Gosip

Dan benar saja apa yang dikatakan Vindra. Sebulan dua bulan kemudian, gosip tentang ia dan Vindra yang berpacaran mulai memudar dan menghilang secara perlahan.

Namun entah sedang kerasukan jin dari mana, Bima yang sedang bersama Umar dan Vindra di perpustakaan sekolah untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia tiba-tiba bertanya tentang kelanjutan hubungan Vindra dan juga Heyra.

“Eh eh, itu gimana kelanjutannya?” tanya Bima pada Vindra yang sedang tiduran tengkurap-asyik membaca sebuah buku cerita untuk ia cari struktur ceritanya.

Vindra mengalihkan pandangannya dari buku ke Bima. “Hah kelanjutan apa?” tanya Vindra bingung. Umar yang kebetulan sedang duduk lesehan sambil membaca sebuah buku di meja berwarna kuning di dekat Vindra dan Bima jadi ikutan menyimak pembicaraan mereka.

“Itu lho… kelanjutan hubungan kamu sama Heyra, jadinya gimana?” tanya Bima dengan senyum antusias. Vindra yang mendengarnya hanya bisa menepuk jidat. Kok bisa-bisanya temannya ini kepikiran hubungannya dengan Heyra di saat semua orang sudah melupakan.

“Haduh Bim… kan udah aku bilang. aku itu sama Heyra cuma temenan, gak ada yang namanya pacaran-pacaran,” balas Vindra lelah.

Sejak beredar rumor tersebut, Vindra sudah menyangkal hal tersebut puluhan kali ke orang-orang yang menanyakan kepadanya tentang hubungannya dengan Heyra sampai ia sendiri lelah untuk mengatakan hal itu lagi.

“Dari pada kamu bahas hubungan orang lain, mending kamu bahas hubungan kamu sama nilai-nilai kamu tuh! Liat tuh banyak merahnya! Bentar lagi kan juga mau ujian kenaikan kelas. Nanti kalo aku sama Umar ninggalin kamu gimana?” Vindra lalu merangkul Umar di sampingnya lalu sama-sama melakukan tos akrab.

Sebentar lagi sekolah mereka akan mengadakan ujian kenaikan kelas mengingat sudah hampir berakhirnya masa belajar di semester 2. Di antara ketiga mereka, yang bisa dibilang paling cerdas karena selalu masuk peringkat 10 besar di setiap ujian dan selalu mendapat nilai ulangan dengan kepala 9 adalah Vindra.

Lalu disusul Umar yang nilai agamanya belum pernah Vindra kalahkan, yaitu kalau tidak 100, paling rendahnya 95. Dan yang terakhir adalah Bima. Nilai rapotnya kebanyakan berkepala 8 dan 7, dan hanya 2 sampai 3 mata pelajaran saja yang mendapatkan kepala 9.

Walaupun demikian, Bima tak pernah merasa insecure atau merasa tertinggal oleh teman-temannya. Sama seperti para motivator yang selalu mengatakan, “Setiap manusia memiliki kelebihannya masing-masing.” Bima memiliki kelebihan yang tak dimiliki Umar maupun Vindra.

Ia termasuk tipe orang yang aktif, senang bercanda dan ekspresif. Maka dari itu ia jago sekali dalam hal kesenian seperti melukis, menggambar, bermain musik dan dalam melakukan kesenian lainnya kecuali menari yang menurutnya tidak terlalu cocok dilakukan oleh laki-laki seperti dirinya.

Ia mulai menyukai menggambar saat SD. Tepatnya saat ia sedang mengikuti lomba menggambar ketika classmeeting.

Saat itu ia terpaksa mengikuti lomba menggambar karena semua siswa di sekolahnya wajib mengikuti minimal satu lomba. Maka dari itu Bima pun memilih lomba menggambar karena baginya lomba menggambar cukup mudah, tak menguras banyak tenaga, dan lebih penting lagi, ia tak perlu panas-panasan diluar.

Saat pengumuman lomba tiba, Bima tak pernah berharap sedikitpun dirinya akan menang. Ia hanya mengikuti lomba tersebut karena kewajibannya semua siswa untuk mengikuti lomba.

Namun saat ia sedang duduk-duduk di kursi alumunium lipat di bawah tenda yang dibangun di tengah lapangan, tiba-tiba sang MC yang berdiri di muka panggung membacakan para pemenang lomba menggambar. Dan tak pernah disangka-sangka kalau juara 1 nya adalah Bima sendiri.

Bima yang saat itu sedang asyik menyantap telur gulung, hampir saja tersedak karena terkejut namanya dipanggil oleh MC untuk naik ke atas panggung.

Sejak saat itulah ia mulai suka menggambar karena dengan menggambar ia merasa bisa mengekpresikan isi hatinya dengan lebih leluasa.

