"Pak, bibi sudah siap." bi Senum menggunakan pakaian yang begitu indah dan cantik di tubuhnya, dan tidak ada seorangpun diluar sana akan mengira jika Bi Senum merupakan pembantu mereka.
Beni kagum melihat perubahan tampilan Bi Senum yang biasanya dilihat cuma makai daster dan celemek, sekarang berubah memakai gaun selutut yang elegan, ditambahkan tas tenteng kecil yang elegan dan memakai sepatu tinggi.
"Wah wah Bibik cantik juga, ini lebih pas jadi mamanya Diana nih Bi ketimbang jadi bibi." celetuk Diana membuat bik Senum tersenyum sumringah.
""Gimana pa penampilan bi Senum lebih mirip nyonya Beni kan ketimbang jadi bibi?" tanya Diana pada papanya.
"Huuh Din ini mah lebih pas jadi nyonya." timpal Beni yang kagum dengan penampilan bi Senum dan diam-diam Beni memujinya.
"Cantik juga sih bibi klo dandan kayak gini." Beni membatin sendiri sambil tersenyum.
"Kalau sudah siap semua ayo berangkat. Bi tolong pastikan listrik sama gasnya sudah aman atau belum dan pintu dikunci. Kami tunggu dimobilya sekalian saya panasin mobil dulu."
"Baik pak."
"Ayo Din ke mobil, bawa barang-barangmu sekalian."
"Oke papa."
Setelah semua siap, Beni yang menyetir mobil serasa jadi sopir karena Diana memilih duduk dibelakang bersama bi Senum. Entah mengapa tampilan bi Senum yang agak berbeda mencuri perhatian Beni dan Diana, Diana seperti tidak mau pisah nempel terus.
"Ini siapa yang majikan sih, kok saya kayak jadi sopir ya." gumam Beni yang ditimpali tawa oleh Diana dan Bi Senum.
"Diana, kamu pindah ke depan. Masa iya papa jadi sopir kalian berdua." suara Beni terdengar agak kesal.
"Ogah pa, malas duduk deket papa nanti diusilin. Mending Bi Senum saja yang didepan kan bibi sekarang cantik pa." jawab Diana sambil cengengesan dan membuat bi Senum malu tersipu.
Diam-diam Diana menginginkan bi Senum bukan sekedar bibi lagi tapi lebih, karena memang Diana begitu dekat dengan bibi. Itu wajar saja dari bayi bibi lah yang merawat Diana sejak dia umur satu tahun. Jadi wajar ikatan mereka sudah seperti ibu dan anak.
"Ya udah bibi saja yang ke depan saya malas jadi sopir." jawab Beni sambil tersenyum.
"Baik pak, jawab bi Senum.
Bi Senum merasa canggung jika berdua dengan majikannya. Bi Senum semenjak kematian suami dan anak laki-lakinya memang jarang berinteraksi sama pria lain. Jangankan untuk hubungan serius sekedar mengucapkan kata halo saja bibi enggan.
Laju mobil diperlambat dan Beni menepikan mobilnya supaya bi Senum pindah ke depan.
Setelah pindah mobil dipacu kembali oleh Beni ke jalan raya yang padat.
"Kita mampir ke restoran dulu ya, nanti sambil menunggu kalian silahkan pesan makanan yang ada disana." Beni menerangkan pada Diana dan Bi Senum.
"Oke papa."
"Baik Pak."
Tidak lama mereka sampai di restoran dan Beni menuju parkir terlebih dahulu untuk memarkirkan mobilnya.
"Ayo turun sudah sampai." perintah Beni diikuti Diana dan Bi Senum keluar dari mobil.
"Wah restoran papa besar juga ya bi, papa curang nih nggak ngajak kita dari awal ke sini."
"Iya non, bapak curang coba dari dulu kita tahu ya non bisa numpang makan gratis nih."
"Hahahaha." Diana dan Bi Senum kompak tertawa.
"Maaf papa ya Din baru sekarang ngajak mu ke sini, mulai sekarang kamu boleh berkunjung sesering yang kamu mau dan ingat kamu juga harus mulai belajar bagaimana mengurus restoran ini."
"Siap papa." Diana tersenyum
"Selamat datang pak Beni." manajer restoran menyapa Beni.
