Saat kenaikan kelas delapan, mereka sangat tidak menyangka akan berada di satu kelas yang sama.
Kabar tersebut membuat Heyra sangat senang. Namun, Vindra menganggap kegembiraan Heyra disebabkan hanya karena fakta bahwa mereka berada dalam satu kelas yang sama saja.
Tapi tanpa sepengetahuannya, Heyra itu termasuk orang yang sulit bersosialisasi atau dalam artian lain cukup pendiam dan pemalu. Heyra hanya senang karena akhirnya ia bisa berada di kelas dengan seseorang yang bisa membuatnya merasa nyaman.
Vindra tak pernah tahu bagaimana kondisi Heyra saat di kelas, atau bagaimana ia berinteraksi dengan teman-temannya selain dirinya.
Yang Vindra tahu Heyra adalah anak yang periang yang selalu terlihat bahagia ketika bertemu dengannya.
Vindra tidak pernah menyadari bahwa Heyra termasuk orang yang sulit bergaul dan kesulitan dalam mendapatkan teman di kelasnya, kecuali dengan satu orang. Orang yang berhasil menyandang gelar sahabat dekatnya selain Vindra.
Namanya adalah Erylliana atau biasa dipanggil Eryll.
Dia adalah seorang gadis yang pendiam seperti Heyra. Eryll memiliki tubuh yang pendek, ramping, kurus, wajahnya berbentuk oval dengan hidung mancung dan bibir tipis, dagu yang runcing, mata berwarna coklat tua, kulitnya putih bersih, halus, dan bebas dari jerawat atau bintik-bintik hitam, ekspresi wajahnya lembut, gerakan tubuhnya selalu halus dan ringan ketika bergerak.
Sekilas Eryll dan Heyra tampak memiliki ciri-ciri yang serupa. Namun, ada beberapa perbedaan diantara mereka dalam hal bentuk wajah, tinggi badan, dan gaya rambut. Heyra cenderung membiarkan rambutnya tergerai bebas tanpa diikat, sementara Eryll lebih suka mengkucir rendah rambutnya.
Tidak hanya dari penampilannya, meskipun Eryll adalah seorang yang pemalu, ia dapat bersikap dengan baik ketika berbicara dengan orang lain. Tak peduli apakah orang itu lebih tua, sebaya, atau lebih muda darinya, semua orang pasti betah berbicara dengan Eryll.
Ia seakan tahu bagaimana harus bersikap ketika berbicara dengan yang lebih tua, teman sebayanya, atau yang lebih muda darinya.
Selain itu, ia juga termasuk anak yang cerdas dan kritis. Setiap kali pelajaran selesai dan guru bertanya kepada siswa-siswi di kelas apakah ada yang ingin ditanyakan, Eryll akan mengangkat tangannya dan mengajukan pertanyaan yang mind blowing.
Dengan sikap dan kecerdasan yang dimilikinya, semua orang yang telah mengenalnya pasti bisa merasakan hawa superior yang terpancar dari dalam dirinya.
Heyra tidak pernah tahu sejak kapan dia bisa dekat dengan Eryll. Kedekatan mereka terasa begitu alami, seolah-olah tak perlu ada usaha ataupun niatan tertentu untuk menciptakannya.
Tapi, jika diingat-ingat lagi, sebenarnya kedekatan mereka dimulai dari hari itu, hari yang lumayan lucu dan menegangkan juga.
Hari itu, suasana kelas sedang riuh-riuhnya seperti pasar Kebon Dalem yang biasa Heyra lewati ketika pulang sekolah bersama Bi Sumi.
Heyra duduk di kursinya dalam diam. Di tangannya memegang sebuah buku novel setebal batako yang ia letakkan di atas pangkuannya. Heyra sudah membaca lima halaman dari buku tersebut sejak bel pergantian mapel berdering 20 menit yang lalu, namun matanya masih terfokus pada kata-kata di dalamnya dan terus melanjutkan membaca dengan konsentrasi penuh.
Tak lama setelahnya, Heyra mulai merasa bosan. Ia memberi penanda pada halaman terakhir yang telah dibacanya sebelum menutup buku dan meletakkannya di atas meja.
Heyra meregangkan otot-ototnya lalu melirik ke arah jam di kelas. Tampak jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh, yang berarti masih setengah jam lagi sebelum waktu istirahat.
Heyra menghela napas, ia merasa bosan di kelas dan ingin pergi ke kantin untuk membeli ayam geprek kesukaannya. Pandangannya kemudian beralih pada teman sebangkunya, yang tak lain tak bukan adalah Eryll, yang sedang asyik bermain handphone dengan tws terpasang rapi di telinganya.
Heyra memutuskan untuk mengajak Eryll ke kantin. Dia menepuk pundak Eryll dan bertanya, "Eryll, Mau ikut aku ke kantin nggak?"
Eryll menoleh pada Heyra lalu melepaskan tws dari telinganya. "Ada apa, Ra?" tanya Eryll, karena dia tidak mendengar ucapan Heyra sebelumnya.
