Arnold terdiam ditempatnya, bahkan tubuhnya hanya bisa berdiri menegang dan membeku. Ada seseorang yang menepuk bahunya membuatnya was-was karena mungkin saja orang itu merupakan salah satu dari beberapa oknum yang mencelakai kakaknya. Arnold tidak berani menghadap kearah belakang tubuhnya.
"Adek ngapain disini?" bisik seorang gadis dari belakang tubuhnya.
Mendengar suara seseorang yang dikenalnya, sontak saja membuat Arnold sedikit menghela nafasnya lega. Arnold langsung membalikkan badannya dan melihat kakaknya ada dihadapannya. Yang ada dihadapannya dan menepuk bahu Arnold tadi adalah Anara.
Arnold segera saja menarik tangan Anara untuk pergi dari area halaman belakang sekolah. Arnold tak ingin kalau sampai mereka nanti malah diketahui oleh seseorang yang menjadi dalang kasus pembullyan kakaknya. Sesampainya didekat lorong gudang, mereka berhenti dan mengawasi sekitar.
"Segeralah kembali ke kelas. Kita akan bicarakan masalah ini nanti di rumah," ucap Arnold dengan pelan sambil menatap mata kakaknya.
Anara menganggukkan kepalanya mengerti kemudian segera berjalan cepat menuju kelasnya. Tadi Anara memang berniat menghibur dirinya ke halaman belakang sekolah, namun sebelum sampai malah sudah melihat adanya Arnold. Ia datang dari pintu belakang yang jarang dilewati membuat Arnold tak mengetahuinya.
Arnold sedikit bernafas lega melihat kakaknya sudah memasuki kelasnya. Beruntung kelas Anara hanya tinggal lurus saja sehingga ia bisa melihat kalau kakaknya sudah memasuki ruang kelasnya. Arnold pun memutuskan untuk pergi ke kantin karena sudah terlalu lama ijin keluar kelas.
Saat dirinya berjalan santai dan berbelok melewati gudang belakang, Arnold mendengar suara beberapa orang yang tengah berbincang. Awalnya ia tak ingin mengupingnya, namun saat mendengar ada yang menyebut nama Abel dan Anara, segera saja ia berhenti. Ia lebih memilih untuk mencuri dengar agar siapa tahu bisa mendapatkan petunjuk lagi.
"Apa kita akan lakukan ini sama si kembarannya itu? Siapa namanya? Oh ya... Anara," ucap seorang laki-laki dari suaranya.
"Jangan dari jarak berdekatan. Bisa-bisa semua curiga kalau ini memang sudah direncanakan," ucap yang lainnya.
"Sebenarnya kita tak perlu juga untuk membuat si Anara itu celaka. Toh dia itu lemah, yang harus kita waspadai itu adiknya yang juga sekolah disini. Itu yang laki-laki," ucapnya.
Arnold yang mendengar percakapan itu tentunya hanya bisa geleng-geleng kepala. Beruntung tadi ia sempat membawa ponsel miliknya yang dibawakan oleh Mbok Imah dari rumah. Ia bisa menggunakan ponselnya itu untuk merekam semua percakapan itu. Walaupun sebenarnya niat awal ia membawa ponsel itu untuk mengambil gambar kejadian kakaknya kemarin.
"Iya, kayanya dia pemberani dan lebih mengancam posisi kita," timpal yang lainnya.
Tak ada lagi percakapan yang terdengar membuat Arnold harus segera pergi dari dekat gudang itu. Arnold berjalan pelan dan hati-hati karena khawatir akan ada yang mencurigainya. Apalagi disini sangat sepi jadi tidak mungkin kalau ada suara-suara lain.
Brugh...
Sebuah tempat sampah tak sengaja tersenggol badan Arnold membuat bebda itu terjatuh. Sontak saja orang yang ada didalam gudang itu terdengar begitu ribut hingga beberapa langkah kaki mulai berjalan cepat menuju pintu gudang. Arnold segera berlari cepat dengan berjinjit agar suara langkah dari sepatunya tidak terdengar.
Bahkan kini Arnold langsung bersembunyi dibalik tembok dekat dengan kamar mandi yang sudah lama tidak digunakan. Jantung Arnold berdetak begitu kencangnya karena baru kali ini ia melewati kejadian menegangkan tanpa didampingi oleh keluarganya.
