Bab 13

Sean terkejut mendapatkan pertanyaan itu dari Rosaline yang mengingatkan dirinya dengan perannya saat ini yang sedang berpura-pura menjadi pria buta.

"Aku bisa merasakan wajahmu yang mulus dan tanpa cela dengan telapak tanganku ini. Rosaline! Aku memiliki Indra peraba, Indra pencium dan juga indra pendengaran yang bisa mengetahui kalau kamu adalah gadis yang cantik." Sean berusaha untuk mengalihkan pikiran Rosaline yang curiga dengan dirinya sudah bisa melihat lagi seperti dulu.

Rosaline hanya ber "Oooo," menanggapi apa yang dikatakan oleh Sean tanpa merasa curiga sama sekali pada Sean yang sejak tadi sudah salah tingkah dan terlihat begitu gugup di hadapan Rosaline.

"Sekarang kita mau ngapain? Bukankah kamu seharusnya kembali ke kantormu?" tanya Rosaline pada Sean yang masih gugup sekali.

Sean berusaha dengan sangat keras untuk menentramkan hatinya yang saat ini sedang berdebar sangat kencang gara-gara Rosaline yang duduk begitu dekat dengan dirinya.

Bagaimanapun juga Sean belum menginginkan istrinya mengetahui tentang matanya yang sudah sembuh setelah menjalani operasi transplantasi mata dari orang yang asing dan tidak pernah ditemui sebelumnya oleh Sean.

"Kita ke kantorku saja. Bukankah selama ini kamu tidak pernah datang ke kantorku?" tanya Sean sambil menyentuh telapak tangan Rosaline yang ada di dalam pangkuannya.

Jujur saat ini perasaan Rosaline sangat berdebar-debar mendapatkan perlakuan semacam itu dari suaminya yang selama beberapa hari ini bersikap sangat aneh terhadapnya.

Sean terus memperhatikannya seperti layaknya suami pada umumnya. Bahkan memberikan begitu banyak hadiah untuk dirinya melalui asisten yang telah diperintahkan oleh Sean untuk mengirimkan begitu banyak hadiah ke dalam kamarnya.

Rosaline merasa takut kalau semua itu hanyalah sebuah mimpi yang dibangun Indah oleh Sean. Kemudian dirinya akan jatuh dan dihempaskan oleh pemuda itu yang masih mencintai mantan kekasihnya hingga saat ini.

Mengingat tentang mantan kekasih Sean. Rosaline sontak langsung menarik telapak tangannya dari genggaman Sean.

Sean cukup terkejut melihat Rosaline yang melakukan itu secara tiba-tiba. "Kenapa?" tanya Sean sambil mengerutkan keningnya. 

"Tidak apa-apa. Cepatlah kalau kita memang mau pergi ke kantormu." ucap Rosaline yang tidak mau melihat wajah Sean yang masih penasaran dengannya.

Sean kemudian memerintahkan kepada sopirnya untuk segera menuju ke kantor miliknya. Karena saat ini dirinya masih harus melakukan banyak pekerjaan di sana.

Sejak tadi asistennya terus menghubunginya untuk segera datang ke kantor. Begitu sampai di kantor, Sean berjalan dengan menggunakan tongkatnya di samping Rosaline yang dengan begitu sabar memapahnya dan menunjukkan jalan untuk dirinya sampai ke ruangannya.

Surya, asisten Sean terlihat datang dan menyambut CEO nya yang sejak tadi sudah dia tunggu.

" Tuan, akhirnya Anda datang juga. Sejak tadi ada klien yang sudah menunggumu." Sean melirik sekilas kepada rosalin yang dengan begitu sabar berdiri di sampingnya.

Sean cukup takjub melihat Rosaline yang tidak merasa malu berdiri di samping pria buta seperti dirinya. Padahal Silvia saja yang sudah menjadi kekasihnya begitu lama tidak ingin menerimanya Karena dia yang sudah menjadi laki-laki buta yang menurutnya sudah tak berguna.

Hati Sean menghangat seketika dengan kenyataan itu. Rosaline bahkan memapah Sean dengan sabar. walaupun banyak mata yang tertuju kepadanya dan menatapnya dengan iba tetapi Rosaline tidak memperdulikan sama sekali.

