Bab 8

Sekarang apa lagi? Tak sadar senyum kecil terbit di bibir Nilam begitu melihat sosok Jenar di samping mobil.

Andai kata Nilam tipe wanita kepo pasti sudah keluar tanya dari bibirnya.

Bukankah pria ini yang sepuluh hari lalu memintanya memberikan seragam lebih dari satu setel, tapi sejak bekerja rasanya belum sekalipun pria itu memakai pakaian yang Nilam belikan.

Jenar meringis. Dia tahu sebab apa bosnya melirik kearahnya, ah sungguh ia sangat tidak nyaman memakai pakaian formal, selama Nilam tidak protes jadi dia akan mengenakan pakaian senyaman nya.

"Setelah mengantarku tolong jemput Mylea."

Nilam segera masuk kedalam mobil setelah melihat pria itu mengangguk sekilas.

Sepanjang perjalanan Nilam hanya diam dengan mata terpejam.

Jenar memperhatikan dalam diam tingkah Nilam, Jenar merasa Nilam sedang banyak pikiran, hal itu dilihat dari cara Nilam menghela napas berat seolah sedang banyak beban yang dipikul.

******

Sesuai perintah Jenar menjemput putri kecil bosnya.

Di perjalanan Mylea tertidur Jenar mengendong anak Nilam dengan hati-hati.

"Baringkan di sofa, biar nanti ku pindahin." kata Nilam begitu Jenar masuk membuka pintu rumahnya .

"Nanti dia bangun, kasihan. Bukain pintu kamar," titah yang tidak tau kenapa Nilam turuti.

Nilam membuka pintu kamarnya yang memang berhadapan dengan ruang tamu.

Dengan hati-hati, Jenar meletakkan tubuh kecil itu di atas ranjang. Kemudian keluar dari sana.

"Saya permisi dulu, Ibu segera istirahat."

Nilam mengangguk, tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Delapan jam Jenar mendampingi Nilam pria itu tidak merasa lelah dengan segala aktifitasnya. Malahan bekerja dengan Nilam waktu terasa begitu cepat.

Sudah sepuluh hari dia bekerja dengan Nilam itu berarti dua puluh hari kedelapan dia menyelesaikan tugasnya.

Jenar sudah tidak sabar untuk melihat raut kekalahan seseorang yang mengharapkan kemalangan untuknya.

Melihat sesuatu mondar-mandir di atas sana Jenar tersenyum puas.

******

"Sudah delapan tahun sendiri, tidak terpikirkan untuk mencari pengganti Yudha, kamu belum bisa melupakannya?"

"Mas Yudha sudah menikah. Mama tahu sendiri."

Mungkin akan sulit dilupakan andai saja Yudha meninggal tiba-tiba di saat mereka sedang membina mahligai rumah tangga, jika benar seperti itu mungkin Yudha akan menjadi pria pertama dan terakhir dalam hidupnya. Tapi skenarionya bukan seperti itu, ia dikhianati dan ditinggalkan dan orang tuanya tidak tahu.

"Mama mengkhawatirkan mu, terlebih melihatmu yang sampai saat ini betah sendiri. Mylea butuh sosok ayah."

Safitri masih tidak habis pikir, sangat disayangkan melihat nasib Nilam dan Yudha kadang Safitri sering menangis saat bertemu cucunya.

Selalu seperti ini.

Orang tuanya masih menganggap perpisahan mereka terjadi tanpa permasalahan berarti.

******

Sejak pagi Nilam merasa tubuhnya kurang fit.

Di tambah permasalahan kantor yang menyita waktunya.

Ini menyangkut kehidupan dan kesejahteraan ribuan karyawan yang menggantung nasib di perusahaannya.

Satu minggu, benar-benar menyita waktu dan energi. Selain perusahaan yang tengah disibukkan dengan berbagai peluncuran brand baru dan perjalanan bisnis, Nilam juga tertekan dengan masalah yang terus-menerus di timbulkan oleh mantan suaminya.

Tidak ada seorang pun yang tahu masalah yang sedang dihadapi wanita itu. Kecuali, Jenar.

Ini selesai meeting yang ke tujuh kalinya, denyutan di kepalanya terasa sangat menyakitkan. Membuat Nilam reflek menarik bahu Jenar.

"Maaf," Nilam memposisikan dirinya kembali berdiri tegak tapi sulit karena kepalanya terasa berputar.

******

Atas keinginannya sendiri Jenar mengendong Nilam masuk kedalam ruang kerja wanita itu. Melihat wanita yang selama ini begitu terlihat tegas kini tumbang hatinya bergejolak.

Kebetulan ada sekretaris Nilam yang langsung membukakan pintu kamar yang kerap digunakan Nilam istirahat saat berada di kantor.