"Mau ke kantin?" Heyra mengulangi ajakannya.
Namun, Eryll menolak ajakan Heyra karena sekarang masih di jam pelajaran dan ia takut ketahuan guru. "Maaf, Heyra. Ini masih jam pelajaran, takut ketahuan guru nanti."
Heyra mencoba meyakinkan Eryll. "Tapi sekarang kan jam kosong. Pak Eko juga belum masuk, Kita pergi ke kantin sebentar yuk. Gak bakal jadi masalah."
Namun, Eryll tetap bersikukuh karena khawatir guru mapel IPA mereka, Pak Eko bisa datang ke kelas kapan saja. Siapa tau Pak Eko hanya datang terlambat sebab tak ada pemberitahuan apapun soal Pak Eko yang tidak masuk ke kelas hari ini.
Biasanya jika ada guru yang tidak bisa mengajar di kelas, mereka akan memberitahu murid-murid mereka dan memberikan tugas untuk mengisi jam kosong. Biasanya juga mereka akan menyuruh guru piket untuk menemani para siswa mengerjakan tugas yang diberikan.
"Enggak, Heyra. Aku tetap enggak mau. Siapa tahu Pak Eko datang terlambat dan nanti kita jadi kena marah."
Melihat Eryll masih bersikukuh dengan pendiriannya, Heyra mencoba memberikan informasi terbaru yang ia ketahui, "Tapi tadi aku denger dari temenku kalau Pak Eko ada urusan dan tidak akan mengajar di kelas sampai jam istirahat."
Eryll memandang Heyra ragu-ragu, "Kamu yakin? Bisa-bisa kita kena masalah kalau ketahuan jajan di kantin."
Heyra lalu tersenyum, "Tenang aja, Eryll. Kamu itu cuma khawatir doang. Nyatanya sampai sekarang Pak Eko juga belum dateng ke kelas. Besides that kan kita cuma pergi sebentar. Pasti enggak akan ketahuan kalau kita kembali dengan cepat."
Setelah beberapa saat terdiam, Eryll akhirnya mengalah dan memutuskan untuk menyetujui ajakan Heyra untuk pergi ke kantin, terlebih ia juga merasa lapar dan ingin membeli beberapa jajanan di kantin.
"Baiklah, kalo gitu kita bisa pergi ke kantin sebentar. Tapi harus cepet-cepet kembali ke kelas, ya."
Heyra dengan senang mengangguk setuju. "Iya, Eryll. Kita enggak akan lama. Kita cuma beli ayam geprek sebentar terus kembali lagi ke kelas."
Heyra dan Eryll segera beranjak dari tempat duduk mereka dan berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin, Heyra langsung memesan ayam geprek kesukaannya. Begitu juga dengan Eryll yang membeli beberapa snack sebelum mereka bergegas kembali ke kelas.
Ketika mereka tiba di kelas, sesuai dugaan Eryll sebelumnya ternyata Pak Eko sudah berada di kelas dan sekarang mereka menjadi pusat perhatian kelas.
"Kalian pergi ke mana saja?" tanya Pak Eko dengan tegas pada Heyra dan Eryll yang terpaku di depan pintu kelas.
Mereka saling pandang, mereka bingung harus menjawab apa.
“Kenapa diam saja? Ayo jawab!” Terlalu tersiksa dengan keheningan yang tercipta, akhirnya Eryll buka mulut dan menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Pak Eko.
“Tadi kami pergi ke kantin pak, soalnya kami pikir jam kosong.”
Heyra melanjutkan, “Iya pak, sebenarnya saya yang mengajak Eryll pergi ke kantin tadi. Tolong maafkan saya pak.” Heyra dan Eryll lalu menunduk minta maaf.
Pak Eko mengangguk lalu mengambil catatan di atas mejanya. "Baiklah, kalau begitu mari kita lanjutkan pelajaran kita. Kalian saya maafkan. Ini kesalahan saya juga karena tidak memberi tahu guru piket kalau saya sedang ada urusan."
Heyra dan Eryll akhirnya bisa bernapas lega. Sungguh, ini pengalaman pertama kalinya mereka berdua hampir terkena hukuman. Heyra dulu saat masih SD adalah anak yang cenderung pasif dan tidak memiliki motivasi untuk berbuat usil atau onar, sehingga ia tak pernah terkena hukuman oleh gurunya.
Sedangkan Eryll adalah seorang anak teladan kesayangan guru yang selalu menjaga sikap dan berperilaku baik. Jadi wajar saja mereka bisa menjadi was-was setengah mati ketika hampir dimarahi karena membuat sebuah kesalahan atau kenakalan.
Heyra dan Eryll kembali duduk ke kursi mereka masing-masing. Namun kali ini ada hawa yang sedikit berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
31_PUTU WIDIARTA
Jangan ditinggal nggak jelas thor, kami semua sudah mulai ketagihan nih
2023-07-25
2