"Cana pate antot ja ke cekolahna, tatana ndak mawu balengan Kak Bel." ucap Alan dengan galaknya saat Anara sudah mendekat kearah mobil.
Alan dan Abel yang memang sudah berada didalam mobil pun terlihat memandang kearah Anara dan Nadia yang baru saja datang. Nadia mengerti dan paham atas kejutekan anak bungsunya itu pada Anara. Ia sebenarnya juga tak membenarkan sikap Anara, namun kalau gadis itu tak ditenangkan sudah pasti akan menjadi-jadi.
Nadia tak mau jika nanti masalahnya bertambah panjang sehingga akan merusak hubungan persaudaraan keempatnya. Apalagi sifat Anara yang berbanding terbalik dengan ketiga saudaranya itu harus diberi pengertian lebih. Nadia dan Andre mempunyai tugas untuk mengarahkan semua anaknya ke hal yang positif.
"Alan, kan di rumah ada mobil masa kakaknya suruh pakai angkot sih. Ayo kita baikan, nggak baik pagi-pagi diawali saling marah-marahan seperti ini," ucap Nadia dengan lembut.
"Ya udah cana tuh culuh dia pate obil laen. Cuka kecel Alan talo liyat dia, engen lacana Alan uyek." ucap Alan dengan ketus.
Nadia hanya bisa menghela nafasnya kasar mendengar ucapan anaknya itu. Alan yang memang sifatnya keras seperti Andre akan susah kau dinasihati kecuali Arnold yang memberi teguran. Apalagi bocah kecil itu mempunyai sumbu pendek, cepat emosian kalau saudaranya ngeyel.
Abel dan Anara hanya terdiam mendengar perdebatan antara Alan dengan bundanya. Abel yang khawatir karena nantinya malah bisa menimbulkan keributan dengan Anara, sedangkan kembarannya itu tak mau berbicara karena sedang malas.
"Jangan begitu, nak. Saudara itu harus saling berbagi dan akur. Nggak boleh memusuhi saudaranya sendiri, nanti dimarahi Allah lho" ucap Nadia menasihati dengan lembut.
"Tuh engal, anti dimalahi Allah. Ndak mawu belbagi dan akul cecama codala. Engal itu..." seru Alan sambil matanya melotot kearah Anara.
Niat hati Nadia ingin menasihati Alan namun bocah kecil itu membalikkan nasihatnya untuk Anara. Kepintaran Alan dalam membolak-balikkan keadaan memang sangatlah pintar. Bahkan kini Anara sudah tak dapat berkutik lagi. Ia hanya diam mematung sambil menggenggam erat telapak tangan bundanya.
"Udah yuk, masuk mobil. Bentar lagi papa dan abang pasti keluar." ucap Nadia menyudahi perdebatan ini.
Kalau ia tak melerainya, sudah pasti akan keluar ucapan pedas dari mulut Alan. Ia tak mau kalau sampai ada keributan dan malah saling menyinggung satu sama lain. Ia akan berusaha mencari tahu apa permasalahannya yang terjadi. Terlebih yang membuat Anara sampai tak suka dengan kehadiran Abel yang dulu sangat disayangnya.
Sebenarnya kejadian Anara tak suka dengan kehadiran Abel ini baru berlangsung setahun terakhir. Bahkan Andre baru menyadari sifat Anara yang lebih mirip ke mantan istrinya juga baru belakangan ini. Lebih tepatnya semenjak keduanya dipisah kelas setelah kenaikan sekolah. Ia akan menyelidiki di sekolahnya nanti yang siapa tahu memang berasal dari sana.
Tak berapa lama menunggu didalam mobil, Andre dan Arnold datang dengan raut wajah datarnya. Mereka berdua masuk mobil kemudian Andre menjalankan kendaraannya dengan kecepatan sedang.
"Abang, papa... Tuh muta tok datal anget, cenyum napa. Tayak Alan nih, awali hali engan cenyuman." seru Alan.
Alan yang cerewet seperti Mama Anisa dan Nadia itu pun sama sekali tak bisa melihat keadaan disekitarnya hening saja. Bahkan wajah Arnold dan Andre yang datang dengan raut datarnya saja dikomentari oleh Alan. Kini Alan sudah menunjukkan senyum lebarnya dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya yang bolong satu ditengahnya.
"Nggak usah senyum biar gigimu yang ompong itu nggak kelihatan." ledek Arnold sambil menjulurkan lidahnya kearah sang adik.
