Bab 17

Setelah semua persiapan dilakukan, tiba sudah hari yang tidak dinantikan bagi Nini dan Johan.

Tepat jam 9 nanti, Janji suci pernikahan akan diucapkan keduanya.

Nini sudah selesai dirias oleh para pelayan hampir 2 jam.

Semua keluarga sudah menunggunya di ruang tengah. Ibu Tia juga hadir di sana dia menjadi wali dari Nini.

Para pelayan wanita mengiring langkah Nini menuruni tangga. Semua takjub dengan kecantikkan Nini begitu juga Johan.

Ibu menyenggol lengan Johan perlahan

"Jemput mempelaimu nak." sebuah senyum bahagia tergambar di wajah ibu

"Biarkan saja bu, kan ada para pelayan di sana." Johan berusaha menutupi perasaannya.

Semua rombongan sudah berjalan menuju gereja. Ada 6 mobil yang hari ini terpakir di sana.

Keluarga Johan lengkap semua. Tony bersama keluarga kecilnya juga turut hadir di sana.

" Apa yang telah disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia." sebuah kalimat yang dikatakan Pastor ketika upacara pernikahan. Johan menyimpannya baik-baik dalam batinnya

*I*ni berarti,apa pun yang terjadi. Dia tetap akan menjadi pendampingku bahkan sampai pada kehidupan yang kedua.

Semuanya berjalan lancar, hampir 3 jam upacara suci itu di lakukan. Selesai upacara, Nini tersenyum dengan getir.

Air matanya jatuh terus-menerus.

*S*eandainya hari ini ayah dan ibu juga hadir, mungkin aku sangat bahagia meskipun menikah dengan pria yang tidak aku cintai.

Ayah ibu, maafkan aku yang menikah tanpa sepengetahuan kalian.

Nini masih saja menangis. Ibu Tia yang mengerti dengan perasaannya langsung memeluk dan menepuk bahunya lembut

"Nak, ibu yakin. Kedua orangtuamu pasti bahagia jika tahu kau menikah dengan pria sebaik Johan." suara bu Tia terdengar lembut penuh kasih

Nini menggangguk pelan di barengi dengan isak tangisnya. Johan yang berada di sampingnya mendengar perkataan ibu Tia. Dia juga mengerti dengan apa yang dirasakan Nini saat ini.

Semua yang ada di sana termasuk beberapa pelayan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai tersebut.

6 mobil mewah kembali memasuki halaman luas rumah keluarga Hartono.

Sepanjang perjalanan tadi Nini dan Johan tidak berbicara sepatah kata pun. Supir yang mengendalikan kemudi juga merasa heran dengan tingkah pasangan suami istri yang baru saja menikah itu.

Pintu mobil dibukakan pelayan. Nini turun dengan hati-hati, gaun pengantin yang dihiasi dengan berlian itu terasa berat.

Johan memberikan lengannya untuk digandeng Nini. Keduanya berjalan masuk beriringan, tangan Nini yang sebelah memegang gaun pengantinnya. Ketika para pelayan hendak membantu, Nini menolaknya.

"Biarkan saja mereka membantu, sekarang kau juga majikan mereka." kata Johan sambil sedikit melirik pada Nini.

"Tidak usah. Aku masih bisa sendiri." Nini berusaha senyum semanis mungkin.

Semua yang ada di sana merasa senang dan bahagia. Apa lagi ibu yang dari tadi terus saja senyum.

"Setelah ini,kita makan siang bersama ya." tawar ibu pada Nini dan Johan.

"Baiklah bu." jawab Johan

Keduanya sudah berjalan menaiki tangga menuju kamar pengantin.

" Wow.." Nini begitu kagum ketika pintu kamar dibukakan.

Kamar Johan diubah menjadi kamar pengantin yang sangat indah.

Banyak bunga mawar merah dan putih.

Ada huruf bertuliskan J & N di dinding kamar tepat di atas tempat tidur.

Ada banyak lilin aroma terapi yang disusun di atas meja di sudut kamar dekat jendela.

Sepasang boneka beruang pengantin berwarna putih disimpan di atas tempat tidur.

Wanginya membuat Nini merasa lebih tenang.

Johan yang melihat sikap Nini begitu noraknya membuat dia menahan tawa sendiri.

