Johan sudah menunggu Nini di parkiran. Sambil sesekali melirik jam di tangannya. Sudah hampir 15 menit dia menunggu tapi Nini belum juga menunjukkan batang hidungnya Johan mulai kesal.
"Wanita ini, dia yang mengajak ku bertemu. ahh."
Meraih ponselnya lalu menghubungi nomor yang dipakai Nini menelponnya tadi.
Panggilan sudah tersambung
tutt..tutt..tuttt
"Hallo." Nini sudah menerima panggilan
" Kamu dimana? Jadi ketemunya apa tidak?"
"Jadi kok jadi, bentar lagi sampe kok." Nini langsung memutuskan panggilannya membuat Johan semakin kesal.
Nini memarkirkan mobilnya. Dia sudah melihat Johan sedang menunggunya sambil bersandar di depan sebuah mobil metalic hitam.
Melepas sabuk pengaman lalu bergegas mendekati Johan
" Maaf ya telat." wajah Nini senyum penuh canggung
"Ayo." Johan langsung melangkahkan kaki menuju taman, Nini mengikuti dari belakang
Sampai di tengah taman mereka duduk menghadap air pancuran. Suasana semakin gelap, lampu- lampu taman sudah dinyalakan. Ada beberapa orang yang berjalan santai yang berpasangan ada juga yang sendiri.
Nini memperhatikan aktivitas di sekitar taman tanpa memperdulikan Johan.
"Ehemmm.. Bisa langsung bicara?" Johan sudah kesal dengan tingkah Nini seolah tidak ada orang di sampingnya.
" Oh. Hehe maaf ya. Habis aku udah lama gak ke sini, banyak yang berubah ya?"
"Katakan ada apa?" tatap Johan dingin
Melihat ekspresi Johan yang menakutkan membuat Nini takut.
"Aku ingin kita membatalkan pernikahan kita." mata Nini membalas tatapan Johan dengan memohon
" Kenapa kamu berpikir begitu?"
"Karena aku tidak ingin berhenti dari pekerjaanku."
" Siapa yang bilang kamu akan berhenti bekerja?" Johan mengernyitkan dahinya
"Tadi siang,ibu bilang setelah menikah akan lebih baik aku hanya bekerja untuk suamiku." Nini memalingkan pandangannya ke air pancur dengan tatapan sedih
"Tidak perlu. Kita harus tetap menikah, dan kau tetap bisa bekerja seperti biasa. Aku yang akan bicara pada ibu." Johan berdiri
"Kau nikmati saja dulu tempat ini. Aku harus pulang." Pria itu pergi meninggalkan Nini tanpa menunggu jawaban calon istrinya
"Hei... Sombong sekali. Dia pikir dia siapa?" Nini meremas kesal jemarinya.
Bahkan sampai saat ini Nini tidak tahu bahwa dia akan menjadi menantu keluarga yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Saat akan meninggalkan taman Johan baru ingat kalau besok mereka harus membeli cincin nikah dan perlengkapan lainnya.
Dia meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Nini
Johan : Besok jam 10 temui aku di mall XX untuk membeli perlengkapan pernikahan kita.
Nini : Kau sendiri saja, besok aku harus masuk kerja. Hari ini aku sudah absen
Johan : Urus surat ijinmu sampai hari pernikahan kita . Setelah itu kau boleh bekerja seperti biasa. Jangan membantah, ingat aku ini calon suami mu.!!!
Nini :😏
Melihat balasan chat yang masuk membuat Johan seyum sendiri. Bukannya baper atau bahagia dia hanya merasa lucu dengan sikap Nini.
***
Suara alarm di dekat kepalanya membangunkan Nini. Udara masih terasa dingin. Dia mematikan alarm tersebut lalu menggeliat di bawah selimutnya.
"Emmm sudah pagi ya. Hoaammmm" Nini mengucek matanya, melemparkan selimutnya lalu berjalan ke arah kamar mandi.
Melepas semua pakaiannya,dan menyiram air pada tubuhnya.
" Ahh segar..!!"
Selesai mandi Nini masih memakai dalaman, kebiasaanya sebelum memakai pakaian adalah dandan dulu. Biar gak ribet.
Dia berdandan sambil melirik jam di dinding kamarnya sudah hampir jam 6.
*A*ku harus cepat.
Sudah selesai. Dia sudah memakai pakaian kerjanya. Terlihat cantik dan berwibawa.
" Sebentar." Nini seperti mengingat sesuatu.
"Ahhh... Hari ini kan.. Hemmm" Nini merasa kesal dengan dirinya yang suka melupakan hal-hal kecil.
Dia lupa kalau hari ini harus membeli perlengkapan nikahnya.
"Hemmm belum juga jam 6. Aku udah mandi kapan jam 10 ni?" Nini bergumam sendiri
Dia melepas pakaiannya lalu berganti dengan pakaian santai berjalan ke arah dapur membuat sarapannya sendiri.
