Kejadian Tak Terduga 2

Andre dan Nadia kembali ke rumahnya setelah mengantarkan Alan. Berat hati keduanya meninggalkan Alan di sekolah itu tanpa didampingi olehnya namun bocah kecil itu akan marah kalau sampai keinginannya tak dituruti. Tentunya sebagai seorang ibu, ia bangga pada anaknya yang berani namun tetap ada disisi sedihnya juga.

Dalam perjalanan menuju rumah, keduanya sama sekali tidak saling berbicara. Mereka fokus dengan pikirannya masing-masing. Andre yang sedang memikirkan beberapa pekerjaannya dan Nadia yang perasaannya selalu tertuju pada anak-anaknya.

Tring... Tring... Tring...

Bunyi ponsel berdering membuat Nadia dan Andre langsung saja mengalihkan pandangannya. Keduanya saling pandang kemudian melihat kearah ponsel Andre yang berbunyi. Andre segera menepikan mobilnya, kemudian segera mengangkat ponselnya.

"Ada apa?" tanya Nadia saat melihat suaminya terlihat panik setelah mengangkat panggilan dari seseorang.

"Papa sama mama kecelakaan. Ayo kita ke rumah sakit." jawab Andre dengan raut paniknya.

Sontak saja Nadia juga ikut panik karena mertuanya mengalami kecelakaan. Padahal tadi mertuanya itu sama sekali tak berniat untuk pergi namun sekarang malah mendapatkan kabar tidak baik seperti ini. Andre segera mengemudikan kembali mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk menuju ke rumah sakit.

"Hubungi Mbok Imah, suruh sopir untuk jemput anak-anak nanti sepulang sekolah. Kalau mau ambil uang buat jajan, suruh pakai ATM yang ada di kamar Abel. Bilang juga kalau kita lagi ngurus tentang mama dan papa yang kecelakaan," titah Andre pada istrinya.

Nadia menganggukkan kepalanya kemudian segera menghubungi Mbok Imah, ART di rumahnya. Keduanya sama-sama panik, bahkan setelah menghubungi orang rumah mereka malah meninggalkan ponselnya didalam mobil.

***

Mbok Imah sendiri kini kebingungan karena majikannya malah tak bisa dihubungi lagi setelah tadi pagi menghubunginya. Ia sudah meminta sopir untuk menjemput keempat anak majikannya. Sesaat setelah sopir keluarga pergi untuk menjemput, tiba-tiba saja datang guru dari Abel, Anara, dan Arnold.

"Selamat siang, bu. Saya guru dari Abel, Anara, dan Arnold," ucapnya memperkenalkan diri.

"Ada apa ya, pak? Bukannya Abel, Anara, dan Arnold masih ada di sekolah. Ini baru saja tadi sopirnya pergi buat jemput mereka," ucap Mbok Imah dengan raut wajah bingungnya.

Tentu Mbok Imah bingung dengan kehadiran guru mereka. Kalaupun mereka nakal, seharusnya dibawa pulang sekalian dan ketiganya sudah ada disini. Namun tidak ada, bahkan raut wajahnya kini terlihat sedikit khawatir.

"Abel mengalami kecelakaan dan sekarang sedang ada di rumah sakit," ucap guru itu.

Sontak saja Mbok Imah terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa. Segera ia menghubungi kedua majikannya berulangkali namun tak diangkat sama sekali. Akhirnya Mbok Imah langsung memutuskan untuk membawakan mereka pakaian ganti dan perlengkapan lainnya.

"Saya nanti akan memberitahu pada orangtuanya mengenai kejadian ini. Saya tidak bisa ikut kesana dan meminta sopir atau satpam nanti yang menemani disana. Disini harus ada yang menjaga rumahnya karena khawatirnya malah selipan. Ini sopir juga belum bisa saya hubungi," ucap Mbok Imah.

Akhirnya guru itu segera pergi dari rumah keluarga Farda dengan rasa yang sedikit sedih. Tentunya para pekerja yang ada disini mempunyai keluarga yang sedang menunggu di rumahnya. Terutama Mbok Imah yang memang suaminya sedang sakit dan harus pulang tiap dua jam untuk memeriksa keadaannya.

Sedangkan disini yang belum menikah hanya sopir keluarga Farda saja. Ketika nanti bisa dihubungi, Mbok Imah akan menyuruhnya agar bisa segera menyusul ke rumah sakit untuk menemani anak-anak majikannya.

***

"Lebih baik Arnold mandi dulu sana. Jangan lupa untuk makan sekalian," ucap Anara memberi perintah.

Arnold hanya menganggukkan kepalanya mengerti kemudian beranjak dari duduknya. Namun saat Arnold akan pergi, tiba-tiba saja pintu ruang IGD terbuka membuat bocah kecil itu mengurungkan niatnya. Dokter dan perawat yang keluar dari ruangan itu tersenyum melihat ketiga bocah kecil yang ada dihadapannya ini.

