Bab 18

Malam hari setelah makan, semua kembali ke kamar masing-masing. Johan memilih bermain dengan keponakannya Michele di ruang tengah.

"Paman, kok bibinya gak ada?" tanya Michele pada Johan

"Bibi kamu capek, jadi dia udah istirahat."

"Michele boleh gak bobo sama paman sama bibi." tanya Michele sambil memainkan boneka beruangnya

"Gak boleh sayang." kata Tony dari arah belakang, yang membuat keduanya kaget

"Malam ini paman sama bibi harus bekerja." kata Tony sambil menahan tawanya.

"Boleh kok boleh sayang." Johan mengelus lembut rambut keponakannya

"Iya ayah. Bolehin ya, Michele pengen bobo sama paman. Kayak biasa Michele bobo sama ayah dan ibu."

"Besok aja sayang. Ayo sini papa gendong, ibu udah tunggu di kamar."

Johan menepis lembut tangan kakaknya

"Ayolah kak. Malam ini aja, besok pasti kalian sudah harus pulang."

"Johan, malam ini kan?" Tony memberi isyarat pada Johan dengan matanya,lalu tertawa

" Malam ini ditunda. Besok aja kalau Michele udah pulang."

"Ayo, kita ke kamar paman. Di sana ada ayah dan ibunya pinky loh" kata Johan sambil menunjuk boneka beruang pink kecil milik Michele

"Oh ya, ayo paman Michele pengen mempertemukan mereka kasian dia gak dipeluk ayah dan ibunya." wajah Michele terlihat girang

Johan menggendong Michele menuju kamarnya tanpa melihat ke arah Tony yang sedang menggeleng.

"Tadaaaaa!!! ini dia kamar paman." kata Johan seolah memberi kejutan pada Michele.

Gadis kecil itu bersorak sambil tepuk tangan.

Nini yang sedang duduk termenung sedih dikagetkan dengan kedatangan mereka. Dia secepat mungkin mengusap air mata. Berbalik dan tersenyum pada Michele yang imut.

"Hallo sayang." Nini mengusap lembut pipi Michele

"Bibi, kata paman tadi di sini ada ayah dan ibunya pinky." Michele menunjuk boneka kecilnya

"Oh ya paman berkata begitu?"

*A*staga pamanmu ini pandai sekali berbohong. Mana ada boneka yang punya ayah dan ibu

"Iya bibi. Mana Michele pengen liat." kata Michele sambil menggeliat meminta turun dari pamannya.

"Di sana sayang." Nini tunduk dan menunjuk ke arah tempat tidur.

Boneka beruang tadi masih tersimpan rapi.

"Ayo bibi kita ke sana." menarik tangan Nini dengan riangnya. Johan hanya mengikuti dari belakang.

Michele sudah duduk di depan dua boneka itu, dan menaruh boneka kecilnya tepat di tengah.

"Bibi, ini ayah sama ibunya kok pakaiannya sama kayak punya bibi dan paman tadi?" Michele berpaling ke arah Nini dan Johan yang kebingungan di kaki ranjang.

"Iya sayang. Ayah dan ibunya juga baru nikah. Hahah." Nini tertawa lucu mendengar pertanyaan Michele

"Paman sama bibi kok gak ke sini? Ayo ke sini. Paman di sini," menunjuk sebelah kirinya

"Bibi di sini," menunjuk sebelah kanannya " biasanya ayah sama ibu tidurnya gitu, terus Michele di tengah."

Melihat keduanya masih terdiam kaku, Michele merangkak maju lalu menarik tangan paman dan bibinya.

Nini dan Johan pun tersenyum dan hanya ikut saja. Ketiganya sudah tidur bersama. Nini mengelus lembut rambut Michele.

"Paman ceritain dong dongeng buat Michele."

Johan mengangkat matanya menatap Nini. Dia tidak tahu harus menceritakan apa. Nini menggangguk mengerti

"Bibi aja ya yang cerita." Michele mengangkat kepalanya melihat Nini dan menggangguk cepat.

"Baiklah sayang." Nini menarik selimut sampai dada Michele, menopang kepalanya dengan tangan, Johan pun melakukan hal yang sama.

"Pada jaman dahulu hiduplah seorang ibu tua tanpa suami dan anak.........." (Timun mas)

Michele sudah tertidur sebelum Nini menyelesaikan dongengnya. Dia senyum dengan lembut lalu mencium kening gadis kecil itu. Johan masih memperhatikan Nini.

" Kau baik juga ternyata." suara Johan sedikit berbisik

Nini menatap Johan " Jangan terlalu cepat menilai seseorang hanya karena perbuatannya yang kamu lihat saat ini." sambil menarik selimutnya dan menenggelamkan tubuhnya.

" Bijak juga kamu." Johan pun melakukan hal yang sama dengan Nini.

"Terserah apa katamu."

***

puk puk puk..

Michele menepuk pipi paman dan bibinya dengan lembut.

"Emmm.." Nini menggeliat dan membuka matanya perlahan

"Ada apa sayang. Hoaaammmm" suaranya terdengar sedikit berat

"Michele pengen pipis."

"Ayo.. Aduhh jam berapa ini?" mengajak Michele turun lalu memberikan tangannya untuk diraih.

Sambil berjalan menuju kamar mandi, Nini melirik jam di dinding sudah hampir jam 3 dini hari.

Mereka sudah keluar dari kamar mandi.

Michele kembali pada posisi tidurnya lagi begitu juga dengan Nini.

