"Stt... Diam," bisik seseorang yang membekap Arnold.
Arnold hanya menganggukkan kepalanya mengerti walaupun ia sendiri tidak mengenal siapa yang membekapnya kini. Ia hanya berharap dalam hatinya kalau yang membekapnya ini adalah orang baik. Arnold hanya menurut sambil terus menatap kearah depan tanpa berani menengok kebelakang.
Namun ia meyakini kalau orang yang membekapnya ini adalah seorang siswa juga. Mungkin kakak tingkatnya karena dari tangannya yang lebih besar dan sepatu yang digunakan juga ukurannya berbeda. Walaupun begitu, Arnold akan mengucapkan terimakasih jika orang ini berhasil menyelamatkan dirinya.
"Disini tak ada celah untuk orang bersembunyi. Sepertinya dia sudah kabur," seru salah satu orang yang tengah mencari keberadaan Arnold.
"Iya, ah kalian lelet sih. Harusnya tadi langsung bisa berpikir kalau itu bukan suara kucing," kesal rekannya yang lain malah saling menyalahkan.
Tidak ada lagi percakapan diantara orang-orang itu bahkan hanya ada suara langkah kaki yang perlahan menjauh. Diam-diam Arnold menghela nafasnya lega karena merasa orang-orang yang tengah mengincarnya itu telah pergi. Bahkan seorang laki-laki yang membekap mulutnya itu juga langsung melepaskan bekapannya.
"Jangan ceroboh untuk menghadapi orang-orang licik seperti itu. Para oknum itu ingin melengserkan jajaran pengurus sekolah dengan membuat beberapa kasus seperti yang saat ini terjadi. Apalagi yang diajak kerjasama itu murid-murid yang haus pujian," ucap seorang siswa laki-laki yang ada dihadapan Arnold.
Arnold kini menatap seorang bocah laki-laki yang sepertinya kakak tingkatnya yang kini sudah menginjak kelas 6. Hal ini terlihat dari tanda yang ada pada saku seragamnya berwarna biru. Ini menandakan kalau dia merupakan siswa kelas 6 yang kemungkinan kenal dengan kedua kakaknya.
"Terimakasih sudah membantuku, kak." ucap Arnold dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Abel adalah sahabatku, jadi aku juga harus mengungkap siapa dalang sebenarnya dari kejadian ini. Sekarang, ikuti aku!" ucapnya dengan tegas.
Walaupun Arnold belum berkenalan atau mengenal lebih dekat, namun dalam hatinya ia begitu yakin kalau orang yang mengaku sahabat kakaknya ini adalah anak yang baik. Arnold menganggukkan kepalanya kemudian berjalan pelan mengikuti arahan dari kakak tingkatnya ini.
Pasalnya selama ini dia belum pernah melewati jalan ini. Bahkan jalannya pun belum rata, masih bebatuan yang membuatnya harus hati-hati. Apalagi kini mereka melewati kebun pisang yang banyak sampahnya membuat Arnold langsung menutup hidungnya. Sepertinya Arnold sedikit menyesal mengikuti arahan dari kakak tingkatnya ini.
"Kenapa lewat sini?" tanya Arnold dengan bingung.
"Memangnya kamu mau ditangkap orang-orang itu? Kalau loe pengen selamat, lebih baik diam!" ucapnya dengan nada datarnya.
Akhirnya Arnold lebih memilih diam agar orang didepannya ini tak semakin kesal. Apalagi dia telah diselamatkan olehnya membuat ia juga sungkan kalau tiba-tiba ingin kabur. Tak berapa lama berjalan, mereka mendekat kearah sebuah rumah gubuk dengan dinding anyaman bambu.
"Kita tidak bisa kembali ke kelas sekarang. Bisa-bisa mereka curiga kalau yang tadi membohonginya itu adalah kamu. Kita istirahat saja disini sampai bel pulang. Tenang saja, ini rumahku. Takkan ada yang memarahinya jika kita disini," ucap siswa laki-laki itu.
Sepertinya siswa laki-laki yang bernama Gema Aldio atau biasa dipanggil Gema ini tahu akan keraguan yang terlihat pada ajah Arnold. Sehingga ia berinisiatif menjelaskannya walaupun Arnold tak memintanya. Lagi pula rumahnya mungkin juga tak sebagus gedung-gedung yang ada disini sehingga orang kaya seperti Arnold ini takkan mau berteduh disini.