"Kamu belum pernah ya liat tempat kayak gini?." tanya Johan dengan nada mengejek

"Udah kok. Tapi cuma di internet, kalau langsung belum pernah. Nalah ini berasa kayak mimpi." jawab Nini polos

"Pantas saja. Haha." Johan melepas tawa yang tadi ditahannya.

Nini mencibirkan bibirnya dengan kesal.

"Ayo buka gaunmu." kata Johan sambil melepas jas dan melonggarkan dasinya.

"Ehh jangan. Kita lagi ditunggu orang-orang ya buat makan siang."

"Memang kamu berpikir tentang apa sekarang?" Johan mengerutkan dahinya.

Sekali lagi dia tertawa.

" Hahaha.. Astaga. Apa kau pikir aku akan menyentuhmu?" dia mendekatkan wajahnya pada Nini

"A.. Aku hanya.." belum sempat Nini menjelaskan Johan sudah memotong pembicaraannya

"Dasar mesum. Cepat ganti pakaianmu." Johan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah berganti pakaiannya dengan yang lebih santai, Johan keluar dari kamar mandi dan melihat Nini masih duduk termangu di ranjang.

"Kau belum juga berganti pakaian??" tanya Johan dengan nada kesal.

"Aku kesusahan membukanya. Aku butuh bantuan." wajah Nini sedikit memelas

"Sini aku bantu." Johan menarik kasar tubuh Nini.

"Bisa halusan dikit gak?" Nini sudah membelakangi Johan.

"Makanya pake otak dong. Apa kamu gak bisa manggil pelayan wanita untuk membantu?" Johan melepas kancing tarik pada gaun pengantin itu.

"Susah banget ni. Kamu gendut banget." Johan agak kesusahan membuka kancing itu

"Hei.!!!" Nini membalikkan tubuhnya menghadap Johan " Aku gak gendut ya. Kamu aja yang gak bisa buka." wajah Nini cemberut

"Ahh udah deh. Kamu makannya pake ini aja. Males mau berdebat." Johan melambaikan tangannya kesal.

"Yahhh nanggung ni. Bantuin dong, ini berat loh. Masa iya aku harus turun dengan gaun ini lagi?" tanya Nini cemberut

"Makanya jadi cewe tu jangan bikin kesel. dari tadi protes aja. Sini!!" Johan kembali membalikkan tubuh Nini dan membuka kancing tersebut

Saat melihat lekukan tubuh Nini dari belakang, Johan menelan ludahnya.

Mulus dan seksi banget ni. Heheh

"Udah. Kamu duluan sana nanti aku nyusul." Suara Nini membuat Johan tersadar dari lamunannya

"Apa gak sekalian bukain ni?" tanya Johan dengan sedikit jail.

"Gak usah. Aku bisa sendiri."

"Hahaha.. Ya deh aku duluan." Johan melambaikan tangannya sambil berlalu

"Tadi katanya otak aku yang mesum. Tau-taunya dia yang lebih parah. Hmmm"

Nini sudah selesai. Dia memakai pakaian yang disiapkan pelayan di atas sofa kamar.

Sampai ruang makan, semua sudah duduk pada posisi mereka masing-masing. Nini memilih duduk di samping bu Tia, tetapi bu Tia dan bu Isma memintanya duduk di samping Johan.

Mereka menikmati makan siang dengan sangat bahagia. Tapi tidak bagi Johan dan Nini.

Setelah selesai makan, ibu Tia pun berpamitan pulang.

Nini dan ibu Isma mengantarnya sampai di depan mobil. Sebelum masuk, ibu Tia memeluk erat Nini

" Berbahagialah nak. Seringlah berkunjung ke panti dengan mertuamu. Kami akan merasa sangat bahagia mendapat kunjungan dari 2 malaikat seperti kalian." kata bu Tia tulus.

"Jangan berlebihan sampai harus bilang malaikat segala bu Tia. Kami pasti akan mengunjungi panti itu bersama." Ibu Isma pun memeluk bu Tia dengan hangat

" Terima kasih bu Isma. Saya pamit ya. Nini, sekali lagi selamat berbahgia." ibu Tia pun masuk ke dalam mobil itu dan diantar oleh pelayan keluarga Hartono.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

nazaruddin thamrin

nazaruddin thamrin

suka ceritanya

2020-11-01

0

Lin

Lin

😍😍

2020-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!