Bab 16

Nini bersama rombongan memasuki halaman rumah keluarga Hartono. Melewati pintu gerbang yang mewah. Besinya terbuat dari emas asli. Nini menatap takjub dengan kemewahan pintUu gerbang itu. Tidak ada orang di sana tapi ketika mobil berjarak 2 meter di depannya, pintu itu otomatis akan terbuka dengan sendirinya.

*W*ahhh... Canggih banget. Nini

Ibu Tia merasa biasa saja karena sudah beberapa kali datang ke rumah ini.

Taman di sekitarnya terbentang luas, tersusun pohon hias sepanjang jalan. 200 meter jarak pintu gerbang menuju rumah induk.

Sepanjang perjalanan masuk Nini berdecak kagum.

*R*umahnya kayak istana di film-film disneyland.

Arsitektur bangunan bertema klasik perancis menghiasi mata Nini. Yang membuatnya semakin takjub

Sebenarnya, siapa yang akan menjadi suamiku ini??

Melihat keadaan luar rumah Johan seperti ini, Nini sudah bisa membayangkan seperti apa dalamnya.

Para pelayan berjalan teratur membukakan pintu mobil dan memberikan tangan mereka sebagai penopang Nini menurut saja

*I*hhh kayak tuan putri. Aku bisa sendiri pak

Nini berjalan mengikuti langkah ibu Isma dan ibu Tia.

Matanya terbelalak tidak percaya menyaksikan betapa megah rumah milik kedua orangtua Johan ini. Pilar- pilar besar menopang degan gagah bangunan itu. Lantai berwarna coklat mengkilap bersih terbuat dari marmer.

*A*duh kok aku norak gini ya??

Nini tersadar dari kekagumannya.

Dia memang sudah biasa berkunjung ke rumah-rumah para konglomerat. Hanya saja dia masih tidak percaya kalau ini kediaman Johan.

Lelaki menyebalkan yang terlihat tidak terlalu mencolok. Bahkan ibu Isma juga tidak terlalu mencolok. Memang dilihat dari penampilan mereka, Nini sudah bisa menebak kalau mereka orang kaya. Tapi dia tidak pernah berpikir kalau mereka sekaya ini. Ibu Isma berbalik dan merangkul bahu Nini.

" Ayo sayang, ibu antarkan ke kamar sementaramu."

Nini menggangguk takzim. Pelukan ibu Isma terasa hangat. Sudah lama dia tidak dipeluk ibunya.

Mereka menaiki anak tangga, pegangan tangganya juga dominan dari emas.

Banyak benda - benda antik yang menghiasi lorong menuju kamar tamu.

" Nah ini dia sayang." seorang pelayan yang sudah menunggu di depan pintu , langsung membuka pintu dan mempersilahkan Nini masuk.

" Beristirahatlah sebentar nak. Jam 7 nanti ibu akan menyuruh pelayan memanggilmu." ibu Isma mengelus bahu Nini lembut lalu pergi meninggalkan Nini.

Pelayan tadi segera masuk menyiapkan air hangat untuk Nini mandi.

"Terima kasih ya." ucap Nini ketika pelayan itu pamit pergi

Nini masih menatap di sekelilingnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Empuk banget.. Hihi enak ya." mengentakkan tubuhnya berulang kali. Setelah puas bermain, Nini pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Sudah jam 7, seorang pelayan mengetuk pintu kamar Nini dan mempersilahkannya turun untuk makan malam bersama.

Di meja makan sudah ada ayah,ibu dan Johan.

"Ayo nak. Duduk di sini." ibu Isma mempersilahkan Nini duduk di sampingnya. Posisinya berhadapan dengan Johan

"Bagaiman hari ini apa semua berjalan lancar?" tanya ayah pada Johan dan Nini

"Lancar yah." jawab Johan singkat sambil menikmati makanannya

Nini hanya menggangguk sambil senyum. Ini makan malam pertamanya dengan keluarga Johan.

Selesai makan ibu menyurus Johan mengantar Nini ke kamarnya.

"Kalian harus beristirahat yang cukup,untuk menjaga stamina kalian."