Arnold segera saja masuk mengikuti Gema kemudian duduk diatas tikar. Bahkan Gema juga langsung menyediakan air putih untuk Arnold yang mungkin tengah kehausan. Arnold segera saja meminum segelas air putih yang diserahkan padanya itu dengan cepat.
Glek... Glek... Glek...
"Pelan-pelan saja, air putihnya masih banyak. Tinggal masak aja kalau habis," ucap Gema sambil terkekeh pelan.
Arnold hanya tersenyum malu melihat tingkahnya yang ketahuan oleh Gema. Setelah menghabiskan air minum itu, ruangan itu dilanda keheningan. Keduanya sama sekali tak membuka suara karena bingung akan membahas apa. Lagi pula teka-teki mengenai penyebab terjadinya kejadian pembullyan Abel ini sudah terjawab dari penjelasan Gema.
***
Alan kini tengah duduk didepan kelasnya sambil menunggu kedatangan sopir yang akan menjemputnya. Bel pulang sekolah memang telah berbunyi 10 menit yang lalu, bahkan Cia yang notabene sahabatnya sudah dijemput. Tadinya sopir Cia dan saudara kakeknya menawarinya untuk pulang bersama namun dirinya menolak.
"Iidak ucah, akek. Agi bula cebental lagi copi uga atan cegela atang kok. Anti malah dikila Alan ilang agi talo ulang buluan," ucap Alan memberi alasan sambil terkekeh pelan.
Padahal ia belum tahu sopirnya itu sekarang berada dimana. Lagi pula ia juga malas untuk pulang ke rumah karena pasti akan kesepian. Terlebih kedua saudaranya masih berada di sekolah karena hari ini mereka tidak ke rumah sakit. Alan memainkan kedua kakinya karena bosan, tidak ada yang mengajaknya berbicara.
Disana hanya ada beberapa guru yang mengawasi siswa yang belum dijemput. Alan yang tak terlalu akrab dengan siswa lain pun lebih memilih menyendiri dibawah pohon. Sedangkan guru-guru merasa sungkan dengan Alan yang memang sangat sulit didekati.
"Lama mamat cih. Alan tan tapek unggu anpa kepatian cepelti ini," kesalnya saat melihat sopir keluarganya berlari mendekat kearahnya.
"Maaf tuan kecil, tadi ada panggilan alam yang tidak bisa dihindari." jawab sopir keluarganya sambil tertawa.
Alan langsung saja berdiri kemudian pergi meninggalkan sopir keluarganya yang masih tertawa. Sedangkan sang sopir langsung buru-buru menghentikan tawanya kemudian berlari mengejar majikannya itu. Bahkan kini Alan sudah duduk manis dikursi samping kemudi.
"Kita langsung pulang atau mau nunggu di sekolah den Arnold dan Anara?" tanya sopir itu sambil mengemudikan mobilnya.
"Ke sekolah abang dan kakak saja. Disana pasti ada petualangan yang menarik," ucap Alan sambil tersenyum misterius.
Seharian ini dirinya sudah tidak begitu mood menjalani harinya. Namun ia merasakan kalau di sekolah kedua kakaknya nanti akan ada petualangan seru yang bisa ia lakukan. Tentu hal ini bisa mengembalikan semangat dan moodnya yang sudah hancur berantakan.
Sedangkan sang sopir yang melihat hal itu hanya bisa melihat dengan tatapan yang aneh. Pasalnya senyum yang terlihat itu penuh dengan misteri dan teka-teki. Sepertinya saat sampai disana nanti, tugasnya akan bertambah yaitu dengan mengawasi gerak-gerik anak dari majikannya itu. Ia merasa akan ada sesuatu yang membuatnya mengelus dada nantinya.
"Abang, kakak... Kita akan menyelesaikan semua masalah ini bersama. Kita pasti bisa!" gumamnya pelan sambil menatap jalanan kota yang ramai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Nora♡~
Semangat... terus thor... Syukur Alhamdulillah... ternyata Abang Gema..itu kawan Abel... yang menyelamatkan Arnold... dia pun berhasrat... menyesat dan menyelidiki... musibha yang menimpah kak Abel... semoga dengan bantuan Gema Arnold dapat... mengungkap mereka yang terlibat... dan menghukum mereka yang terlibat... lanjuutt...
2023-07-06
1