Bobi menghentikan langkah kaki Tania. "Bagaimana dengan rencana kita?"
"Entah lah,tidak terjadi apa-apa antara aku dan Dion,Aku sudah melakukan sebagian tugasku.Sekarang kita hanya tinggal menunggu hasilny." jawaban Tania membuat Bobi cemberut dan menatap ke arahnya,kemudian Bobi berkata. "Aku melihat mereka nampak bahagia waktu sarapan tadi pagi."
FLASHBACK
Memang,Tania pun melihat itu ketika Tania bergabung dengan mereka saat mereka baru saja menyelesaikan sembilan lubang golf,mereka sangat akrab Rian terlihat memeluk pundak anak lelakinya itu dengan penuh kasih sayang dan kemudian memberi Tania sebuah kecupan kilat.
"mama mau ikut kami berkuda bersama nanti sore?" kata Rian kepada Tania.
Sementara itu Dion selalu menghindari setiap tatapan mata Tania dan sikapnya cuek.Tania bisa menduga kalau Dion tidak mengatakan apa-apa kepada ayahnya tentang tingkahnya yang mencoba menggoda Dion.Padahal justru hal itulah yang Tania tunggu-tunggu supaya rencananya berjalan mulus.Tapi yang terjadi justru diluar rencananya.Dion bersikap seolah-olah dia adalah pria yang bijaksana.Rencana Tania ternyata tidak membuahkan hasil.
"Tidak.terimakasih mama mau ke tempat olah raga dulu." gumam Tania.
Hari-hari berikutnya Dion terlihat selalu ingin menghindari berduaan dengan Tania.Apapun yang mereka lakukan entah itu menunggang kuda atau apapun harus mereka lakukan bertiga entah itu dengan siapapun baik itu pekerja di villa itu ataupu ayahnya.
***
Hari-hari berlalu dan Tania menjadi sangat sedih.
"Ya,ya,aku salah mas," begitulah Tania mengaku,saat dia menemui Bobi di kandang kuda itu. " Itu ide yang sangat bagus,tapi tidak bisa berjalan sesuai dengan rencana kita."
Sayang,jadi,rencana yang sudah kita susun ini menemui jalan buntu? dan kita akan terus sembunyi-sembunyi seperti ini? sampai kapan? apakah sampai kamu merasa bosan denganku?" Bobi terlihat marah pada Tania dia menggucang tubuh Tania, " kamu membuat aku membuang-buang waktu dan tenaga saja."
"Tania melepaskan tubuhnya dari Bobi. "Jangan bodoh mas,kita masih punya banyak kesempatan dan juga cara lain."
"Untuk melakukan apalagi?" Bobi kemudian menjawab nya dengan wajah tanpa ekspresi.
Tania mengelus dada Bobi yang bidang dan berbulu lebat.
"Gunakanlah otakmu sayang,mungkin rencana yang kita buat dulu tidak berhasil,tapi kita masih bisa menyusun rencana yang lain. masih banyak cara sayang...."
Mereka terdiam.Seperti sedang memikirkan sesuatu.Lalu Bobi berpikir sejenak,lantas dia berkata, " Bagaimana kalau kedua orang itu kita buat seolah-olah seperti mengalami kecelakaan?"
"Ahhh mas....itu ide yang bagus." bisik Tania.
Tania meminta kunci kamar Bobi.Gairah wanita itu selalu berapi-api setiap berada dekat dengah lelaki selingkuhannya itu.
"Cepat lah selesaikan kerjamu mas,aku akan menunggu mu di kamar.Mereka sedang berkuda aku rasa mereka akan lama kembali,karena aku dengar tadi mereka akan mengitari kebun teh di bawah sana cepat lah mas...." Tania kembali berbisik di telinga Bobi.
Kemudian Tania melangkah menuju kamar Bobi.Seperti biasa dia akan masuk dengan mengendap-endap dia tidak ingin ada pekerja atau tamu yang melihatnya.Dengan segera Bobi memberi makan kuda-kuda itu.
Bobi bergegas masuk ke kamar nya kemudia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Setelah itu dia mengangkat tubuh Tania ke atas tempat tidurnya.Di rebahkannya tubuh Tania di atas kasur.Mereka memulai permainannya.