Hobi menggambarnya itu ia perluas lagi di masa-masa SMP dengan mencoba bermain-main dengan alat lukis. Jujur, melukis memang lebih sulit daripada menggambar karena harus menggunakan kuas dan cat air yang notabenenya berbentuk cair. Sedangkan menggambar menggunakan krayon atau pensil warna yang berbentuk padat.

Menggunakan bahan cair baginya lebih sulit untuk ia aplikasikan di atas kanvas karena kadang-kadang, ia terlalu banyak mengambil catnya sehingga meluber dan merusak lukisannya. Kadang juga, ia tak sengaja mencampur warnanya sehingga warna lukisan yang dihasilkan jadi tidak konsisten. Langit yang seharusnya biru malah terdapat campuran warna hijau yang seharusnya terdapat pada rumput dan pohon.

Tapi segala tantangan yang ia hadapi, tak ia atasi dengan menyerah begitu saja. Ia terus berusaha menyempurnakan gaya melukisnya dan berakhir pada dirinya yang berhasil memenangkan berbagai kejuaraan melukis di tingkat kota maupun provinsi.

-

Kriingg…

bel pulang akhirnya berbunyi tepat ketika jam menunjukkan pukul tiga sore.

Suasana di kelas 7A yang saat itu sudah cukup sepi-hanya tersisa Umar yang sudah biasa pulang terlambat karena ingin sholat ashar di masjid sekolah, beberapa siswa yang kebetulan harus melaksanakan tugas piket kelas, dan Vindra yang baru kembali dari ruang guru setelah membantu guru matematikanya membawakan tumpukan buku berisi tugas teman-teman sekelasnya.

Vindra merapikan alat tulis yang masih berceceran di atas mejanya lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelahnya ia segera menggendong tasnya di pundak lalu berpamitan kepada temannya untuk pulang duluan.

Namun pamit yang ia maksud bukan pamit pulang yang sesungguhnya. Setelah keluar dari kelasnya, ia malah pergi ke arah yang berlawanan dari arah gerbang keluar.

Ia berniat menghampiri Heyra terlebih dahulu di kelas 7E untuk mengajaknya pulang bersama. Ya… daripada naik ojol harus keluar duit.

-

Kepala Vindra muncul mengintip di pintu kelas 7E yang terbuka cukup lebar. Suasana kelas tersebut sudah benar-benar sepi, tak ada orang. Gorden jendelanya juga sudah di tutup, lampu dan kipas anginnya pun juga sudah dimatikan.

Jika Heyra memang sudah tak berada di kelas, satu-satunya tempat yang mungkin ia bisa menemukan Heyra adalah di kantin. Biasanya setelah bel pulang sekolah berbunyi, Heyra akan pergi ke kantin untuk membeli beberapa camilan sebelum akhirnya pulang membawa camilan tersebut.

Katanya harga jajanan di kantin lebih murah daripada jajanan yang ada di minimarket pinggir jalan. Sehingga daripada ia jajan diluar setelah pulang sekolah, lebih baik ia jajan dikantin lalu membawa jajanan itu pulang ke rumah. Hitung-hitung juga melariskan dagangan ibu kantin.

Vindra segera berpindah posisi ke kantin sekolah. Namun setibanya ia di sana, ia tak bisa menemukan wajah Heyra yang sedang membeli camilan atau sedang duduk-duduk di bangku meja makan sambil mengobrol bersama temannya.

Di sana hanya ada sepasang kakak kelas delapan yang sedang asyik memilih makanan dan empat orang kakak kelas sembilan yang sedang duduk di bangku meja makan dengan buku dan alat tulis mereka yang memenuhi meja makan kantin.

Menyerah mencari Heyra, Vindra lalu menghampiri salah satu ibu kantin di sana. “Bu, lihat Heyra gak? Yang biasanya suka ke sini sama saya,” tanya Vindra.

“Owalah dek Vindra. Tadi dek Heyra udah ke sini, tapi kayaknya dia langsung pulang deh,” jawab ibu kantin.

Vindra mengangguk mengerti, “Oh yaudah kalau gitu, makasih ya bu.”

Jika Heyra memang sudah pulang, sudah tidak ada alasan lagi baginya untuk mengajaknya pulang bersama. Sehingga setelah ia pergi dari kantin, ia segera berjalan menuju parkiran sekolah untuk mengambil sepedanya lalu pulang ke rumah dan beristirahat.

Vindra melewati kembali kelas 7E, kelas yang ditempati Heyra. Namun saat ia melewatinya, keadaannya sudah berbeda. lampu di kelas tersebut sudah dinyalakan dan terdengar sedikit keributan dari dalam sana.

Penasaran, Vindra reflek melongok ke dalam untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Namun hal selanjutnya yang tertangkap indra penglihatannya membuat deru napasnya naik turun dengan cepat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!