"Justlu... Engan didi pompong ini, kedantenganku temakin mempecona." ucap Alan dengan begitu percaya dirinya.
Arnold menatap aneh adik bungsungnya yang kelewat percaya diri itu. Sedangkan Nadia dan Andre sudah terkekeh geli melihat wajah Arnold yang sudah seperti ingin mencakar Alan. Namun keduanya beruntung karena setidaknya pagi ini ada hiburan dan tidak terpaku pada masalah yang baru saja terjadi.
***
"Anara, Abel... Anak bunda dan papa yang cantik, tolong yang akur ya. Di sekolah saling menjaga dan menolong kalau memang saudaranya kesusahan. Jangan sampai permasalahan keluarga seperti ini kalian umbar-umbar di sekolah. Kalian anak hebat kami dan semuanya akan selalu sayang sama Anara juga Abel. I love you, nak." ucap Nadia setelah mereka sampai didepan sekolah.
Nadia mencium kening mereka berdua secara bergantian begitu juga dengan Andre. Bahkan Andre terus menciumi pipi kedua anaknya itu hingga mereka malah tertawa geli. Andre langsung mengaitkan kedua tangan anaknya untuk saling bergandengan tangan ketika masuk sekolah.
Anara dan Abel langsung pergi berlalu dengan bergandengan tangan masuk sekolah setelah berpamitan pada kedua orangtuanya. Andre dan Nadia yang melihat itu begitu bahagia melihat kedekatan keduanya walaupun sebentar lagi pasti akan berbeda. Arnold juga ada disana kemudian memeluk kedua orangtuanya.
"Abang juga pamit ya bunda, papa." ucap Arnold sambil tersenyun.
Setelah memberikan beberapa wejangan kepada Arnold dan bocah itu masuk dalam area sekolahnya, segera saja Andre dan Nadia kembali masuk kedalam mobil. Disana sudah ada Alan yang mengerucutkan bibirnya karena menunggu terlalu lama acara pamitan itu. Mereka tak jadi menjemput Ega karena tadi ayahnya bilang kalau bocah kecil itu akan diantar oleh dirinya saja.
"Lama mamat." kesal Alan.
"Biar kaya pamitan anak-anak di sinetron gitu, masa gitu aja nggak tahu," ucap Andre dengan terkekeh pelan sambil menjalankan mobilnya.
Alan tak menggubris ucapan dari papanya itu dengan memilih melihat jalanan kota yang sangat ramai akan pengendara sepeda motor dan mobil. Alan yang melihat ada rombongan anak-anak berseragam sekolah yang mengayuh sepeda pun langsung menatap berbinar.
"Unda, beli cepeda dong. Bial Alan bica blangkat cekolah cendili. Alan malas lho ini talo tiap hali blangkat cekolah celalu diantal aling akhil," ucap Alan protes.
Alan juga ingin datang sekolah lebih awal dibandingkan temannya yang lain. Sedangkan itu hal mustahil karena pasti keluarganya lebih memilih mengantar ketiga kakaknya dulu. Hal ini karena jam masuk sekolah ketiga saudaranya itu lebih awal dibandingkan dengan dia.
"Enggak, sekolah kamu itu jauh dari rumah mana lewati jalan raya lagi," ucap Nadia menolak permintaan dari anaknya.
"Ish... Bunda nggak acik. Tan bica lewat pinggil tayak itu," protes Alan sambil menunjuk ke rombongan siswa yang bersepeda itu.
"Besok kalau Alan sudah besar baru papa belikan motor atau mobil buat kemana-mana. Kalau sekarang, enggak dulu ya soalnya jarak antara sekolah dan rumah jauh." ucap Andre memberi pengertian.
Alan mengerucutkan bibirnya kesal karena permintaannya tak dituruti oleh kedua orangtuanya. Mobil terus melaju hingga 10 menit kemudian, kendaraan itu berhenti didepan sekolah Alan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Nora Indrawati
ada aja jawabannya yang bikin ngakak 😂😂🤣
2023-10-11
0
Nora Indrawati
gak tahu aja si Alan kalo bapak sama abgnya lagi nahan esmosi di jiwa mereka msing2 gara2 kelakuan anak dan KK nya 🤭
2023-10-11
0
Nora Indrawati
kalo Alan udah ngomong, orang tua dan kk2nya pada kalah 🤭
2023-10-11
0