Bab 19

Nini sudah selesai.

Wajahnya terlihat sangat cantik dengan make up tipis. Hari ini dia memakai jas dan rok berwarna krem serta sepatu hitam.

Semuanya sangat lengkap di ruangan pakaian. Bahkan jam tangan pun ada banyak di sana. Nini memilih jam kulit berwarna coklat tua.

Setelah berulang kali berkaca, Nini akhirnya keluar. Johan sudah terlihat rapi dengan setelan jas hitamnya sedang duduk bersandar pada sofa sambil memainkan ponselnya.

"Lama banget?" matanya beralih pandang ke Nini dengan kesal

*K*enapa dia harus secantik ini? Johan.

"Maaf.. Tapi untuk apa kamu nungguin aku? Kan bisa jalannya masing-masing." Nini terlihat keheranan

"Siapa yang akan jalan denganmu? Cepat buatkan aku sarapan dulu sebelum kamu berangkat." Johan menunjuk pintu kamar dengan gerakan lehernya

"Lohh kan para pelayan bisa."

"Gak.. Aku maunya kamu. Mulai sekarang, kamu yang mengurus semua keperluanku. Mulai dari sarapan sampai pada pakaian yang harus aku pakai. Bila perlu kau yang mencucinya!!"

Nini mengangkat wajahnya kaget mendengar penjelasan suaminya.

"Apa?? Aku bukan pembantumu.!! Dan aku tidak akan melakukan semua perintahmu." Nini menyentakkan kakinya kesal. Meremas jemarinya lalu pergi meninggalkan Johan.

Sampai di dalam mobil, Nini mencari kuncinya tapi tidak ketemu.

"Hisss.. Jangan-jangan kelupaan lagi. Mana udah hampir jam 7 ni. Bisa telat dong aku."

Nini berpikir sejenak

"Pake taksi online aja deh. Daripada harus balik lagi ketemu orang sinting itu." Meraih ponselnya dan mulai memesan

Tidak beberapa lama kemudian,taksi itu pun datang. Nini menumpangnya. Mereka keluar meninggalkan halaman rumah itu.

Johan memperhatkan istrinya dari jendela sambil meremas jemarinya menahan emosi

"Lihat saja nanti." senyum jahat tergambar di wajahnya

Sampai di depan kantor, Nini membayar biaya ongkos

Dengan riang Nini melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor. Hanya ada pak Tatang di sana.

Beberapa karyawan juga sudah sampai dan langsung sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Mereka semua menyapa Nini sopan. Wanita itu membalas dengan senyum ramahnya yang khas.

Sampai di dalam ruangannya Nini tertawa gembira

" Akhirnya aku sampai juga. Aku sangat merindukanmu ruangan kerjaku. " Nini bergoyang bahagia.

Dia marasa bebas sudah berada jauh dari suaminya.

"Nanananananana...." Dia bernyanyi sambil menghidupkan komputernya memulai kerja

Pintu dibuka tiba-tiba tanpa ada ketukan membuat Nini kaget dan marah ketika dilihatnya Maya.

"Lain kali ketuk dulu Maya. kalau aku jantungan gimana?"

"Heheh maaf mbak. Habis aku kangen"

jawab Maya polos

"Hemmm kangen siapa?" Nini mencoba menahan seyumnya

"Kangen sama mbak lah." wajahnya mulai cemberut

"Ya udah sini peluk" Nini membentangkan tangannya

Maya berlari seperti anak kecil yang rindu pada ibunya. Memeluk Nini dengat eratnya

"Udah Maya.. Napas aku habis ni bentar lagi."

"Ohh.. Maaf mbak." Maya melepaskan peluknya

"Mbak kemana aja? Aku tuh khawatir."

"Cuma sakit biasa kok ." Nini berbohong

" Kemarin aku cariin mbak di kontrakan tapi kata orang-orang di sana mbak udah pindah, dan dijemput sama mobil mewah." Maya mengingat kembali apa yang didengarnya

*A*duh, aku harus bilang apa ya biar dia gak curiga.

"Ahh ngaco aja deh tu orang-orang. Aku cuma dijemput sama mobil panti kok, ibu Tia sama supirnya." katanya sambil melambaikan tangan berusaha menutupi kebohongannya

"Tapi kenapa barang-barangnya dibawa juga mbak?" kali ini Maya semakin bingung

"Gak,mereka salah lihat kali."

*A*yolah Maya, percaya sama aku.

" Aduh aku banyak kerjaan ni,lagi gak pengen di ganggu. Hehe" Nini berpura-pura mengatakan itu agar Maya bisa pergi

"Ya sudah mbak. Saya permisi dulu."

Maya keluar dan tidak lupa menutup pintu.

Nini mulai sibuk dengan komputer di depannya. Terdengar suara pintu dibuka lagi

" Ada apa sih? Pergi deh kamu ganggu aja." Nini tetap fokus tanpa melirik ke arah pintu

"Oh, aku mengganggumu?" Suara berat seorang pria membuat Nini terperanjat.

