Bab 4

"Cepat bersiaplah kita akan tinggal di rumahku. Karena kedua orang tuaku menginginkan kamu untuk tinggal dengan kedua orang tuaku di mansion kami." Sean bicara kepada Rosaline yang saat ini masih duduk di hadapannya.

Rosaline masih menatap suami butanya yang baru resmi sekitar 1 jam yang lalu.

"Apakah kamu benar-benar ingin menjalani pernikahan ini denganku? Padahal kamu kan tidak mencintaiku, aku tahu kalau di hatimu masih ada nama wanita lain." Rosaline terlihat menundukkan kepalanya.

Sean hanya menatap sinis kepada Rosaline yang dianggap murahan dan rendahan. Karena mau dijadikan sebagai istri kontraknya hanya karena uang yang telah dijanjikan olehnya pada saat dia meminta Rosaline untuk menikah dengannya.

"Bukankah kamu sangat senang karena sudah menjadi istri dari seorang Sean Kingsford?" tanya Sean sambil matanya tetap lurus menatap ke depan.

Rosaline sebenarnya merasa iba melihat laki-laki tampan itu yang tampak begitu menderita dari wajahnya yang terus saja murung dan tidak bersemangat.

"Kalau bukan karena dipaksa oleh kedua orang tuamu dan juga tawaranmu untuk menjadi istri kontrakmu dengan bayaran yang besar, aku juga tidak sudi untuk menikah dengan laki-laki buta sepertimu. Cih!! Sudah cacat, sombong lagi! Eh, apa sebetulnya yang kau sombongkan di atas dunia ini?" tanya Rosaline kepada Sean dengan kesal.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Rosaline benar-benar membuat Sean sangat marah dan murka.

"Satu kali lagi kau menghinaku, Aku pastikan kau tidak akan mendapatkan bayaranmu!" Demi mendengar ancaman dari Sean, Rosaline sampai meringis karena takut melihat amarah di mata Sean yang tertuju kepada dirinya.

Rosaline pun mendekati pemuda itu yang saat ini sedang meraba-raba untuk mencari keberadaannya di kamar itu.

Rosaline kemudian menarik tangan Sean untuk memberitahukan tentang dirinya yang berada di sampingnya.

"Aku ada disini! Mau apa kau mencariku?" tanya Rosaline yang mulai lunak suaranya.

Bagaimanapun juga Rosaline merasa kasihan melihat Sean yang sudah tidak bisa melihat. Padahal laki-laki tampan dan kaya seperti dia yang memiliki begitu banyak masa depan cemerlang di depannya. Tapi Sean harus terhalang segala aktivitasnya karena matanya yang sudah tidak bisa melihat lagi.

"Ayo cepat bersiaplah. Kita harus segera pindah ke mansion jangan sampai nanti orang tuaku datang kemari dan kita belum siap, mereka nanti akan marah-marah kepada kita berdua!" Rosaline terkesiap melihat Sean yang ternyata begitu takut dengan kedua orang tuanya.

Rosaline tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Sean yang tampak cemas ketika mengucapkan kata-kata itu.

Sean mengerutkan keningnya saat dia mendengar Rosaline yang saat ini sedang menertawakan dirinya.

"Eh, kamu kenapa?? Apakah ada yang lucu dengan apa yang kukatakan padamu?" tanya Sean sambil memalingkan wajahnya menuju arah suara Rosaline yang terlihat masih tertawa begitu lepas.

Sean sebenarnya merasa cukup terhibur dengan suara tawa yang terdengar merdu dan menyejukkan hatinya yang dimiliki oleh Rosaline. Istrinya yang baru sah sekitar 1 jam yang lalu.

Kedua orang tua Sean saat ini sedang pergi ke bagian administrasi untuk mengurus kepulangan Sean pada dokternya untuk pulang ke Mansion milik mereka. Setelah mendapatkan izin dari dokter yang merawat Sean selama ini di rumah sakit.

Rosaline pun kemudian mengikuti apa yang dikatakan Sean. Dia membereskan barang-barang Sean dan bersiap untuk meninggalkan rumah sakit.

