Bab 16

Nilam tidak tahu mengapa tiba-tiba Yudha datang kerumahnya.

Hari sudah larut tapi laki-laki itu datang dengan alasan rindu pada putrinya.

"Mylea sudah tidur." terang Nilam.

"Ada Bibi kan dirumah ini?"

"Ya,"

"Kalau begitu bolehkah untuk malam ini aku menginap?"

Walaupun Nilam tahu perasaan Mylea yang sesungguhnya, tapi Nilam tidak menuntut sang putri menerima kehadiran ayahnya.

Nyaman atau tidak itu terletak di hati sang putri, mungkin meski bibir menolak sesungguhnya hati menginginkan di dampingi ayahnya seperti anak pada umumnya.

Nilam bukan tidak ingin bersikap tegas sama Yudha, ia sengaja memberi kelonggaran melihat keadaan sang mantan sepertinya sedang tidak baik-baik saja.

Setelah mempersilahkan Yudha masuk. Nilam tak lagi ikut masuk kedalam kamar sang putri.

Nilam meminta bibi untuk membawakan minum dan makanan untuk Yudha, Nilam sama sekali tidak muncul dihadapan Yudha hingga pagi menjelang.

Untuk pertama kalinya Yudha merasakan tidur yang sempurna, ada ketenangan yang merebak hingga rongga paru, paginya terasa lebih lengkap dengan melihat jiplakan dari pada dirinya dalam versi perempuan.

"Maaf Pak, di tunggu sama ibu di meja makan."

Yudha meringis menyadari ke salahan nya, bagaimana mungkin dia bangun sangat terlambat.

"Mylea tidak sekolah?"

"Mylea sekolah hanya sampai hari Kamis."

"Oh," hanya itu yang keluar dari bibir Yudha. Dia merasa malu tidak mengetahui banyak tentang putrinya.

"Ayah?"

"Pagi princess nya ayah." sapa Yudha.

Mylea mengucek matanya dan mulai duduk memperhatikan Yudha.

"Kalau begitu aku mandi dulu Ayah." ijin Mylea merasa agak aneh melihat Yudha di kamarnya, untuk pertama kalinya dia melihat laki-laki saat ia bangun di pagi hari biasanya hanya ada mamanya, hanya saat dia sakit beberapa hari yang lalu dia mendapatkan hal yang serupa tidak hanya sambutan pagi hari tapi pelukan hangat dari Om Je nya.

Ngomong-ngomong tentang Om Je. Mylea merindukan pria itu. Rindu dengan perhatian kecilnya, meski Om Je tampak pendiam dia lembut pada Mylea apa yang dilakukannya juga terlihat tulus bukan karena suatu alasan.

Pagi ini benar-benar aneh menurut Mylea, untuk pertama kalinya mamanya tidak membangunkannya shalat subuh, mungkinkan kehadiran laki-laki itu penyebabnya?

Kenapa juga laki-laki itu tidak melaksanakan shalat seperti yang lainnya?

Bukankah kata mamanya shalat itu wajib dan mamanya juga berkata hal yang wajib itu dosa hukumnya jika tidak di lakukan.

Ah, jadi pusing kepala Mylea harusnya laki-laki itu tidak perlu datang dan menginap.

*********

"Maaf tadi aku pake kamar mandinya."

Mendengar ucapan Yudha Nilam mengangkat wajahnya dan mengatakan tidak apa-apa.

"Makan, ini tidak pakai bawang putih kok." Nilam berusaha mencairkan suasana.

Yudha tersenyum kecil mendengar perkataan Nilam. Ya.. Nilam memang selalu bisa membuat dirinya di perhatikan seperti ini. Dari dulu Nilam sangat pengertian padanya. Yudha sangat beruntung memiliki Nilam dulu. Hanya saja, jika Ruliana tidak datang saat itu.. mungkin pernikahan mereka akan baik-baik saja.

Tapi meninggalkan Nilam dulu itu adalah keinginannya, tapi setelah mengetahui Nilam telah melahirkan buah hatinya pandangan Yudha pada Nilam berubah.

"Om Je..." jeritan si kecil Mylea membuat lamunan Yudha tersadar.

Ia bahkan sampai tidak melihat Nilam beranjak dari tempat duduknya dan sedang berjalan bersama lelaki tinggi jangkung yang Yudha sangka sebagai kekasih mantan istrinya.

Mylea juga langsung berlari untuk mencium punggung tangan Jenar, hari ini Alfaaro akan turun melihat proyek yang mereka bangun.

"Aku nggak tau kalau kita berangkat pagi."

"Harusnya tidak sepagi ini, tapi siang nanti aku musti ke Jawa tengah."

Nilam mengajak Alfaaro untuk ikut bergabung menikmati sarapan pagi, sayangnya Alfaaro tidak terbiasa melakukan hal itu.

