Sekolah 2

Alan berjalan memasuki area sekolah tanpa didampingi oleh bundanya. Sudah sedari hari pertama Alan tak mau ditemani kedua orangtuanya seperti anak yang lainnya. Kini Alan tengah melihat semua siswa yang hampir semuanya digandeng oleh orangtuanya memasuki kelas.

"Tudah dede tok macih ditemani cimbokna. Tayak Alan nih lho, cekolah tuh ya ampingi gulu ukan cimbokna." gerutu Alan.

Sedangkan para orangtua yang sedang mengantar anaknya itu langsung menatap kearah Alan dengan sinisnya. Alan juga langsung memelototkan matanya karena merasa kesal. Ia tak takut dengan pelototan orang dewasa itu karena pada dasarnya bocah kecil itu pemberani.

"Sudah bu, nggak usah dekat-dekat sama dia. Dia itu memang terlalu berani kalau sama orangtua, mana kemarin ada salah satu siswa sini yang ditendang lagi kakinya sampai nangis." ucap salah satu ibu-ibu.

Tentunya ibu-ibu itu harus mencoba menenangkan rekannya agar nanti tak terjadi keributan. Apalagi keributan itu karena ingin menantang anak kecil. Tentunya nanti yang akan disalahkan pasti orang yang lebih tua. Apalagi Alan ini walaupun baru beberapa hari bersekolah disini sudah pintar dalam membalikkan fakta.

"Tapi kita sebagai orang yang dewasa seharusnya bisa mengajari ini anak kecil. Lebih menghormati dan menghargai oranglain." ucap ibu-ibu itu masih tak terima jika mendapatkan pelototan dari Alan.

"Napa talian libut-libut? Alan puna alacan tok tenapa temalin endang tati Alvin campe angis." kesal Alan yang tak terima jika dituduh.

Alan memang sedari tadi terus memperhatikan kedua ibu-ibu yang tengah berdebat itu karena merasa namanya dibawa-bawa. Sedangkan wali siswa yang lainnya lebih memilih diam sambil mengamati dari jauh, pasalnya mereka sudah tahu tentang tabiat Alan yang keras. Mereka juga tak mau kalau nanti anaknya berurusan dengan Alan.

"Diam kamu anak kecil!" sentak ibu-ibu itu.

Alan langsung mengelus dadanya sabar ketika harus menghadapi ibu-ibu yang sepertinya punya darah tinggi sehingga emosinya naik terus. Sedangkan kini beberapa guru langsung saja mendekat kearah Alan dan dua ibu-ibu itu karena khawatirnya akan mempengaruhi kondisi psikis siswanya. Apalagi tadi seorang ibu-ibu melaporkan kalau Alan tengah dibentak.

"Mohon maaf, Ibu Ida. Tolong jangan bentak anak kecil, khawatirnya nanti berpengaruh pada kondisi psikisnya dan malah trauma." tegur guru yang baru saja datang.

"Tapi dia seperti seorang anak yang tak dididik benar oleh orangtuanya sehingga berani melawan dan menjawab setiap omongan saya," seru Ibu Ida yang tak terima jika disalahkan.

Rekannya langsung saja menarik tangan Ibu Ida agar segera pergi dari sana. Apalagi kini semakin banyak orangtua yang mengantar anaknya langsung berkerumun disana. Tentunya mereka berdua akan malu karena ribut dengan anak kecil. Pasti mereka berdua juga akan disalahkan karena kebanyakan anak kecil yang selalu menang.

"Apaan sih? Jangan tarik-tarik tanganku. Aku bakalan meladeni nih anak kecil biar dia tahu sedang berhadapan dengan siapa." seru Ibu Ida yang memberontak.

Rekannya langsung melepaskan pegangan tangannya pada Ibu Ida karena kesal. Sedangkan Alan langsung diamankan dibelakang tubuh guru-guru yang ada disana. Bisa bahaya nanti kalau ada satu siswa yang tertekan disini sehingga ingin keluar dari sekolah. Tentunya instansi juga akan tercoreng, terlebih jika yang menjadi korbannya adalah anak kecil.

"Mana tuh bocah?" tanyanya sambil mencari keberadaan Alan.

"Sudah, bu. Biar nanti kami para guru saja yang menegurnya." ucap salah satu guru menengahi.

"Enggak!" seru Ibu Ida.

Alan yang merasa sedang diributkan pun langsung saja keluar dari belakang tubuh gurunya. Padahal Alan sudah dilarang namun bocah kecil itu tak terima apalagi orangtuanya dihina seperti itu. Tak ada yang boleh menyalahkan kedua orangtuanya karena ini memang murni kenakalannya sendiri. Lagi pula kejadian kemarin waktu ia menendang kaki teman sekelasnya yang bernama Alvin itu murni karena bocah kecil itu mengganggu dirinya.

