Bab 12

Setelah menerima pesan dari ibu Isma, Nini pun langsung bergegas menuju alamat tersebut.

Nini memarkirkan mobilnya lalu berlari kecil memasuki restoran mewah tersebut. Sampai di dalam Nini mencari sosok ibu Isma. Tidak butuh waktu lama dia sudah melihat ibu Isma yang selalu terlihat cantik dan elegant.

Nini mendekati ibu Isma lalu memberi salam pada wanita paruh baya itu.

Ibu Isma langsung mempersilahkannya duduk. Seorang pelayan menyerahkan buku daftar menu pada keduanya.

" Mau makan apa nak?" tanya ibu pada Nini yang sedang sibuk melihat daftar menu

"Emm apa saja lah bu. Aku bisa makan apa aja kok. Hehe" mendengar jawaban Nini membuat ibu Isma terseyum samar sambil menggeleng perlahan.

Ibu Isma telah memesan menu spesial beserta minuman.

Setelah pelayan itu pergi, mata ibu Isma langsung kembali menatap Nini.

" Ada apa bu, tumben ngajak aku makan." Nini langsung pada intinya karena dia tahu ibu Isma tidak mungkin mengajaknya bertemu hanya untuk makan siang biasa.

"Ibu ingin kalian menikah secepatnya nak." ibu Isma menjawab sambil menggenggam tangan Nini

"A.. Apa? Hahah.. Rencananya kapan bu?" wajah Nini sudah terlihat pucat

" Minggu depan nak."

"Apa?" Nini sedikit berteriak membuatnya langsung menutup mulutnya.

Orang-orang di tempat itu langsung berbalik ke arah Nini.

"Maaf... Maaf.. Maaf.." sambil menundukkan kepalanya

"Ibu maaf ya kalau sikapku tadi berlebihan. Aku hanya kaget." Nini merasa bersalah atas sikapnya tadi.

" Tidak apa- apa sayang, ibu mengerti kok."

Beberapa menit kemudian makanan yang di pesan sudah diantar pelayan tadi. Nini mengucapkan terima kasih dengan senyum di wajahnya yang terlihat tulus.

Ibu Isma dan Nini pun menghabiskan makanan sambil merencanakan pernikahan yang akan dilangsungkan.

Sebelum mereka pergi meninggalkan restoran tersebut, ibu Isma masih mengingatkan pada Nini kalau besok jadwalnya untuk membeli gaun pengantin.

Nini sudah kembali ke perusahaan dengan wajah murungnya.

Maya yang melihat langsung mendekat dan menyadarkan Nini.

"Mbak Nini kenapa?" tanya Maya

Nini yang tersadar langsung tertawa seperti orang gila membuat Maya semakin bingung.

"Hahaha.. Aku baik-baik saja kok Maya, mungkin aku hanya sedikit kecapean."

jawab Nini asal-asalan saja

" Ohh.. Apa perlu saya antar ke ruangan?"

" Tidak usah. Aku bisa sendiri kok." Nini melambaikan tangan

Tiba di ruangannya Nini mengunci pintunya rapat - rapat. Berjalan menuju meja kerjanya.

Matanya menatap foto keluarganya di sana

" Ayah ibu, maaf.. Aku akan menikah tanpa sepengetahuan kalian."

Nini menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya sambil memejamkan mata.

Minggu depan, aku akan menikah dan besok aku akan membeli gaun pengantin.

Ponselnya kembali berdering, kali ini panggilan masuk dari adiknya yang nomor 3.

" Hallo Fan." sapa Nini lembut

"Hallo kaka sayang, aku kangen ni." suara Fany terdengar ceria

"Ada apa? Kamu tidak biasanya menelpon kaka." Nini bertanya penasaran

"Aku punya kabar baik kak. Ninggu depan aku akan diwisuda menjadi seorang sarjana, aku sudah selesai." Fany terdengar sangat gembira

"Oh syukurlah Fan." suara Nini terdengar serak

"Kaka kenapa? Kaka terharu ya?" sambungnya lagi " Terima kasih ya selama ini sudah membantu biaya kuliah aku kak." suara Fany juga terdengar serak

Fan, minggu depan kaka akan menikah. Maafkan kakak

Nini tahu maksud pembicaraan adiknya itu. Fany selalu berharap kakanya akan datang ke acara wisudanya. Selama ini Nini banyak membantu Fany dalam biaya perkuliahannya.

****

Waktu terus berlanjut. Hari ini jadwal membeli gaun pengantin, semalam ibu Isma sudah menghubungi sebuah butik.

Hari ini Nini absen dari kerjanya. Ibu Isma sudah mengirim alamat butik sejak pagi.