"Iya bu. Terima kasih. Permisi." Nini berpamitan menuju kamar

Ayah dan ibu memperhatikan langkah Nini dan Johan yang menaiki tangga.

"Menurut ayah bagaimana dengan pilihan ibu?"

" Kelihatannya dia anak yang baik." ayah mengelus lembut bahu ibu.

Johan dan Nini sudah sampai di depan pintu kamar.

"Kau masuklah. Istirahat yang tenang. Selamat malam." kata Johan sambil membuka kan pintu

"Emm baiklah. Terima kasih." Nini menundukkan kepalanya. Johan sudah berlalu meninggalkan dia sendiri

Tumben lembut. Biasanya suka bikin kesal.

Nini membaringkan tubuhnya di ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar nanar.

*P*antas saja waktu itu, dia membeli cincin termahal di toko perhiasaan,sepatu mahal, dan ibu juga membeli gaun pengantin termahal. Sebenarnya siapa yang aku nikahi ini? Aku bukanlah orang yang pantas.

Nini terus beringsut di atas tempat tidur. Dari tadi dia terus membujuk matanya untuk tidur tapi tetap saja.

" Ahhhh... Gimana sih ni mata. Dari tadi kok gak mau ngantuk juga?" Nini melihat jam di dinding sudah hampir jam 12. Dia bangkit lalu menyalakan lampu

"Mungkin karena di kamar baru jadi gak bisa tidurnya." pikir Nini konyol

Terus saja Nini bolak-balik tetap tidak bisa tidur juga.

Dia memutuskan keluar kamar untuk minum air. Nini berjalan menuruni tangga dengan hati-hati, tampak semua ruangan sudah gelap.

Di bawah Nini kebingungan semuanya gelap hanya ada sedikit cahaya dari lampu luar, ditambah lagi dia belum tau dimana letak dapur.

"Hemmm.. Gimana ya ini? Semua orang sudah tidur. Aku mau tanya siapa, gelap lagi." Ketika Nini hendak kembali menaiki anak tangga, sebuah tangan menyentuh bahu kirinya. Nini merasa kaget dan ingin berteriak tapi tiba-tiba tangan itu dengan cepat membekap mulutnya.

"Sssshhh.. Diam, kamu jangan teriak nanti bangunin orang rumah!" Suara Johan sedikit berbisik di telinga Nini

"Ngapain kamu keluar kamar selarut ini?"

Nini memukul-mukul tangan Johan

" Ohhh.. Haha, iya aku lepasin." Johan sedikit tertawa

" Hahhh.. Ishh napas aku hampir habis." dengan kesal Nini memukul bahu johan.

"Kamu ngapain keluar jam segini?"

"Aku cari dapur,mau minum. Kamu juga ngapain kok belom tidur?"

"Terserah akulah ini kan rumah aku."

"Hemmm.. Iya iya. Dapurnya mana?" tanya Nini lagi

Johan langsung menarik tangan Nini menuju dapur.

"Ehhh ini apa-apaan sih. Lepasin gak?"

"Diam. Bisa pelanin suara kamu gak? Kalo ayah sama ibu bangun gimana hah?" Johan melepas tangan Nini dengan kasar

" Gak usah tarik-tarik, tunjukkin aja dapurnya aku bisa jalan sendiri."

"Jamu bakalan keliru. Gelap lagi gini,kalau kamu salah masuk gimana?"

"Iya deh iya." Nini menyerahkan tangannya pada Johan

Setelah sampai di dapur,Johan melepas tangan Nini

"Udah tahu jalannya kan?" tanya Johan

"Udah kok." jawab Nini melambaikan tangannya

" Ya udah,aku tinggal." Johan pergi meninggalkan Nini

Setelah punggung Johan menghilang di balik pintu, Nini mulai memperhatikan keliling dapur.

"Ini ya dapurnya. Kok gak ada kompornya?" gumam Nini perlahan

Setelah puas memperhatikan seisi dapur, Nini pun bergegas meraih gelas dan mengisinya dengan air.

Nini sudah kembali ke kamar, duduk di tepi ranjang. Beberapa saat kemudian mata Nini mulai terasa berat. Dia berbaring dan terlelap dalam mimpi indahnya.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Erly Fika

Erly Fika

kerajaan

2020-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!