"Orangtua kalian dimana?" tanya dokter itu dengan lembut.

Ketiganya menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu membuat dokter itu kebingungan. Sedangkan perawat yang paham langsung saja membisikkan sesuatu pada telinga dokter itu. Dokter itu menganggukkan kepalanya kemudian menatap ketiga bocah kecil yang menatapnya begitu penasaran.

"Nanti kalau orangtuanya sudah datang, bilang suruh ke ruangan dokter ya," ucap dokter itu.

"Napa ndak nomong cama tita caja? Tita tan uga kelualgana," ucap Alan tiba-tiba.

"Ini urusan orang dewasa, nak" ucap dokter itu.

Alan hanya menghela nafasnya kasar mendengar ucapan dari dokter itu. Padahal dia juga ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi kepada kakaknya itu. Arnold langsung merangkul bahu adiknya itu agar tak marah-marah kepada dokter itu.

"Arnold, Anara, Alan..." seru seorang laki-laki dewasa yang membuat semua orang langsung mengalihkan pandangannya.

Ternyata yang datang adalah Papa Nilam, ayah dari sahabat Arnold. Tadi ia mendapatkan kabar dari Nilam kalau Arnold pergi ke rumah sakit mengantar Abel. Bahkan di sekolah sudah banyak berita tersebar mengenai kasus kecelakaan yang menimpa Abel. Nilam dengan inisiatifnya langsung bertanya pada guru tentang dimana rumah sakit yang dituju oleh Arnold.

Tentunya setelah mendapatkan informasi itu, Nilam segera memberitahu papanya agar menyusul. Namun Papa Nilam segera menolak anaknya itu ikut karena harus menemani kakaknya di rumah. Ia sudah menghubungi Andre namun tak diangkat sehingga dia memilih pergi kesana untuk memastikan.

"Ada apa dengan Abel?" tanya Papa Nilam kepada ketiga bocah kecil itu dan dijawab gelengan kepala oleh mereka.

"Maaf... Anda siapanya pasien?" tanya dokter yang sedari tadi hanya diam.

"Saya sahabat papanya ketiga anak ini dan pasien didalam," jawab Papa Nilam.

Dokter itu menganggukkan kepalanya kemudian memilih untuk memberi kode Papa Nilam agar mengikutinya. Sepertinya memang harus ada tindakan yang dilakukan oleh dokter sehingga membutuhkan orang dewasa dalam hal ini.

"Om, tolong lakukan yang terbaik untuk Kak Abel. Apapun yang dilakukan nanti, Kak Abel harus sembuh," ucap Arnold menahan tangan Papa Nilam itu.

Papa Nilam hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum mendengar permintaan dari Arnold. Tentunya ia nanti takkan pernah mengambil keputusan sendiri karena memang bukan haknya. Ia akan mendiskusikan hal ini kepada keluarganya agar nanti dapat memutuskan sesuatu yang terbaik untuk Abel.

Arnold langsung memeluk Anara dan Alan yang sedikit khawatir tentang keadaan kakaknya. Apalagi raut wajah dokter dan perawat disana terlihat sedikit panik walaupun berusaha tersenyum dihadapan ketiganya.

"Kita berdo'a untuk kesehatan Kak Abel. Kita pasti bisa melewati ini sama-sama," bisik Arnold kepada kedua saudaranya.

Mereka berdua hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Saat ini, mereka harus selalu rukun dan saling menjaga agar bisa melewati segala ujian dalam hidup ini.

Terpopuler

Comments

Arwondo Arni

Arwondo Arni

semoga Abel sembuh dan yg menganiaya tertangkap dan yg jahat sama Kel Andre masuk penjara

2023-07-21

0

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

jgn sampe abel amnesia atau koma ya othor...

2023-07-20

0

Nora♡~

Nora♡~

Semangat terus... thor... mau bagaimana lagi... apa kata orang... malang tak berbau... ternyata papa Reza kemalangan... ada yang menelifon... dan pada masa yang sama juga... Abel juga kemalangan kat sekolah.... semoga Abel dapat di tangani dengan segera... dan bagitu juga papa Reza semoga tidak mengelami kemalangan yang serius... lanjuutt..