Sean sengaja berpura-pura buta di hadapan Rosaline hanya untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh gadis itu ketika bersamanya.

Dengan kesabaran dan ketelatenan yang luar biasa, Rosaline mendampingi Sean untuk bertemu dengan kliennya hari ini. Seorang klien yang sudah memiliki usia paruh baya dan terlihat begitu genit pada Rosaline. Sean hampir saja membuka identitas dirinya yang saat ini sedang berpura-pura menjadi orang buta di hadapan Rosaline karena hendak melabrak laki-laki paruh baya itu yang tidak sopan pada istrinya.

Sean cukup terpesona melihat apa yang dilakukan oleh Rosaline. Untuk menghentikan kelakuan kliennya yang kurang ajar terhadap istrinya.

"Sayang, setelah ini kita makan malam di restoran yang biasa kita kunjungi ya?" Rosaline sengaja merangkul lengan Sean dengan manja.

" Baiklah sayang, kita makan malam di tempat biasa. Tempat yang paling Kau sukai," Sean tersenyum kepada Rosaline yang hanya bisa melemparkan tatapannya pada klien Sean yang auto melotot.

Laki-laki paruh baya itu tidak mengira kalau ternyata Rosaline adalah istri dari CEO tempat dirinya saat ini sedang meminta untuk bekerja sama dengan Sean yang buta.

"Terima kasih sayang, karena kamu sudah begitu baik hari ini." Sean tersenyum kepada Rosaline yang hanya menganggukkan kepalanya.

Laki-laki itu pun kemudian berpamitan kepada Sean, setelah semua urusannya selesai. Karena dia tidak mau mencari masalah dengan orang sekuat Sean.

Pria itu sudah gemetar duluan ketika melihat Surya yang menatap ke arahnya dengan tatapan tidak bersahabat. Dia takut kalau sampai proposal yang dia ajukan kepada perusahaan yang dipimpin oleh Sean tidak di-acc kalau dia macam-macam terhadap istri dari pemilik perusahaan itu.

Walaupun Sean buta terapi istri dan juga asistennya bisa melaporkan perbuatan tidak senonohnya tadi kepada Rosaline dan itu benar-benar sangat berbahaya untuk dirinya dan juga perusahaannya kalau sampai Sean menanggapi serius laporan mereka berdua.

Setelah laki-laki itu keluar dari perusahaannya, Sean pun kemudian mengajak Rosaline untuk menuju ruangannya dulu karena dia perlu mengambil ponsel dan juga dompetnya yang tadi dia tinggalkan di sana. Surya buru-buru membawa Sean ke tempat meeting untuk bertemu dengan klien tadi.

Pada saat jam kerja sudah selesai, Rosaline pun kemudian diajak oleh Sean untuk makan malam bersama di restoran mewah. Tempat yang dulu biasa digunakan untuk makan malam bersama Silvia mantan kekasihnya. 

Sean rupanya lupa dengan fakta itu. Sehingga tidak menghindarinya untuk bertemu Silvia di restoran itu. Ya!! Malam ini Silvia juga berada di restoran yang sama dengan Sean dan Rosaline.

Dari kejauhan Silvia sudah memperhatikan mereka berdua yang terlihat begitu bahagia dengan makan malam favorit Sean.

Silvia seperti merasakan kerinduan saat dirinya berada di hadapan Sean yang selalu memanjakannya dengan semua kemewahan yang mampu diberikan oleh Sean sebagai pewaris kingsford group.

Silvia melirik kepada kekasih barunya yang duduk di hadapannya. Pria itu sekarang malah lebih banyak meminta uang kepadanya untuk segala kebutuhannya alih-alih dirinya dimanjakan oleh sang kekasih.

'Cih! Sean walaupun pria buta, setidaknya dia memiliki segalanya. Aku bisa memiliki dan menguasai semua yang dia miliki tanpa kecurigaan dari Sean. Tidak seperti laki-laki bodoh dan benalu itu.' batin Silvia yang mulai menyadari kebodohannya karena meninggalkan tambang emas seperti Sean demi pria itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!