Tepat jam 9 mobil Nini sudah memasuki area parkir butik tersebut. Dari luar dia melihat ibu Isma sedang sibuk berbicara dengan seorang wanita muda yang cantik.

Sebelum masuk ke dalam butik, Nini masih menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

Melihat kedatangan Nini, ibu dan wanita tadi segera menghampirinya.

"Wah ini ya calon pengantinnya, cantik banget?" tanya wanita itu dengan sopan

" Ehh iya. Hehe." Nini sedikit salah tingkah

" Perkenalkan aku Lisa." sambil memberikan tangannya

" Nini." membalas jabatan tangan Lisa.

" Yuk langsung saja kita ke dalam." ajak Lisa sambil merangkul ibu dan Nini

"Nini, Lisa ini calon istri dari sepupunya Johan loh." ibu Isma menjelaskan " Mereka juga akan segera menikah dalam waktu dekat."

*W*ah. Pasti calon suaminya ganteng ni, dia aja cantik dan bening banget. Nini

Lisa menawarkan gaun pengantin terbaik rancangannya. Ibu Isma yang melihatnya langsung menyukainya

" Bagaimana Nini, apa kamu mau?" tanya ibu Isma pada

"Ahh.. Ini terlalu bagus bu. Kita cari yang biasa saja ya." Nini merasa tidak pantas dengan gaun semahal itu, toh acaranya juga tertutup untuk apa harus pakai yang mahal? Begitu pikirnya

Kemarin ibu sempat menjelaskan pada Nini bahwa Johan tidak ingin acara nikahnya dipublikasikan, dan meminta agar Nini mengerti dengan perasaan Johan.

" Tidak masalah sayang. Ibu ingin kamu terlihat cantik."

Nini hanya terdiam dan mengikuti keinginan calon ibu mertuanya ini.

Setelah selesai dengan urusan gaun, ibu Isma mengajak Nini dan Lisa makan siang bersama.

" Nini." ibu Isma membuka pembicaraan ketika sedang makan

"Ya bu."

"Apakah setelah menikah kamu masih akan tetap bekerja?" sekarang mata ibu Isma dan Nini sudah saling memandang. Lisa yang mendengar percakapan itu cuek saja dia tidak ingin mencampuri urusan mereka.

Nini bingung harus menjawab apa, dia sangat menyukai pekerjaannya.

"Akan aku pikirkan lagi bu." Nini tertunduk menatap makanan di atas meja makannya

Melihat reaksi Nini, ibu langsung paham

"Ibu harap kamu bijak dalam menentukannya nak. Karena ketika menjadi seorang istri akan lebih baik jika kamu hanya bekerja untuk suamimu." Nini kembali mengangkat wajahnya menatap ibu Isma.

" Iya bu. Akan saya pikirkan dengan baik."

Jam 3 sore. Nini sudah kembali ke kontrakannya. Membaringkan tubuhnya di atas ranjang menatap langit-langit kamar dengan nanar.

*A*ku akan menikah dengan seseorang yang baru saja aku kenal. Aku akan kehilangan pekerjaannku.

Kali ini Nini menangis sesegukkan

Aku bisa membatalkan pernikahan ini kan?

Sayangnya ini menyangkut nyawa seseorang.

Jika aku membatalkannya maka ibu Isma akan semakin tertekan dan ibu Tia, apa dia akan memaafkan aku?

Tapi ini hidupku.. Aku berhak menetukannya sendiri!!

"Yah.. Aku harus bisa menetukkan hidupku sendiri." Nini meraih ponselnya dan menelepon ibu Isma

" Hallo nak ada apa?" tanya ibu Isma

"Apa aku boleh meminta nomor Johan bu?"

Mendengar permintaan Nini membuat ibu Isma senyum-senyum sendiri.

Setelah mendapatkan nomor Johan, Nini pun meminta ijin untuk memutuskan sambungan telepon.

Johan sedang asyik menatap langit senja di ruangannya sambil menikmati segelas kopi hitam. Suara dering ponsel membuatnya tersadar dari lamunannya. Ada panggilan dari nomor tak dikenal

"Hallo." Johan langsung menerima panggilan itu

"Hallo. Johan, ini aku Nini. Aku ingin membicarakan sesuatu. Apa kita bisa bertemu?" Nini langsung mengatakan tujuannya menelepon

" Ya tentu saja. Temui aku di taman kota jam 6 nanti." Johan mengiyakan keinginan Nini, merekakan calon suami istri

Setelah mendengar persetujuan Johan, Nini langsung memutuskan sambungannya

Bersambung....

Terpopuler

Comments

nazaruddin thamrin

nazaruddin thamrin

enak bacanya

2020-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!