Membelalakan matanya kaget melihat siapa yang datang.

"Hehe.. Maaf pak tadi saya pikir teman saya."

"Omong kosong.!!!" Wajah Adit terlihat marah

*I*hh sampe merah gitu wajahnya kayak kepiting rebus. Nini

"Gak pak. Saya gak biasa bohong kok."

Adit mendekat dan meraba kepala Nini.

" Eh ada apa ni pak?" Nini menepis tangan Adit

" Katakan padaku, kenapa hampir seminggu lebih ini kamu tidak masuk kerja?" wajah Adit semakin mendekat. Nini berusaha mundur menjauhi perlahan dan sampailah pada dinding pembatas.

Tangan Adit sudah berada di antara kepala Nini,mencekalnya. Jarak mereka semakin dekat tinggal beberapa centi saja bibir Adit sudah menyentuh kening gadis itu.

" Saya sakit pak." Nini menundukkan kepalanya dan memejamkan mata

"Bohong. Wajahmu terlihat sehat."

"Itu karena... Karena... Nake up pak. Jadi saya bisa menutupi wajah saya yang pucat. Tapi anda tidak perlu khawatir saya sudah sembuh kok" Nini membual

" Kau pikir aku percaya?" Adit mengangkat dagu nini.

deg..deg..deg..

Jantung Nini berdetak. Dia mulai takut membayangkan apa yang akan dilakukan pria di hadapannya ini.

Mata mereka salin bertatap lama. Adit menikmatinya, ada kebahagiaan di dalam hatinya bisa melihat mata Nini sedekat ini.

"Pak saya mohon." Nini berusaha mendorong tubuh Adit.

"Kau berani mendorongku?" sekarang Adit sudah jauh beberapa langkah.

" Apa mau anda pak?"

" Katakan yang sebenarnya. Kemana saja kamu hah??!!!!"

"Aku sakit pak."

" Pembohong..!!!"

"Suer pak!" Nini mengangkat kedua tangannya

" Ahhh.." Adit menepis tangannya ke udara kosong dan pergi meninggalkan Nini

*A*da apa dengan orang sombong itu?

Ahh.. Untung saja aku selamat. Tadi aku kira bakal dicincang. hahah

Nini kembali pada tempat duduknya. Sesekali matanya melirik pintu.

"Ahh kunci aja biar tenang." bangkit dan mengunci pintu kerjanya

Nini kembali dan sibuk dengan pekerjaannya.

Tak terasa sudah waktunya makan siang.

Maya mengetuk pintu ruang kerja Nini dengan kesal

"Mbak Nini tumben banget dikunci pintunya."

"Hemmm kenapa?" Nini sudah membuka pintu

"Mbak terlalu fokus kerja ya sampe lupa ini tuh udah waktunya makan siang."

" Iya Maya, bentar lagi ya. Aku selesaikan dulu kerjaan. Tanggung ni"

"Ya udah aku tungguin di dalam aja" Maya menunjuk kursi di sudut ruangan.

Nini menggangguk dan berjalan menuju meja kerjanya.

"Mbak hari ini kita makan di tempat lain aja yuk. Bosan makan di kantin kantor." Maya sudah duduk di kursi

"Iya deh terserah kamu. Kita pake mobil kamu ya. Tadi aku gak bawa mobil." kata Nini tapi masih fokus pada komputernya

"Emang kenapa mobilnya mbak?"

"Ehh.. Jangan ajak bicara dulu Maya. Aku jadi gak bisa konsen ni" Nini berusaha mengalihkan pembicaraan.

20 menit kemudian Nini sudah selesai. Keduanya berjalan keluar kantor bersama.

Masuk ke dalam mobil Maya dan siap meluncur menuju restoran pilihan Maya.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di sebuah restoran italia. Keduanya turun dan masuk ke dalam restoran.

Ada banyak pengunjung di sana, Mungkin karena jam makan siang atau memang cita rasa masakan di sini yang banyak peminatnya.

"Ke sana aja yuk mbak." Maya menunjuk meja makan dengan 4 kursi saling berhadapan di sudut ruangan dekat jendela.

Nini hanya menurut saja.

Keduanya sudah mengambil posisi duduk saling berhadapan.

Seorang pelayan mendekat dan memberikan buku daftar menu.

"Makan apa kamu Maya?" tanya Nini sambil melihat menu-menu makanan dan minuman

"Apa aja deh mbak." Maya tidak melihat buku itu, matanya justru memperhatikan sekelilingnya dengan was-was.

Nini sudah memesan makanan dan minuman 2 porsi yang sama.

Setelah pelayan itu pergi, Maya mendekatkan wajahnya pada Nini seperti akan membisikkan sesuatu.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

nazaruddin thamrin

nazaruddin thamrin

next

2020-11-01

0

Armindo Malidasi

Armindo Malidasi

🌷

2020-08-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!