"Kayanya nggak ada siapa-siapa disini? Apa mungkin ini tempat sampah jatuh karena tiupan angin yang kencang?" tanya salah satu orang disana.
"Angin segede apa coba yang bisa buat benda ini jatuh? Lihat ini tempat sampahnya aja penuh sampah dan berat," kesal yang lainnya atas alasan yang tak masuk akal.
Memang tempat sampah yang terjatuh itu penuh isinya jadi tidak mungkin kalau gara-gara angin bisa membuatnya terjatuh. Arnold melihat kalau disana ada beberapa oknum guru dan siswa laki-laki yang artinya pembullyan kakaknya itu merupakan komplotan.
Mulai saat ini, ia harus berhati-hati pasalnya mereka juga menargetkan dirinya. Ia juga harus mencari bantuan dari orang dewasa agar bisa melindunginya. Terlebih ia harus melawan orang-orang yang secara fisik lebih besar darinya.
"Kalau sampai ada orang yang mendengar percakapan kita, bisa gawat," ucap salah satunya dengan nada panik.
Arnold yang mendengar hal itu segera saja memutar otak dan melihat sekelilingnya. Arnold melihat ada salah satu hewan yang ada didekat gudang kemudian sedikit mendorongnya agar berjalan kearah pintu gudang.
Meong... Meong...
Semua yang ada disana seketika menghela nafas lega karena kemungkinan besar yang menyenggol tempat sampah ini adalah kucing. Mereka juga melihat hewan itu melompat-lompat didekat kaki semuanya. Mereka pun akhirnya melenggang pergi dari gudang itu setelah tahu kalau tidak ada sesuatu yang mencurigakan disana.
Arnold terkikik geli ditempat persembunyiaannya disaat mereka semua telah pergi. Ia tak menyangka kalau mereka semua sangat mudah dibodohi dengan hal seperti ini. Pasalnya hewan yang lewat itu bukan kucing, namun kelinci. Dan suara kucing itu berasal dari Arnold sendiri.
"Kenapa mereka sangat bodoh sekali? Mana ada suara kelinci jadi meong," gumamnya sambil tertawa kecil.
Arnold sedikit menghela nafasnya lega karena dirinya tidak ketahuan, ternyata lawannya tidak sepintar dia. Arnold pun berniat untuk segera pergi dari sana karena khawatir kalau sampai ada yang datang kembali. Sepertinya dia sudah cukup untuk uji keberaniannya hari ini.
Tap... Tap... Tap...
Saat Arnold akan pergi, ternyata terdengar suara langkah berlari menuju kearah gudang. Tentunya Arnold yang sudah siap akan pergi langsung saja kembali bersembunyi. Sepertinya mereka sudah sadar kalau tengah dibodohi seseorang sehingga kembali ke gudang.
"Sialan... Siapa yang berani-beraninya mengerjai kita?" seru salah seorang oknum guru.
"Hei... Keluar kau. Aku tahu kau masih ada disini dan bersembunyi. Dasar pengecut..." serunya.
"Kalau ketemu tuh orang, bakalan gue bakal jadikan geprek." kesalnya.
Mereka semua bahkan langsung mencoba melihat kearah sekitar untuk mencari seseorang yang mengerjainya. Tentunya Arnold kini ketakutan, apalagi tadi sempat melihat kalau mereka tengah berjalan kearah tempatnya bersembunyi. Arnold membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara apapun.
"Ya Allah... Selamatkan Arnold," gumamnya tanpa suara.
Bahkan kini matanya sudah berkaca-kaca karena rasa takut yang berlebihan. Dia hanyalah seorang anak kecil yang masih butuh perlindungan untuk mengadapi situasi berbahaya seperti ini. Ia takut kalau sampai dia ketahuan oleh orang-orang jahat itu kemudian terluka hingga membuat bundanya khawatir juga kerepotan.
Saat dalam keadaan tegang seperti ini, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tubuh Arnold dan membekap mulutnya. Mata Arnold membulat sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat karena takut dilukai oleh orang ini.
Emm.... Emm... Emm...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Nora Indrawati
semoga Arnold baik2 saja...
kayaknya mungkin mereka2 ini ada dendam sama keluarga Arnold
2023-10-11
0
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
jadi ikut tegang dag dig dug
2023-09-04
0
Kak Yuniah
konfliknya terlalu berat untuk ank2 Thor kasian mereka pernah trauma,,jgn bikin Kya gini
2023-07-06
0