Jadi dia hanya duduk di samping Mylea memperhatikan anak Nilam dan Yudha yang sedang menikmati sarapan.

Yudha baru menyadari jika dia duduk di antara kursi kosong sementara dihadapannya ada Nilam, Mylea dan pemuda yang sedang fokus pada putrinya.

Hatinya merasa ganjal melihat pemandangan yang mirip keluarga bahagia, bukankah harusnya dia yang di posisi itu.

Tapi secuil daging baik di dalam sana juga menegur atas keserakahannya. Mungkin jodoh mereka memang tidak panjang. Ia harusnya bersyukur, Nilam masih mengijinkan ia bertemu dengan Mylea. Perempuan lain sana mungkin gak akan memberi ijin pria yang sudah nyakitin dia ketemu sama anaknya.

Sarapan pagi yang tadinya begitu nikmat fi lidahnya berubah hambar saat pikiran Yudha menegur sisi keegoisannya.

Dia memang pahlawan untuk Ruliana. Tapi dia penjahat buat Nilam dan Mylea.

"Mylea... ayah pulang dulu, dan Nilam makasih untuk semalam dan pagi ini."

Kedua perempuan beda usia itu mengangguk, tidak menahan ataupun menegur makanan di piring yang belum habis.

Setelah kepergian Yudha.

Nilam bertanya pada Alfaaro.

"Mau pergi sekarang?"

"Anda sudah selesai?"

"Sudah."

"Oke, kita berangkat." jawab Alfaaro.

"Boleh peluk?" saat Alfaaro berdiri sebuah pertanyaan polos keluar dari bibir mungil Mylea.

Alfaaro mengangguk. Tangannya mendekap tubuh kecil Mylea yang sedang merasa bahagia karena keinginannya untuk bertemu Jenar terwujud.

Acara peluk itu diakhiri dengan sebuah kecupan di kepala Mylea. Setidaknya hati laki-laki itu mulai berperan yang awalnya perhatian untuk keamanan kini rasa ingin memberi kenyamanan itu hadir. Bukan pada ibunya, tepatnya pada gadis kecil yang tampak kekurangan kasih sayang seorang ayah.

Padahal bisa saja Mylea meminta pelukan itu pada Yudha pasti pria itu tidak keberatan, tapi keinginan itu justru lebih kepada pria yang dipanggilnya Om Je.

"Yey..."

Mylea kembali memeluk Alfaaro. "Beneran boleh ikut?"

"Benar."

Nilam memilih pergi ke mobil lebih dulu, tidak menyangka putrinya memiliki sisi manja seperti itu, bukan apa. Nilam merasa tidak enak pada Alfaaro.

Semua tawa ceria yang muncul di bibir Mylea hari ini adalah berkat Alfaaro.

Sosok Alfaaro adalah ayah idaman, begitu yang terlihat namun tidak bagi Nilam. Alfaaro masih sangat muda, pemuda itu beda 6 tahun dengannya yang sudah menginjak usia 32 tahun.

Saat Alfaaro hendak membuka pintu mobil seorang wanita menahan lengannya.

"Apa masih ada waktu?" tanya Nilam. Alfaaro melihat jam tangannya.

"Masih tiga jam. Mengapa?"

"Bisa antar aku ke jalan anggrek?"

Jalan anggrek? Bukankah itu rumah yang pernah mereka datangi.

"Boleh."

"Kita cepetan ya, istri mantan suamiku mengamuk disana, aku takut terjadi sesuatu pada Mama."

Nilam tidak menyembunyikan kepanikannya, sementara ponsel Yudha tidak aktif.

Senyum Alfaaro terbit. Tidak ada salahnya suka dan kagum sama seseorang, selama dia meletakkan rasanya itu dengan baik ya nggak salah, sedang yang dia suka juga bukan istri orang.

Salahkah jika hatinya serakah kini? Tidak hanya ingin melindungi anaknya dia juga ingin melakukan hal yang sama untuk ibunya, cinta bisa datang belakangan, tapi yang lebih utama adalah ketulusan.

"Alfa, hati-hati." Alfaaro tersentak ketika sadar hampir saja menabrak mobil di depannya.

"Maaf."

"Kamu baik-baik saja?"

"Aku hanya sedang kepikiran."

"Mikirin apa sampai nggak fokus? Bahaya!"

"Mikirin kamu.."

Terpopuler

Comments

Heryta Herman

Heryta Herman

hihihi..alfaro klo suka ma nilam,cpt bilang...takut nya nti di gaet orang loh...

2024-07-30

0

Shepty Ani

Shepty Ani

kiw kiw

2024-06-28

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

Aaaaaaaa meleleh gak tuh ibu Bos dingin ?? 😍😍😍

2024-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!