Saat Jenar membaringkan tubuh Nilam tatapan keduanya bertemu. Jenar belum mengenal baik wanita seperti apa Nilam selain kemandiriannya. Nilam tidak mudah terbawa perasaan, juga bukan wanita dengan mudah ditebak percayalah segala sesuatu tentangnya teramat samar. Ia semakin tak tergapai saat tidak ada seorang pria pun yang berusaha meluluhkan dan memperlakukannya secara istimewa.

Buktinya, setiap ada laki-laki yang jatuh hati padanya mereka hanya sampai di tahap kagum pada wanita itu. Seperti ada benteng yang mengelilingi Nilam, wibawa dan kebijaksanaan serta pembawaan diri yang selalu tenang dan dingin yang membuatnya terjaga.

"Jangan sok menjadi seorang pemimpin hebat jika untuk mengurus diri saja tidak bisa, bekerja boleh. Tapi kamu bukan robot yang tidak membutuhkan asupan nutrisi, istirahatlah segera akan ku bawakan makan siang."

Makan siang?

Ah, benar. Bahkan sarapan saja Nilam tidak sempat.

Tapi kenapa aura Jenar tampak berbeda? Pria itu bahkan tak lagi menyebut anda pada kalimat sapaannya.

Jenar keluar dari kamar pribadi Nilam, beberapa saat kemudian sekretarisnya memberi tahu Nilam mengatakan pria yang bernama Yudha kembali membuat ulah di lobi.

Nilam memijit keningnya kenapa Yudha tidak lelah mengganggu kehidupannya yang sudah tenang.

Mau apa pria itu?

Cuaca di ibukota akhir-akhir ini terlampau panas, tidak sedikitpun mendung menampakkan diri. Meski jarum jam sudah menunjukkan angka 16:00 cuaca panas tersebut masih terasa.

"Mama,"

Nilam yang baru mengenakan jasnya gegas menoleh. Kemudian, bibir tipis nan merah itu merekah.

"Sayang sama siapa?" tanya Nilam melihat putrinya yang masuk seorang diri.

"Sama Om Jenar, Ma."

Nilam menatap ke arah pintu. Dan benar saja dari celah kecil karena pintu yang tak rapat Nilam bisa melihat pria jangkung itu di sana, berdiri tegak di depan pintu.

"Anda tidak bisa seperti ini, Pak. Ini menyalahi aturan." suara Jenar tertangkap telinga Nilam.

Tapi bicara dengan siapa pria itu?

"Siapa kamu berani melarang ku?"

Itu suara Yudha.

Yudha mengeraskan rahangnya melihat keberadaan pria yang beberapa hari yang lalu ikut pergi kerumah ibunya. Betapa tidak tahu malu pria ini masih stay di sini hanya untuk menunggui Nilam bekerja.

"Pergi, atau kau pulang dengan keadaan yang tak lagi utuh!!!"

"Kau ..."

"Jaga ucapan kotor mu! Disini ada anak kecil yang tidak pantas mendengar hinaan dan cacian!"

Yudha tahu.

Untuk itu dia membuntuti ke sini.

Tapi di tegur seperti itu dia tak terima.

Nilam terpaku di tempatnya.

Laki-laki yang menjadi pengawal pribadinya itu penuh kejutan. Kadangkala sikapnya terlihat sangat dominan, aura laki-laki itu sangat kuat.

Saat masih memikirkan hal itu. Tangan Jenar menarik handel pintu.

"Tetap di sini, biar aku yang membereskan pria itu."

Masih di bawah sadar, karena keterkejutannya, Nilam menuruti perintah Jenar.

Pintu sudah rapat, dan Nilam mencoba untuk bersikap normal dihadapan putrinya.

"Mau makan es krim?"

*******

Sekitar satu jam berikutnya terdengar ketukan pintu.

"Jenar?" wajah kaget Nilam kentara melihat pria di depannya.

"Jangan tanya apapun, biarkan saya masuk."

Nilam menggeser tubuhnya ke samping, memberi ruang untuk Jenar.

"Mylea sudah tidur?"

Nilam mengangguk, matanya tidak lepas memperhatikan pria yang datang dengan keadaan yang mengagetkan.

"Malam ini kita tidak bisa pulang."

Tidak ada jawaban dari ibu satu anak tersebut. Posisi masih sama seperti semula.

"Maaf setelah hari ini aku tidak bisa lagi bekerja denganmu."

Terpopuler

Comments

Rima baharudin

Rima baharudin

ko aku curiga ya, kalo sebenernya si jenar ini udah naksir sama bu boss nya dan sebenernya dia cuma menyamar aja

2024-09-09

0

Shepty Ani

Shepty Ani

calon suamik hihi

2024-06-28

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

krn aku aku adl calon suami mu
ciyahhhh harapan aku sihh 🤭😆😆

2024-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!