"Angan cuka nalahin unda dan papa atu. Talian itu balu caja menenalku adi angan asal nomong." seru Alan tak terima.

Bahkan kini wajahnya sudah memerah dengan kedua tangan yang mengepal sempurna. Terlihat sekali kalau bocah kecil itu begitu emosi karena orangtuanya dibawa-bawa dalam masalahnya. Kini beberapa guru serba salah apalagi setiap Alan ingin ditarik pergi namun bocah kecil itu sama sekali tak mau.

Ibu Ida juga seakan tak tahu malu karena berantem dengan anak kecil didepan semua orang yang ada disana sehingga terus meladeni Alan. Bahkan kini ia tak segan-segan membentak dan berkacak pinggang untuk menakuti Alan. Beruntung Alan itu mentalnya kuat sehingga begitu cuek dengan apa yang dilakukan oleh Ibu Ida.

"Ngomong masih belum lancar gitu saja berani sama orangtua kaya saya. Dasar nggak punya sopan santun. Biarinlah saya ngomongin bapak sama emakmu, orang ini fakta kok." ucap Ibu Ida dengan ketusnya.

Dugh...

Arrghhh...

Tiba-tiba saja Alan langsung menendang kaki Ibu Ida dengan kencang membuat wanita paruh baya itu memekik kesakitan. Bahkan beberapa ibu-ibu dan guru disana menganga tak percaya kalau Ibu Ida bisa sampai kesakitan karena ditendang oleh Alan. Jelas saja perbedaan kaki antara kedua orang itu sangat mencolok.

Alan yang kakinya mungil dibandingkan dengan kaki milik Ibu Ida yang gemuk. Namun dengan perbedaan itu ternyata Alan mampu mengalahkan Ibu Ida hanya dengan sekali tendangan. Bahkan kini Ibu Ida masih meringis kesakitan sambil terus mengusap kakinya yang sakit.

"Cukulin... Dah atu ilang, angan tangkut pautin ini cama olangtua atu. Wuwat ibu gulu uga, angan ilang cemua ini ke unda dan papa atu. Talo talian ilang cama meleka, atu atan belikan pelajalan tuk talian." ancam Alan dengan tegasnya.

Alan segera saja pergi berlalu dengan wajah memerahnya bahkan melangkahkan kakinya dengan cepat. Bukan menuju kelas, namun Alan lebih memilih mendatangi taman belakang sekolahnya. Alan meninggalkan semua orang yang kini benar-benar terdiam karena ucapannya. Walaupun ucapan bocah kecil itu belum jelas, namun mereka sudah paham dengan maksudnya.

"Ibu-ibu, lain kali kalau mau menegur atau menasihati anak-anak disini jangan pakai suara yang tinggi apalagi dibentak-bentak. Bukan hanya mempengaruhi kondisi psikisnya, namun kalian bisa lihat bukan? Mereka akan menyimpan dendam dan selalu mengingat kejadian ini. Biarkan saja kalau mereka berbuat nakal asal masih dalam batas wajar. Kalau sudah keterlaluan, kita tegur dan ajari yang benar. Jangan lupa tentang kejadian kemarin, itu bukan sepenuhnya salah Alan walaupun cara dia membalas temannya itu terkesan berlebihan." ucap salah satu guru memberi tahu.

Para guru langsung membubarkan diri sedangkan siswa dan orangtuanya juga segera pergi dari sana. Kerumunan itu langsung terurai setelah bel masuk sekolah sudah dibunyikan.

Terpopuler

Comments

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

oh iy bu ida udah paruh baya tp kok kalah dewasa sama alan ya..
jgn nyesel ya buk ida kalo sdh tahu siapa orang tua alan...
jauh dr bayangan bu ida..

2023-07-20

0

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

alan tetaplah jadi anak yg baik dan bijak ya walau seringkali slengakan..
tetep tegas dlm kebenaran walau alan slalu dibolang anak kecil...

2023-07-20

0

zh4insu

zh4insu

Semoga Alan gak kenapa2,,, kasian sudah di bentak2...