Di kebun teh Dion menatap ayahnya dengan sendu.Dia merasa kasihan melihat ayahnya yang semakin tua.Dion ragu apakah Tania benar-benar mencintai ayahnya atau menginginkan yang lain sehingga wanita muda itu mau menikahi laki-lako yang sudah berumur seperti ayahnya.Mereka berjalan mengitari jalan setapak di tengah kebuh teh itu.Kuda yang mereka naiki mereka ikat di sebuah pohon besar yang memang sudah biasa di gunakan untuk mengikat kuda.
"Pah,apa papa tidak ingin kembali ke Jakarta?" Dion bertanya dengan hati-hati.
'Untuk apa papa kembali ke Jakarta,bisnis papa disini.Dan tempat ini sangat nyaman dan tenang untuk masa tua papa". jawab Rian pada anaknya.
"Bagaimana kabar mama mu?" Rian menatap Dion penuh arti."Aku sudah melukainya,ku rasa dia tidah akan pernah mau memaafkanku."
"Mama baik-baik saja pa dan sepertinya mama sudah lama memaafkan papa."
Ayah dan anak itu terlihat akrab,terkadang arah pembicaraan mereka sangat serius kadang juga di selingi canda dan tawa.Para pekerja di kebuh teh itu memperhatikan mereka dengan seksama.Rian menjukkan pada Dion daun-daun teh yang sudah di petik para pekerja itu.Dion sangat antusias memperhatikan semua itu di kota dia tidak pernah melihat semua itu.
"Pah,apakan Tania sangat menyayangimu?" Dion tiba-tiba bertanya srperti itu setelah sempat diam sejenak dan teringat akan wanita itu. "Tentu saja.kamu bisa melihatnya kan bagaimana dia memperlakukan papa dan dia sangat menghormati papa." jawab Rian. "Oh ya,apakah menurut papa dia istri yang setia?" Dion bertanya kembali.
"Tentu saja dia setia,tidak ada orang yang menggodanya di vila ini." Rian merasa yakin. "Dia bersedia menikah dengan papa dan meninggalkan kehidupannya di Jakarta itu yang membuat papa yakin dia memang mencintai papa."
"hemmmm." Dion hanya tersenyum.
Matahari sudah meninggi,walapun udara di puncak itu dingin Dion tetap berkeringat. "Apa kita akan kembali ke villa?" Rian menatap ke arah Dion.
"iya." jawab Dion pelan.
"Oke kita pulang dan makan siang."lanjut Rian kemudian.Mereka berjalan ke arah kuda kemudian menunggangi kudanya dan berjalan beriringan.Rian terdiam sesaat kemudian bertanya pada Dion. "Kenapa kamu banya bertanya tentang Tania,apakah ada yang kamu ketahui?"
"Tidak pa,aku hanya khawatir pada papa.Dan bagus bila Tania sangat mencintai papa,itu artinya aku tidak perlu khawatir jika meninggalkan papa di sini sendiri." jawaban Dion membuat Rian terharu akan perhatian putranya itu.
"Tania....Tania...." Rian memanggil-manggil istrinya dia mencari ke sekeliling villa.Tapi ada jawaban mungkin Tania sedang berjalan-jalan atau mengecek bunganya karena wanita cantik itu hobi menanam bunga.
Sementara Tania yang berada dalam kamar Bobi,dia mendengar suara kuda bersahutan.Dia berpikir mungkin mereka sudah pulang. Segera dia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai.Dia kemudian membersihkan dirinya dan segera berpakaian lengkap.Dia membangunkan Bobi yang sempat tertidur kemudian memberitahu Bobi kalau dia akan keluar.Seperti biasa Tania berjalan mengendap-endap dan hati-hati dia pastikan tidak ada orang yang melihatnya.Dia berjalan menuju dapur pribadinya.
Tania tampak sibuk di dapur dia membuat puding susu kesukaan Rian.Tiba-tiba rian datang memeluknya dari belakang.
"Sayang,aku mencarimu ke mana-mana rupanya mama di sini."