Michele sudah terlelap. Nini memeluk perut gadis kecil itu, tiba-tiba tangan kanan Johan memegang tangan Nini erat. Saat dia berusaha dengan pelan melepas tangannya, Michele justru memeluk dua tangan itu sehingga membuat Nini tidak tega melepasnya. Johan membuka sebelah matanya dan melirik Nini, mata mereka saling bertatapan

*S*ialan ternyata dia sadar juga. Gumam Nini kesal.

Johan terlihat senyum bahagia berhasil mengerjai istrinya.

Pukul 5 pagi Nini bangun. Dia memperhatikan Michele dan Johan yang belum juga sadar.

*A*ku sudah menikah. Apakah aku akan bahagia atau sebaliknya?

Nini melihat cincin yang melingkar di jari manisnya.

Dia menyibakkan selimut perlahan.

"Aku harus kembali bekerja hari ini. Semangat!!"

Masuk kamar mandi, setelah 15 menit keluar memakai handuk baju.

"Di mana ya barang-barangku diletakkan?" Nini menggigit jarinya kebingungan.

"Aku ingat wajah para pelayan itu. Tapi aku gak tau nama mereka. Gimana ni?" sambil mondar mandir di depan pintu kamar mandi.

Michele memperhatikan bibinya yang dari tadi seperti setrika rusak.

"Bibi kenapa?"

"Sayang,kamu udah bangun ya?" Nini berhenti dan mendekati Michele yang mengangguk.

"Mau bibi antarin ke bawah sayang?" tanya Nini sambil mengelus rambut Michele.

"Gak usah bi. Michele bisa kok. Bibi kan masih pake handuk."

"Hehhe. Tapi sayang.." tiba-tiba suara ketukan pintu menghentikan pembicaraan keduanya

Seorang pelayan masuk dan menundukkan kepala

"Maaf non. Saya disuruh tuan Tony untuk menjemput non Michele." kata pelayan itu menundukkan kepalanya.

"Oh baiklah." jawab Nini. Michele sudah berlari membawa boneka kecilnya

" Bibi.. Aku titip ayah dan ibu pinky ya." kata Michele sebelum meninggalkan kamar itu

"Iya sayang." senyum Nini tergambar di wajah cantiknya.

Pelayan dan Michele pun berlalu. Nini lupa untuk menanyakan apa yang tadi di pikirkannya pada pelayan tadi.

*A*duhhh.. Kenapa sih **** kok dipelihara. Tadi kan harusnya aku tanya sama gadis itu. Ishhh bisa telat ni

ahh aku bangunin Johan aja kali ya?

Mendekatkan diri pada Johan dan membangunkannya perlahan

" Ehh bangun dong." menepuk-nepuk bahu Johan

"Emmmhh.." Johan menggeliat dan langsung memeluk tubuh Nini, membuatnya terjatuh dan menindih tubuh Johan

"Heii lepasin, aduhh bisa copot ni handuk" Nini meronta di atas tubuh Johan

Johan yang merasa terganggu langsung membuka matanya dan mendorong tubuh Nini dengan keras membuat dia jatuh terpental

"Auhhh.. Sakitt!!" Nini meringis kesakitan sambil menggosok pantatnya

"Hahaha.. Maaf hahaha." bukannya kasihan Johan malah tertawa

Sabarrr.. Aku gak boleh marah,karena aku butuh bantuannya sekarang.

Nini berusaha memasang wajah yang baik.

"Maaf ya." wajah Johan masih terlihat menahan tawa

"Iya gak papa kok." Nini bangkit berdiri

*T*umben, harusnya dia marah dan memaki ku

"Kamu kenapa?" tanya Johan dengan wajah serius

"Kamu bisa gak bantuin aku?"

*P*antas saja dia tidak marah.

"Bantu apa?"

" Pakaianku, beberapa hari yang lalu dikemas oleh para pelayan. Aku tidak tau nama mereka. Dan sekarang aku harus pergi ke kantor aku takut terlambat."

"Semua pakaianmu sudah ada di lemari. kamu bisa mengambilnya." kata Johan sambil menunjuk sebuah pintu raksasa

"Termasuk pakaianku yang dilaundry kemarin?" tanya Nini penasaran

"Kan aku tadi jawab semuanya?" mata Johan melotot kesal.

"Ohh.. Heheh." Nini berjalan menuju pintu itu

Dan...

Kali ini dia kembali takjub melihat isi lemari raksasa itu.

*I*ni di bilang lemari???

Ini toko pakaian kali yah??

Nini keluar tanpa membawa apa pun.

"Kenapa?" tanya Johan pura-pura bodoh.

Padahal dia tahu Nini pasti kebingungan melihat banyak pakaian yang digantung di sana.

"Aku gak tau di mana semua pakaianku."

"Hemmm.." Johan menarik tangan istrinya, melewati banyak pakaian dan sepatu serta aksesoris pria. Sangat banyak dan semuanya terlihat mahal.

"Ini tempat pakaianmu." mereka berhenti di ruangan sebelahnya.

Betapa terkejutnya Nini melihat banyak sepatu yang disusun rapi pada rak-rak sepatu yang tinggi.

Ada 2 lemari pakaian yang sangat besar terbuka dan terlihat banyak pakaian wanita dengan merk ternama.

"Ini punya siapa?" tanya Nini memandang bingung pada Johan

" Kamu, kemarin ibu meminta ukuran sepatumu padaku, dan semuanya ibu yang belikan." mendegar perkataan Johan, Nini menutup mulutnya sambil menggeleng perlahan

" Pakailah, jangan buat ibu kecewa." kata Johan lalu pergi dari tempat itu

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Armindo Malidasi

Armindo Malidasi

semangattt

2020-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!