2023-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Duo Kembar
3 Pagi
4 Pagi, Masalah!
5 Sekolah
6 Sekolah 2
7 Hening
8 Kepekaan Arnold
9 Siapa Pelakunya?
10 Tak Ada Orangtua
11 Kejadian Tak Terduga
12 Kejadian Tak Terduga 2
13 Kesal
14 Janji
15 Termenung
16 Dalang?
17 Tegang
18 Ikuti Aku!
19 Papasan
20 Diskusi
21 Diskusi 2
22 Ide Aneh
23 Semangat
24 Semangat 2
25 Jangan Sakiti, Cucuku!
26 Magang
27 Janji Alan
28 Aksi Alan
29 Aksi Alan 2
30 Aksi Alan 3
31 Rapat
32 Keadaan
33 Arnold
34 Arnold 2
35 Canggung
36 Kisah Tersembunyi
37 Adik Atu!
38 Nomong Dong!
39 Si Mulut Pedas
40 Posesif
41 Kabar Abel
42 Usiran Halus
43 Kesal
44 Lomba
45 Lomba 2
46 Kebaikan Hati
47 Sisi Lain
48 Suka Bohong
49 Ide
50 Wawat Telbang
51 Kekesalan Arnold
52 Abel Pulang
53 Ku Kila Malin
54 Bahagia
55 Luar Negeri
56 Luar Negeri 2
57 Antusias
58 Pelukan
59 Nenek
60 Sadar
61 Dua Minggu
62 Berkumpul
63 Berkumpul 2
64 Berkumpul 3
65 Keluarga
66 8 Tahun
67 Surat Cinta
68 Mall
69 Mati Kutu
70 Celaka?
71 Habis
72 Tamparan
73 Pamit?
74 Hilang
75 Bunda
76 Kacau
77 Bimbang
78 Bimbang 2
79 Sisi Lain
80 Kabar
81 Pelaku
82 Kondisi Arnold
83 Penguntit
84 Kenapa?
85 Sahabat
86 Hari Pertama
87 Pencarian
88 Pencarian 2
89 Pertemuan
90 Pertemuan 2
91 Adu
92 Jadi?
93 Kembali
94 Kembali 2
95 Kemarahan Alan
96 Sisi Lain Alan
97 Ketahuan
98 Senang
99 Perkara Sandal
100 Sekolah (Lagi)
101 Usil
102 Heboh
103 Ketus
104 Aneh
105 Terlambat
106 Jalan-Jalan
107 Jalan-Jalan 2
108 Intip
109 Intip 2
110 Sidak
111 Sidak 2
112 Gema
113 Garda Terdepan
114 Balik Arah
115 Kekuatan
116 Kebahagiaan
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal
2
Duo Kembar
3
Pagi
4
Pagi, Masalah!
5
Sekolah
6
Sekolah 2
7
Hening
8
Kepekaan Arnold
9
Siapa Pelakunya?
10
Tak Ada Orangtua
11
Kejadian Tak Terduga
12
Kejadian Tak Terduga 2
13
Kesal
14
Janji
15
Termenung
16
Dalang?
17
Tegang
18
Ikuti Aku!
19
Papasan
20
Diskusi
21
Diskusi 2
22
Ide Aneh
23
Semangat
24
Semangat 2
25
Jangan Sakiti, Cucuku!
26
Magang
27
Janji Alan
28
Aksi Alan
29
Aksi Alan 2
30
Aksi Alan 3
31
Rapat
32
Keadaan
33
Arnold
34
Arnold 2
35
Canggung
36
Kisah Tersembunyi
37
Adik Atu!
38
Nomong Dong!
39
Si Mulut Pedas
40
Posesif
41
Kabar Abel
42
Usiran Halus
43
Kesal
44
Lomba
45
Lomba 2
46
Kebaikan Hati
47
Sisi Lain
48
Suka Bohong
49
Ide
50
Wawat Telbang
51
Kekesalan Arnold
52
Abel Pulang
53
Ku Kila Malin
54
Bahagia
55
Luar Negeri
56
Luar Negeri 2
57
Antusias
58
Pelukan
59
Nenek
60
Sadar
61
Dua Minggu
62
Berkumpul
63
Berkumpul 2
64
Berkumpul 3
65
Keluarga
66
8 Tahun
67
Surat Cinta
68
Mall
69
Mati Kutu
70
Celaka?
71
Habis
72
Tamparan
73
Pamit?
74
Hilang
75
Bunda
76
Kacau
77
Bimbang
78
Bimbang 2
79
Sisi Lain
80
Kabar
81
Pelaku
82
Kondisi Arnold
83
Penguntit
84
Kenapa?
85
Sahabat
86
Hari Pertama
87
Pencarian
88
Pencarian 2
89
Pertemuan
90
Pertemuan 2
91
Adu
92
Jadi?
93
Kembali
94
Kembali 2
95
Kemarahan Alan
96
Sisi Lain Alan
97
Ketahuan
98
Senang
99
Perkara Sandal
100
Sekolah (Lagi)
101
Usil
102
Heboh
103
Ketus
104
Aneh
105
Terlambat
106
Jalan-Jalan
107
Jalan-Jalan 2
108
Intip
109
Intip 2
110
Sidak
111
Sidak 2
112
Gema
113
Garda Terdepan
114
Balik Arah
115
Kekuatan
116
Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!