Bab 11

Nini pergi meninggalkan kantor dengan matanya yang berair. Dia tidak pernah menyangka kehormatannya harus dijadikan jaminan untuk karirnya.

Dia terus saja menagis,bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Mobilnya masih diperbaiki, dia memilih pulang dengan berjalan kaki sambil menunggu taksi yang akan lewat.

Kakinya terasa lemas, bekas cengkraman Adit masih terasa sakit. Sepanjang jalan Nini berusaha mencari taksi, beterai ponselnya pun sudah habis.

*S*ial.. Sial.. Sial...!!!

*M*obil mogok, kaki sakit,tangan sakit, hp mati, dan yang paling menyebalkan aku ditawari tidur..

"Ahhhhh....!!!" Nini berteriak kesal dengan keadaannya yang sekarang.

Orang-orang yang berada di sekitar Nini merasa bingung. Gadis dengan penampilan terpelajar ini berteriak seperti orang gila.

Tersadar dengan suasananya sekarang, wajah Nini mulai berwarna merah menahan malu. Dia memilih terus berjalan. Tepat pada perempatan lampu merah,Johan melihat Nini sedang menyebrang dengan berjalan sambil menyeret kakinya. Matanya terus memperhatikan, takut kalau salah orang.

"Nini..!!" setelah yakin itu benar Nini

Nini berbalik ke arah suara yang memanggilnya. Dia melihat Johan sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Nini mendekati Johan.

" Kamu kok jalan kaki?" Johan merasa aneh, setahunya Nini memiliki mobil

"Mobilku mogok. Aku tinggalin deh di kantor, lagi nyari taksi tapi gak ketemu ni. Hp aku juga habis baterainya. Apa aku boleh numpang?" tanpa malu-malu lagi Nini langsung meminta bantuan Johan.

"Ahh.. Baiklah ayo masuk." Johan mempersilahkan Nini

"Kamu sudah makan?" Johan kembali bertanya

"Belum sempat. Nanti aja kalau udah sampe kontrakan."

" Jadi kamu masih sempat masak?" meski sedang bicara, Johan tetap fokus pada kemudinya.

"Iya. Tapi cuma mie instan, tiap malam. Heheh" Johan terdiam, menatap sesaat gadis di sebelahnya lalu kembali fokus di jalan

"Mampir makan yuk, aku yang traktir." tawar Johan

"Baiklah. Kebetulan aku udah laper."

*Y*a lah harus kamu yang traktir,aku kan udah gak ada pekerjaan lagi. Jadi harus hemat.

Saat sedang makan Johan melihat wajah Nini tidak bersemangat, ia bahkan harus berulang kali memperingati calon istrinya itu untuk segera makan.

Sejujurnya saat ini Nini tidak lapar, memikirkan nasibnya ke depan. Selesai makan, Johan langsung mengantar Nini.

Setelah Nini masuk ke dalam kontrakannya, barulah Johan meneruskan perjalanannya. Dia kembali memperhatikan cara Nini berjalan.

*A*da apa dengannya.. Apa dia kelelahan?

***

Keesokkan harinya, tepat pukul 7 Nini sudah berada di depan kantornya. Kali ini dia tidak memakai pakaian kerja. Penampilannya terlihat santai dengan kaos biasa berwarna biru, celana jeans dan high heels.

Kaki dan tangannya sudah tidak sakit lagi semalam dikasih minyak oles.

Nini berjalan masuk ke dalam tanpa memperhatikan tempat parkiran. Ternyata di sana sudah ada mobil Adit.

"Syukurlah masih sepi" gumam Nini sambil terus berjalan menuju mantan ruang kerjanya.

Saat hendak masuk ke dalam, Nini terpaku menatap Adit yang sudah menunggunya di sana. Dia menguatkan hatinya untuk mendekati Adit.

"Maafkan saya pak, sudah lancang menampar anda."

" Kamu menyadari kesalahnmu juga?" Adit yang dari tadi menatap sebuah foto di meja langsung mengangkat wajahnya menatap Nini.

" Ya. Dan saya ke sini untuk mengambil semua barang-barang pribadi saya, sekali lagi maaf." tangannya langsung meraih foto keluarganya.

Adit menghentikan gerakan tangan Nini.

" Jangan lakukan kesalahan lagi, kali ini aku memaafkanmu."

mereka masih saling tatap, Nini merasa bingung dengan sikap Adit

*B*ukankah dia terkenal dengan sikapnya yang kejam. Ada apa dengannya?

Apa dia sudah bertobat?

" Maaf pak. Semalam saya sudah bersedia di pecat." Nini baru teringat permintaan bejat Adit.