"Ya ampun! Kenapa kamu jadi wanita sangat lelet sekali? Cepatlah! Sebentar lagi kedua orang tuaku akan datang." Sean terus saja mengomel dan menilai bagaimana pekerjaan Rosaline yang sampai saat ini masih saja membereskan barang-barangnya yang begitu banyak.

Rosaline kesal bukan kepalang melihat kelakuan Sean yang seperti tidak menghargai pekerjaannya.

"Sudah kamu kerjakan saja sendiri aku malas untuk membereskannya. Lagi pula semua itu adalah barang-barangmu bukan milikku!" ucapan Rosaline sukses membuat Sean melotot sempurna.

Sean pun kemudian menarik telapak tangan Rosaline yang dia sudah tahu keberadaannya di mana melalui suara yang dikeluarkan oleh Rosaline yang sejak tadi terus menggerutu kepada dirinya.

"Kamu, baru menjadi istriku kurang dari 1 jam sudah membangkang begitu. Apakah kamu ingin belajar untuk menjadi istri yang durhaka?" tanya Sean merasa tidak senang dengan kelakuan Rosaline.

Rosaline berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Sean yang begitu keras. Tangannya terasa begitu panas karena pemuda itu mencekalnya terlalu kuat.

"Lepaskan! Sakit, tahu! Sudah Buta sombong lagi! Kamu juga kasar terhadap seorang wanita. Pantas saja kekasihmu meninggalkanmu dan tidak mau menikah dengan kamu!" Sean terkesiap mendengar ucapan Rosaline dan sudah bersiap untuk menampar wajah Rosaline yang sejak tadi tidak mau diam dan mulutnya terus menghina dirinya yang buta dan kasar.

Kedua orang tua Sean masuk ke kamar dan Sean yang tadi hendak memukul Rosaline karena sejak tadi terus saja menghina dan terus saja membantah semua yang dia katakan, Sean akhirnya mengurungkan niatnya.

Sean sontak menarik telapak tangannya dan berubah menjadi mengelus wajah Rosaline sambil tersenyum manis kepada Rosaline yang merasa heran dengan kelakuan suaminya yang aneh hanya dalam hitungan detik ketika mertuanya masuk ke ruangan Sean.

"Baguslah kalau kalian sudah bisa saling menerima satu sama lain. Mama senang sekali. Ayo, sekarang kita bersiap untuk kembali ke Mansion." Ibunya Sean mendekati Rosaline yang hanya bisa meringis mendengar apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya tadi.

Bagaimana Rosaline tidak meringis coba? Karena apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya sama sekali tidak benar. Karena mereka berdua tidak bisa menerima pernikahan yang tiba-tiba itu.

Sean bahkan sampai saat ini selalu bersikap kasar kepadanya. Tidak memperlakukan dirinya selayaknya istri yang dicintai oleh suaminya.

Rosaline sekarang mengerti bagaimana cara untuk menaklukkan Sean yaitu dia harus selalu bisa membuat kedua orang tua Sean dekat di sampingnya. Sehingga Sean tidak berbuat kasar kepada dirinya lagi.

"Kami sudah siap untuk pulang, Mah. Apakah Dokter sudah mengizinkan aku untuk pulang?" tanya Sean sambil merangkul bahu Rosaline yang masih membeku di tempat.

Rosaline benar-benar tidak menyangka kalau orang kasar seperti Sean ternyata begitu takut kepada kedua orang tuanya sampai begitu cemas seperti itu ketika melihat kedatangan mereka yang tadi hampir saja melihat Sean yang hendak memukulnya.

"Alhamdulillah, sayang. Dokter kamu sudah mengijinkan kamu untuk pulang hari ini. Sekarang kita bersiap-siap ya, kamu sudah baik kan, kondisinya?" tanya ibunya Sean sambil melihat ke sekeliling ruangan yang ternyata sudah rapih karena sudah dibersihkan oleh Rosaline.

"Semua ini kamu yang mengerjakannya, sayang?" tanya ibunya Sean yang terlihat begitu takjub dengan pekerjaan Rosaline yang begitu rapih saat dia membereskan semua barang Sean yang ada di ruangan perawatannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!