"Iya hari ini mama masak buat papa dan Dion,ini ada soup ayam kesukaan papa,dan ini pudingnya mama dinginkan dulu," Tania sudah menyuruh bi Imah untuk menyiap kan soup itu sebelumnya.Bi Imah adalah wanita paruh baya yang menjadi pembantu khusus untuk dia dan Rian.Tidak sama dengan pekerja villa lainya.
"Bi,tolong panggilkan Dion." titah Rian pada bi Imah.
"Baik tuan." jawan bi Imah.
Bi Imah kemudian berjalan menyusuri lorong2 depan kamar-kamar villa itu yang tertata rapi.Ketika bi imah sampai di depan kamar Dion wanita tua itu mengetuk pintu. " permisi tuan,tuan besar memanggil anda ke ruang makan." ucap bi Imah begitu pintu kamar Dion di buka.
" baiklah bik,saya akan segera kesana " Dion menjawab dan mempersilahkan bik Inah keluar kamarnya.Kemudian dia menutup pintu kamarnya kembali dan segera bersiap-siap.
Jantung Tania berdetak kencang,perasaan bingung,grogi telah meliputinya.Ada rasa takut saat dia mendengar langkah kaki Dion menggema menuju ruang makan yang mewah itu.Dion sampai dan duduk agak jauh dari sang ayah mereka berhadap-hadapan.Sikap Dion biasa aja.Dia bisa menyembunyikan segala keraguannya atas cinta Tania pada ayahnya.Dion tidak ingin membuat ayahnya banyak pikiran.Dion menginginkan ayahnya hidup bahagia walaupun bukan bersama ibunya.
Suasana di ruang makan itu hening senyap sekali,hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.Hingga kemudia Dion mencoba mencairkan suasana dengan pura- pura memuji masakan Tania.
" Enak sekali soup bikinan Tania,kamu pintar sekali masak Tania...."
" Ah,kamu terlalu memujiku,aku tidak terlalu pandai memasak.iya kan pah " Tania menoleh pada suaminya.
" Oh tidak-tidak itu tidak benar,mama memang sangat pandai memasak.Waktu itu mama pernah memasak kari kambing yang sangat lezat,hingga papa lupa diri dan tidak bisa menahan diri untuk terus memakannya sampai darah tinggi papa kambuh " Rian berkata dan kemudian semua orang di meja makan itu tertawa.Suasana menjadi hangat.Mereka terlihat seperti satu keluarga yang hidup dengan sangat bahagia.Sementara di sudut ruangan itu sambil melakukan aktivitasnya bi Imah tersenyum sendiri membayangkan tingkah nyonyanya yang mengakui masakannya.Tania sudah biasa melakukan itu dan bi Imah adalah orang yang dapat di percaya.
Mereka selesai menikmati makan malamnya.Rian akan ke lobi untuk bertemu rekannya.Dion berjalan menuju kamarnya dan Tania berjalan beriringan dengannya.
Tania berkata. " Dion....maafkan kekhilafanku kemarin ya,semua yang terjadi di luar pikiranku itu....tiba-tiba saja....aku....reflek melakukannya maafkan aku " Tania bicara terbata-bata.
" Tidak apa-apa Tania. mungkin kamu hanya merasa kesepian dan butuh teman untuk mengobrol karena papa terlalu sibuk,hingga dia sering meninggalkammu.lupakan saja itu Tania ."
" Terimakasih Dion." Tiba-tiba Tania menciup pipi Dion kilat. " Jangan salah paham Dion ini ciuman sayang seorang ibu." Tania tersenyum dan di balas senyum juga oleh Dion.Tania sudah sampai di depan pintu kamarnya. " Aku masuk dulu,selamat malam Dion." ucap Tania kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya.
" Selamat malam Tania." ucap Dion lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Zhu Yun💫
Dua iklan mendarat untuk author. semangat update kakak cantik 💪
2023-08-05
1
al-del
gatel banget sih .... pengen ku garuk jadinya ...
2023-07-27
0
𝓐𝔂𝔂🖤
dion kayak nya polosan yak..🤭
2023-07-24
4