2023-07-01

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Duo Kembar
3 Pagi
4 Pagi, Masalah!
5 Sekolah
6 Sekolah 2
7 Hening
8 Kepekaan Arnold
9 Siapa Pelakunya?
10 Tak Ada Orangtua
11 Kejadian Tak Terduga
12 Kejadian Tak Terduga 2
13 Kesal
14 Janji
15 Termenung
16 Dalang?
17 Tegang
18 Ikuti Aku!
19 Papasan
20 Diskusi
21 Diskusi 2
22 Ide Aneh
23 Semangat
24 Semangat 2
25 Jangan Sakiti, Cucuku!
26 Magang
27 Janji Alan
28 Aksi Alan
29 Aksi Alan 2
30 Aksi Alan 3
31 Rapat
32 Keadaan
33 Arnold
34 Arnold 2
35 Canggung
36 Kisah Tersembunyi
37 Adik Atu!
38 Nomong Dong!
39 Si Mulut Pedas
40 Posesif
41 Kabar Abel
42 Usiran Halus
43 Kesal
44 Lomba
45 Lomba 2
46 Kebaikan Hati
47 Sisi Lain
48 Suka Bohong
49 Ide
50 Wawat Telbang
51 Kekesalan Arnold
52 Abel Pulang
53 Ku Kila Malin
54 Bahagia
55 Luar Negeri
56 Luar Negeri 2
57 Antusias
58 Pelukan
59 Nenek
60 Sadar
61 Dua Minggu
62 Berkumpul
63 Berkumpul 2
64 Berkumpul 3
65 Keluarga
66 8 Tahun
67 Surat Cinta
68 Mall
69 Mati Kutu
70 Celaka?
71 Habis
72 Tamparan
73 Pamit?
74 Hilang
75 Bunda
76 Kacau
77 Bimbang
78 Bimbang 2
79 Sisi Lain
80 Kabar
81 Pelaku
82 Kondisi Arnold
83 Penguntit
84 Kenapa?
85 Sahabat
86 Hari Pertama
87 Pencarian
88 Pencarian 2
89 Pertemuan
90 Pertemuan 2
91 Adu
92 Jadi?
93 Kembali
94 Kembali 2
95 Kemarahan Alan
96 Sisi Lain Alan
97 Ketahuan
98 Senang
99 Perkara Sandal
100 Sekolah (Lagi)
101 Usil
102 Heboh
103 Ketus
104 Aneh
105 Terlambat
106 Jalan-Jalan
107 Jalan-Jalan 2
108 Intip
109 Intip 2
110 Sidak
111 Sidak 2
112 Gema
113 Garda Terdepan
114 Balik Arah
115 Kekuatan
116 Kebahagiaan
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal
2
Duo Kembar
3
Pagi
4
Pagi, Masalah!
5
Sekolah
6
Sekolah 2
7
Hening
8
Kepekaan Arnold
9
Siapa Pelakunya?
10
Tak Ada Orangtua
11
Kejadian Tak Terduga
12
Kejadian Tak Terduga 2
13
Kesal
14
Janji
15
Termenung
16
Dalang?
17
Tegang
18
Ikuti Aku!
19
Papasan
20
Diskusi
21
Diskusi 2
22
Ide Aneh
23
Semangat
24
Semangat 2
25
Jangan Sakiti, Cucuku!
26
Magang
27
Janji Alan
28
Aksi Alan
29
Aksi Alan 2
30
Aksi Alan 3
31
Rapat
32
Keadaan
33
Arnold
34
Arnold 2
35
Canggung
36
Kisah Tersembunyi
37
Adik Atu!
38
Nomong Dong!
39
Si Mulut Pedas
40
Posesif
41
Kabar Abel
42
Usiran Halus
43
Kesal
44
Lomba
45
Lomba 2
46
Kebaikan Hati
47
Sisi Lain
48
Suka Bohong
49
Ide
50
Wawat Telbang
51
Kekesalan Arnold
52
Abel Pulang
53
Ku Kila Malin
54
Bahagia
55
Luar Negeri
56
Luar Negeri 2
57
Antusias
58
Pelukan
59
Nenek
60
Sadar
61
Dua Minggu
62
Berkumpul
63
Berkumpul 2
64
Berkumpul 3
65
Keluarga
66
8 Tahun
67
Surat Cinta
68
Mall
69
Mati Kutu
70
Celaka?
71
Habis
72
Tamparan
73
Pamit?
74
Hilang
75
Bunda
76
Kacau
77
Bimbang
78
Bimbang 2
79
Sisi Lain
80
Kabar
81
Pelaku
82
Kondisi Arnold
83
Penguntit
84
Kenapa?
85
Sahabat
86
Hari Pertama
87
Pencarian
88
Pencarian 2
89
Pertemuan
90
Pertemuan 2
91
Adu
92
Jadi?
93
Kembali
94
Kembali 2
95
Kemarahan Alan
96
Sisi Lain Alan
97
Ketahuan
98
Senang
99
Perkara Sandal
100
Sekolah (Lagi)
101
Usil
102
Heboh
103
Ketus
104
Aneh
105
Terlambat
106
Jalan-Jalan
107
Jalan-Jalan 2
108
Intip
109
Intip 2
110
Sidak
111
Sidak 2
112
Gema
113
Garda Terdepan
114
Balik Arah
115
Kekuatan
116
Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!