"Ikuti perintahku, sebelum aku berubah pikiran. Dan tentang permintaanku untuk tidur denganmu, lupakan anggap saja itu tidak pernah terjadi."

Adit melepas tangannya dan berlalu meninggalkan Nini.

*H*emmm.. Memang aku sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Nini terduduk kaku membayangkan perbedaan sikap bosnya tadi dan semalam.

"Apa jangan-jangan dia memang vampir, siang hari terlihat baik dan pada malam hari menjadi pemangsa." Nini merinding sendiri membayangkan.

Adit sudah melajukan mobilnya menuju kantor perusahaan induk.

***

Sebelum berangkat, Johan sarapan bersama ayah dan ibunya.

" Ibu sudah mengatur jadwal pernikahan kalian nak." kata ibu mantap

Membuat Johan berhenti menikmati sarapannya.

"Kapan bu?" tanya Johan

"Minggu depan." jawab ibu dengan sungguh

Dia mengangkat kepalanya menatap ayah lalu ibunya.

"Apa tidak terlalu cepat bu?"

"Lebih cepat lebih baik kan."

"Baiklah bu, tapi Johan minta pernikahannya tertutup saja ya. Gak perlu diketahui orang luar. Cukup kita yang ada di rumah ini saja."

Ayah Johan kaget mendengar permintaan anaknya.

" Hari itu adalah hari bersejarah dalam hidupmu Johan, dan kamu meminta agar orang-orang tidak perlu tahu?"

"Ayah.. Aku tidak ingin menunjukkan pada semua orang. Aku sudah bersedia menikah atas keinginan kalian setidaknya ayah dan ibu juga mengerti dengan keadaanku." wajah Johan mulai terlihat mengeluh.

"Baiklah sayang, kami akan menuruti keinginanmu." ibu akhirnya menyetujui

Sehabis sarapan, Johan pamit pada orangtuanya dan melaju dengan mobil metalic hitamnya.

Sepanjang perjalanan Johan masih saja memikirkan perkataan ibunya tadi.

*Mi*nggu depan aku akan menikah. Hah seperti mimpi rasanya.

Setibanya di kantor seperti biasa Johan akan memberikan senyum hangatnya pada setiap karyawan yang menyapanya.

Di mata mereka Johan adalah tipe pria idaman yang selalu baik di depan umum, meskipun ada banyak beban yang disimpannya.

Saat memasuki ruangan kerjanya, dia melihat Doni sedang membereskan ruangan tersebut.

"Selamat pagi pak Johan." sapa Doni ketika melihat Johan yang sudah berdiri di sampingnya

Johan menepuk bahu sahabatnya lalu menuju meja kerjanya meletakkan tasnya dan duduk.

Lagi-lagi Doni perhatikan tingkah Johan yang kembali menjadi pemurung.

" Ada apa Han? Wajah tampanmu terlihat kusut." Doni mencoba untuk menghibur

Johan memalingkan wajahnya menatap keluar jendela.

" Aku akan menikah Don." suaranya terdengar berat, sambungnya lagi " Minggu depan."

Doni merasa kaget sekaligus bahagia mendengar kabar itu.

"Siapa wanita beruntung itu?" tanya Doni penasaran

" Nini namanya. Pernikahan ini disembuyikan dari siapa pun. Hanya orang rumah yang tahu dan kau sahabatku."

Mendengar perkataan Johan, Doni menjadi bingung

"Kenapa di sembuyikan? Apa wanitanya kurang cantik?" kali ini Doni lebih penasaran

"Bukan itu masalahnya."

"Lantas?"

"Aku tidak mencintainya." Kata Johan lirih

"Nanti lama-lama juga cinta kok, apa lagi kalo wanita cantik.hehehe"

Johan sama sekali tidak terhibur dengan perkataan Doni. Kali ini dia benar-benar terperangkap.

***

15 menit lagi waktunya makan siang, Nini yang tadi pagi sudah mendapat kesempatan kerjanya tidak ingin menyia-nyiakan waktu.

Meski penampilannya sedikit berbeda tapi tidak ada satu pun yang berani menegurnya. Mereka sudah mendapat perintah khusus dari Adit.

Ponselnya berdering panggilan masuk dari ibu Isma.

"Hallo selamat siang bu." Nini menyapa duluan

"Hallo nak. Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya bu Isma

"Bisa bu kebetulan sebentar lagi makan siang." jawab Nini

"Baiklah ibu kirim alamat restorannya lewat chat ya."

"Baiklah bu." sambungan pun terputus

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Puan Harahap

Puan Harahap

he he he dah boom like 11 Thor, he he he lain kali aku mampir lagi

2020-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!