Bab 5

Pagi yang cerah. Langit tanpa awan, biru tenang. Matahari mulai menampakkan dirinya, membangunkan setiap insan dari peristirahatan.

Johan, sudah bergegas bangun menyiapkan diri. Hari ini adalah hari Minggu, rutinitas yang selalu dilakukan Johan bersama keluarga adalah pergi beribadah di Gereja terdekat.

Saat hampir jam 7, mereka sekeluarga berangkat. Johan mengendarai mobilnya sendiri,tanpa ditemani siapa pun.

Selesai ibadah.

"Han,temani ibu ya?" kata ibu ketika keluar dari tempat ibadah.

" Kemana bu?" Tanya Johan sambil menatap ibunya.

"Ibu ingin mengunjungi sebuah panti dekat sini nak. Ibu pengen sama kamu." ibunya menjelaskan.

"Baiklah bu." Johan tak pernah membantah kedua orangtuanya. Baginya merekalah cinta pertama dan terakhirnya.

Beberapa menit kemudian tibalah mereka di panti tersebut. Johan mencari tempat yang aman untuk memarkirkan mobilnya,halaman panti asuhan tersebut tidak terlalu luas.

Anak-anak yang melihat kedatangan mobil tersebut langsung berebut ingin melihat siapa yang datang. Johan yang melihat wajah-wajah polos itu langsung tersentuh, timbul rasa iba di hatinya.

kalian masih kecil tapi tidak pernah merasakan dekapan hangat orangtua. Betapa beruntungnya aku Tuhan.

Ibu menggandeng tangan Johan mengajaknya masuk.

Ibu Tia yang melihat kedatangan ibu Isma langsung menyambutnya dengan hangat. Ibu Isma adalah salah satu pendonor bagi anak-anak panti ini. Hanya saja dia jarang berkunjung, tapi dia selalu menanyakan kabar dan keperluan anak-anak di sini.

Mereka berbincang sambil berjalan menuju ruangan bu Tia. Johan memilih berjalan berputar mengelilingi panti sambil melihat kegiatan anak-anak di sana.

Sebuah mobil sedan putih memasuki halaman panti asuhan.

Nini memarkirkan mobil didekat mobil mewah hitam di sampingnya.

"Mungkin ada lagi orang kaya di sini." sambil membuka pintu dan masuk.

Seli yang melihat kedatangan Nini langsung berlari dan memeluknya.

Nini membalas pelukannya dengan hangat. Seli sangat dekat dengan Nini,entah mengapa mereka merasa nyaman satu sama lain. Bagi Nini, Seli sudah seperti adiknya sendiri.

"Siapa yang datang Sel??" Seli melepaskan pelukannya lalu menarik tangan Nini tanpa menjawab. Nini merasa bingung dengan sikap Seli.

"Ehh..Jawab dulu dong. Kenapa nih??"Seli masih menarik tangan Nini dan menunjuk ke ruangan bu Tia.

"Itu kak.. Ibu yang sering ke sini. Gak sering juga sih tapi Seli pernah lihat dia."katanya menjelaskan

Nini melihat lalu menggangguk mengerti, dia sudah sering di sini jadi dia sudah bisa menebak itu pasti orang kaya yang sibuk sehingga jarang berkunjung.

"Kak Nini bawa apa buat Seli?" Seli meremas jemari Nini berharap dibawakan sesuatu.

"Ahh.. Kaka gak bawa apa-apa ni hehe tapi kaka mau ajak Seli jalan, gimana?" Nini mengelus rambut Seli anak berusia 7 tahun.

"Beneran? wah kaka baik banget."

"Iya sayang,tapi kita harus ijin dulu sama bu Tia ya?"

"Iya kak, ya udah Seli siap-siap dulu." Nini hanya menggangguk,Seli berlari dan meninggalkannya sendiri.

Agak lama Nini menunggu bu Tia yang belum keluar,akhirnya dia memilih memanggil Seli terlebih dahulu. Saat sedang berjalan di antara lorong kamar anak-anak dua pasang mata saling bertatapan. Johan dan Nini, jarak mereka tinggal beberapa meter saja. Lorong kamar tersebut cukup sempit akan kesusahan bagi mereka untuk melewatinya sementara mereka berada di posisi yang berlawanan. Kamar Seli pun berada di ujung dari arah Johan datang.