Sudah hampir jam 9, Nini masih duduk santai di depan tv nya. Tadi dia sudah mengirim email kepada ketua manajernya kalau dia harus cuti selama seminggu lebih dengan alasan tidak enak badan, dan itu juga saran dokter.
"Mandi gak ya?" kata Nini ketika melihat jam
" Gak ah. Nasih wangi kok, lagian cuma jalan sama Johan kan bukan pangeran atau konglomerat besar."
Masih bimbang dengan pilihannya mandi atau tidak, bunyi klakson mobil membuatnya kaget.
Dia mendekati jendela dan melihat siapa yang datang.
Benar saja dugaannya. Johan!!
"Ihhh kan baru mau jam 9. Janjinya kan jam 10?"
Tanpa diketuk pintu sudah dibukakan, Johan sedikit terkejut.
Dia memasang senyumnya yang membuat Nini langsung terpana
*A*lamak,gantengnya orang ini.
Wahh.. Baru sadar aku ternyata calon suamiku tampan. Heheh
"Maaf, ini kan belum jam 10?" wajah Nini terlihat sedikit ragu.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh berkunjung ke kediamanmu?" suara Johan terdengar santai
"Gak juga sih. Cuma agak aneh aja gitu." Nini masih berdiri di depan pintu
"Hemm.. Apa aku tidak dipersilahkan masuk?"
"Ohh.. Aduh lupa. Ayo masuk." Nini memberi jalan
Johan langsung duduk tanpa dipersilahkan, di depannya ada sebuah tv ukuran mini. Dia memperhatikan keadaan disekitarnya,matanya berhenti pada sebuah potret berukuran 20R. Di sana terlihat sosok seorang lelaki paruh baya memakai seragam polisi berpangkat IPTU dan istrinya memakai seragam merah muda. Nini tidak peduli dengan Johan, dia asyik menikmati acara tv.
*I*tu pasti orangtuanya. Wajahnya sangat mirip dengan ibunya, tapi matanya seperti ayahnya. Tegas dan berani.
"Heii.. Aku tamumu, apa kau tidak berniat membuatkan aku kopi?" kata Johan pada Nini yang sepertinya tidak peduli dengannya
"Kau mau kopi?" Nini memicingkan matanya tidak percaya dengan pria yang tidak tahu malu ini.
"Iya, aku kan tamu?" senyum jail tergambar di wajahnya
"Hemm.. Kau yang menawarkan diri. Aku belum pernah berhadapan dengan tamu sepertimu,ini bukan cafe." Nini kembali menatap layar tv
"Sekarang kau berhadapan dengan tamu itu. Ayo cepat, aku tidak suka menunggu lama."
Orang ini bahkan tidak merasa bersalah. Lihat dirinya,berlaku seperti tuan yang menyuruh pembantunya.
Nini berjalan ke belakang dengan sangat kesal.
Johan tetap terlihat santai tidak peduli dengan raut wajah Nini.
Tidak lama kemudian kopi sudah dihidangkan di depannya. Johan tersenyum memandang Nini pertanda terima kasih.
Saat Nini kembali duduk ,Johan langsung memeritahnya untuk segera bersiap, dia tidak ingin kesal hanya karena menunggu wanita berdandan.
"Gak aku gak bakalan dandan. Kita kan cuma ke mall aja. Lagian jalannya juga pakai mobil masing-masing kok."
"Kata siapa kita pake mobil masing-masing?" Johan meneguk kopi
"Kata aku barusan, lagian chat kamu semalamkan katanya temui kamu di mall bukan jemput aku di sini." bibir Nini manyun
"Hahaha iya iya.. Tapi ibu yang menyuruhku, dan aku ingin kamu tahu sesuatu aku tidak suka jalan dengan wanita yang terlihat kusut." tatapan Johan mulai dingin,kali ini dia serius
"Siapa yang yang kusut??" wajah Nini sudah merah padam menahan emosinya
" Aku tidak ingin berdebat, sekarang pergi siapkan dirimu, dandan secantik mungkin. Aku tidak ingin membuang waktu" Johan menunjuk jam di tangannya .
Nini berjalan menuju kamar mandi,secepat mungkin dia mandi, keluar hanya memakai handuk berjalan santai menuju kamarnya melewati Johan.
Johan hanya menggeleng kecil. Dan kembali fokus pada ponselnya menerima laporan dari Doni.
Setelah 30 menit barulah Nini selesai.
Johan tidak kesal kali ini karena 20 menit lagi barulah jam 10. Sambil menunggu, Johan kembali memperhatikan foto- foto yang tergantung di dinding, ada foto Nini bersama 2 orang wanita dan seorang lelaki yang terlihat lebih muda.
Ada juga foto Nini sekeluarga lengkap memakai baju putih, dengan wajah bahagia
*In*i pasti kakak dan adiknya.
Mereka terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia. Aku yakin, mereka adalah keluarga baik-baik.
Sekilas Johan tersenyum, ibunya memang tidak salah memilih.
" Ayo berangkat." Nini menarik pintu kamarnya .
Mereka sudah berada di dalam mobil, memasang sabuk pengaman dan siap meluncur.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments