"Kita bicara di luar saja,biarkan papa istirahat." ucap Tania kemudian ia melangkah meninggal kan ruangan itu.
"Baik lah Tania,,tunggu sebentar.." jawab Dion.
"Sus,,tolong segera bersihkan papa dan berikan obat tadi setelah papa makan.saya keluar dulu." Dion kembali mengingatkan suster Erika.
"Iya mas.." jawab suster Erika.
"Pah,,,nanti setelah makan di minum obatnya yah,,,setelah itu papa istirahat ya,," Dion berbicara penuh kasih sayang pada ayahnya.Dan Rian menanggapinya hanya dengan anggukan kecil.Dion tersenyum,lalu segera keluar mencari Tania.
Tania tampak duduk di luar villa.Di sebuah taman kecil yang di pasang tenda-tenda yang terlihat indah di villa itu.Ia menunggu Dion disana.Tania melihat Dion celingukan mencarinya lalu ia melambaikan tangannya.Dion berjalan ke arahnya lalu duduk di depannya.
"Mau bicara apa Tania?" Tanya Dion.
"Tentang Bobi,,," jawab Tania singkat.
"Maksud mu?" Dion menaikkan sebelah alisnya.
"Dion,,,tidak kah kita punya rasa kemanusiaan...? kita harus membebaskan Bobi dari penjara.Bobi sudah cukup lama bekerja disini, kita banyak berhutang jasa padanya.Dan dia juga orang kepercayaan papa,papa pasti menyetujuinya." Tania berdiri disamping Dion tangannya memegang bahu anak tirinya itu.
"Tania,soal rasa kemanusian aku tahu itu,itulah sebabnya aku akan memberikan santunan pada keluarga korban,aku udah bicara dengan papa dan papa menyetujuinya." Dion bicara tanpa menatap Tania.
"Tapi Dion..." ucapan Tania terpotong ketika Dion melanjutkan ucapannya lagi, "Tania keputusan ku sudah benar,memberikan santunan kepada keluarga korban itu memang harus kami lakukan,dan papa telah setuju.Berapapun yang mereka sebutkan papa bersedia memberikannya,ini menyangkut nyawa seseorang yang telah di renggut secara paksa.Bagaimana perasaan orang tuanya itu harus kita pikirkan!" Dion berkata tegas.
"Tapi Bobi juga harus kita bebaskan,dia tidak bersalah." ucap Tania.
"Tidak Tania untuk urusan hukum biarkan pihak yang berwenang yang menyelesaikannya aku tidak mau ikut campur.Urusanku hanya dengan keluarga korban,karena bagaimanapun mobil papalah yang menabrak anak mereka hingga meninggal." jawab Dion.
Tania tampak kesal dengan sikap Dion barusan.Ia menjatuhkan bobotnya di kursi dengan kasar.
"Setidaknya kita bisa sewa pengacara untuk membantunya,dia tidak bersalah Dion.Tidak ada yang menginginkan kecelakaan itu terjadi!!!" Tania mulai menaikkan volume bicaranya.
"Kelalaian Tania!! dia telah lalai dalam bekerja,dia ceroboh!!" nada bicara Dion pun tak kalah tingginya dengan Tania.
"Dia tidak bersalah Dion!!!" Sikap Tania terlihat memaksa.Nada suaranya naik lima oktaf dan sikapnya itu berhasil membuat Dion mengernyitkan dahinya,Dion berpikir ia merasa aneh dengan sikap Tania yang mati-matian membela Bobi orang yang telah membuat suaminya menderita seperti sekarang.Dion betul-betul tak habis pikir dengan kelakuan Tania.Akhirnya Dion pun mulai emosi.
"Biarkan dia menjalani hukumannya,itu sudah sepantasnya dia dapatkan,dia telah melenyapkan nyawa seseorang dia juga telah membuat papa menderita seperti sekarang.Jangan bicarakan lagi tentang dia." Dion tersenyum getir,ucapannya datar. Tanpa menoleh pada Tania ia langsung melangkah meninggalkan tempat itu.
Sementar Tania,ia tampak mengepalkan tangannya.Menahan emosi yang seakan-akan bisa meledak kapan saja.Ia sudah berusaha keras untuk membujuk Dion tapi semua upayanya tidak membuahkan hasil sama sekali.
Tania masuk ke dalam kamarnya.Mengambil kunci mobilnya dan keluar dari villa itu.Dengan kecepatan tinggi ia segera melajukan mobilnya meninggalkan villa.
Tania berhenti di pinggir jalan.Lalu menelpon sahabatnya.
"Eve,,,dimana kamu?" Tanya Tania pada Evelin sahabatnya.
"Aku di rumah beb,ada apa?" suara Evelin terdengar dari gawainya.
"Bisakah kita ketemu di tempat biasa?" tanya Tania lagi.
"Tentu saja.Tunggu aku disana aku akan segera datang." jawab Evelin.
Setelah beberapa menit melanjutkan perjalanannya akhirnya Tania sampai di tempat yang di janjikan.Ia tampak menunggu di luar mobilnya.Matanya mengawasi setiap orang yang baru tiba di tempat itu.Hingga beberapa detik kemudian matanya tertuju pada seseorang yang tampak sedang berjalan ke arahnya.
Mereka berpelukan dan saling mencium pipi kanan dan kiri.
"Ada apa dengan mu Tania? kamu dalam masalah? Evelin bertanya sembari berjalan masuk ke dalam tempat itu.
Setelah sampai di dalam mereka duduk dan memesan minuman pada waiters.Tania mulai bercerita masalahnya pada Evelin.Ia juga menceritakan tentang Bobi.Evelin juga berteman baik dengan Bobi.Ia pernah di selamatkan Bobi waktu di jakarta dulu, saat ia hendak di lecehkan oleh seseorang di club malam di tempat Bobi bekerja.Bobil memukul orang itu habis-habisan.
"Jadi mereka tidak mau membantu Bobi?" tanya Evelin.
"Iyah,mereka bener-bener keterlaluan Eve,," kata Tania.
"Jadi bagaimana keputusanmu?" Evelin dengan serius menunggu jawaban Tania.Dan Tania tak bisa menjawab ia hanya nenaikan bahunya.
"Sudahlah,,tenang kan dulu dirimu.besok kita pikirkan caranya." Evelin berusaha menenangkan Tania yang tampak begitu emosi saat menceritaka tentang pembicaraannya dengan Dion sebelum ia menemui Evelin.
"Aku butuh bantuanmu sekarang Eve.." kata Tania pelan.
"Apa itu katakan saja Tania." Evelin menatap wajah sahabatnya yang nampak muram itu.
" Aku minta tolong pergilah ke penjara untuk menemui Bobi.Katakan padanya apa yang telah ku ceritakan padamu tadi." ucap Tania memohon."Baik lah besok aku akan menemuinya." jawab Evelin.
Malam ini mereka berdua bersenang-senang dalam diskotik yang tidak begitu besar itu..
mereka meminum minuman keras hingga mabuk,berjoget,menari bahkan berteriak dan tertawa....
TO BE CONTINUED....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
al-del
Bagus Dion kamu harus tegas Jang kaya bapak mu yang gampang tergoda, cuma lihat CD nya langsung tergoda.
2023-08-05
1
al-del
Percuma menyesali juga ... nasi sudah jadi bubur.
2023-08-05
1
mama Al
Tania takut Bobi buka mulut kalau lama mendekam di penjara
2023-08-02
0