Bagaimana ini? Nini

siapa gadis ini? apa dia pelayan panti ini? tapi penampilannya. Johan

"Kak Nini." teriak Seli di ujung kamar melihat Nini dan Johan yang kebingungan

Johan memiringkan badannya begitu juga dengan Nini. Beberapa detik kemudian mereka sudah saling membelakangi. Nini sudah tidak lagi memperhatikan kepergian Johan.

"Sayang, ibu Tia belum juga selesai ni, gimana dong?" wajah Nini sedikit cemberut menyampaikan berita itu.

"Apa gak bisa langsung masuk aja kak?" mata Seli penuh harap

"Kakak takut ganggu bu Tia de."

"Yah, kalo gitu gak jadi dong kak, kan kalo udah jam 1 gak bisa keluar lagi."

melihat wajah Seli yang sudah mulai sedih membuat Nini kasihan.

"Ya sudah. Ayo!" merangkul bahu Seli lalu berjalan menyusuri lorong sempit tersebut.

Ketika sampai di ujung lorong lagi-lagi mata mereka saling bertatapan. Johan sedang duduk di taman tepat di tengah panti tersebut,Nini langsung memalingkan wajah menghindari tatapan tersebut.

Sementara di ruang kepala panti, ibu Isma dan ibu Tia sedang asyik membahas tentang dana yang akan disumbangkan untuk menunjang kebutuhan anak-anak.

Tiba-tiba suara ketukan di pintu membuat keduanya melihat ke arah pintu secara bersamaan.

Nini masuk dan menyampaikan maksud kedatangannya. Setelah mendapat ijin, Nini pun bergegas pamit dan tidak lupa meminta maaf karena telah mengganggu.

Ibu Isma masih memandang punggung Nini hingga menghilang. Ibu Tia yang melihat tingkah ibu Isma mengerti, mungkin dia kagum pada gadis tadi sama sepertinya yang selalu kagum dengan kebaikan gadis itu.

"Siapa dia bu?" akhirnya ibu Isma bertanya

"Dia namanya Nini bu."

"Apa dia bekerja di panti ini?" mendengar pertanyaan ibu Isma membuat ibu Tia hanya tersenyum geli.

Bagaimana mungkin wanita dengan penampilan terpelajar begitu bekerja di sini?

"Haha.. tidak bu, dia sama seperti ibu. Bedanya yang dia berikan adalah sesuatu yang lebih berharga." ibu Tia kembali tersenyum " Dia selalu ada sebagai penghibur anak-anak, dia bekerja sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan." mendengar jawaban ibu Tia,ibu Isma hanya menggangguk.

Entah mengapa tiba-tiba ia menyimpan simpati pada gadis tadi.

"Bu Tia, apakah dia anak orang kaya?" kali ini mereka sudah keluar dari ruangan sambil berjalan menunju halaman depan

" Tidak bu, dia anak rantauan yang datang ke sini untuk mengadu nasib. Beruntungnya dia berhasil." kali ini ibu Isma langsung kagum.

"Nampaknya kalian sangat dekat bu? Apa sudah lama dia menjadi pengunjung tetap panti ini?"

" Yah begitulah bu. Kami baru saja berkenalan setahun lebih. Setiap hari Sabtu dan Minggu dia selalu mengunjungi tempat ini. Kadang kalo dia punya uang yang lebih dia akan bantu membeli beberapa perlengkapan." ibu Tia dengan bahagianya menjelaskan kebaikan dari Nini.

"Wah,ternyata dia wanita yang spesial." kata bu Isma kagum

"Iya ibu."

Tidak lama kemudian ibu Isma dan Johan pun berpamitan pulang.

Sebelum keluar dari halaman mata Johan masih mencoba mencari sosok wanita yang tadi ia temui

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Esti. W

Esti. W

duuhh nggak ada jalan lain yaa nini...

2020-11-01

1

Puan Harahap

Puan Harahap

masih lanjut Thor

2020-10-31

0

Roman Militan

Roman Militan

lanjut baca

2020-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!