"Terimakasih Marco, kamu sudah bantu saya mengelola restoran ini. Oh ya kenalkan ini anak saya Diana dan ini Senum. Mereka berdua akan sering berkunjung ke restoran ini dan saya ingin kamu mengajari Diana cara mengelola restoran ini."
"Siap pak, saya akan membantu sebisa saya pak." jawab Marco.
"Terimakasih Marco, saya mengandalkanmu."
"Mari pak saya antar keruangan, saya rasa ada yang ingin bapak tahu." Marco mengarahkan Beni untuk menuju keruang pimpinan. Di restoran ini, Beni menyiapkan ruangan khusus untuknya dalam mengelola restorannya.
"Oh ya minta karyawan untuk melayani Diana dan Senum ya Marco."
"Baik pak nanti akan saya bilang pada pegawai pak."
Kemudian Marco memanggil seorang pelayan.
"Kamu tolong layani Nona Diana dan Bu Senum dengan baik jangan sampai ada kesalahan, yang duduk di meja VIP itu mereka."
"Baik pak, akan saya lakukan."
Kemudian pelayan kembali ke tempatnya dengan mengambil buku menu yang biasa dan spesial untuk di berikan pada Diana dan bi Senum.
"Selamat siang ibu dan nona, kenalkan saya Doni yang akan melayani nona dan ibu. Ini menu restoran kita, silahkan dilihat."
"Oh ya, saya Diana dan ini ibu saya Senum." jawab Diana yang membuat kaget Senum karena kata ibu disematkan pada namanya.
Senum merasa terharu mendengar kalimat yang diucapkan Diana karena dia tidak menggangap dirinya adalah pembantunya.
"Oh Tuhan terimakasih atas segala yang kau berikan pada hamba, keluarga ini terlalu baik pada hamba." Senum memanjatkan do'a dan puji syukur dalam hatinya.
"Mas Doni, bukunya tinggal dulu ya dan mas boleh kok kerja kembali nanti kalau kami udah nemu menu mas kami panggil lagi gimana?" usul Diana yang dianggukan oleh Senum tanda setuju.
"Baik non, permisi non, permisi buk." Doni pamit dan pergi.
"Bi, ini kayaknya enak deh, ini juga enak dan itu juga enak. Waduh ini yang mana mau kita pesan bi, kelihatan enak semua ini." Diana bingung memilih menunya.
"Iya non, bibi juga nggak tahu pesan apa. Atau coba lihat menu yang spesialnya barangkali lebih fantastis." usul Bi Senum pada Diana.
"Wah bik ini apalagi lezat banget ini kayaknya, bi klo kita pesan semua kira-kira papa marah nggak ya." tanya Diana sambil berpikir.
"Waduh non yakin akan pesan semua, apa non sanggup menghabiskannya nanti. Kalau papa non, bibi rasa nggak akan marah non cuma bibi yang khawatir nanti nonnya kenapa-kenapa makan banyak begini."
"Tenang aja bi, Diana udah nyiapin lapangan bola dalam perut Diana semua muat kok." jawab Diana asal.
Dari sebuah ruangan nampak keluar Beni bersama Marco menuju ke meja mereka.
"Lho kok belum ada yang dipesan Din, apa nggak ada yang melayani kalian?" tanya Beni sambil melirik pada Marco
"Eh papa, udah ada tadi kok pa pelayan kesini karena kami berdua bingung mau pesan apa makanya pelayan tadi Diana suruh pergi dulu nanti dipanggil."
"Emang Diana dan bibi pesan apa." tanya Beni ragu karena sudah cukup lama mereka di restoran tapi yang ada di meja mereka baru Teh es saja.
"Papa disini enak semua Diana dan bi Senum ragu mau pesan apa pa, apa boleh Diana pesan semua?" tanya Diana penuh hati-hati.
"Hahahahaha." Beni tertawa dan kaget mendengar ucapan anaknya.
"Emang kamu sanggup memakan semua menu ini?"
"Sanggup pa, Diana akan habiskan semua kan ada papa dan bibik yang bantu." Diana tersenyum puas. Dan terlihat dia segera melambaikan tangan memanggil pelayan yang tadi.
"Mas, kita mau semua yang ada dimenu ini dengan porsi setengah semuanya ya mas."
"Apa non, semua menu ini? Non yakin?" tanya pelayan ragu dan melirik ke pada Beni.
"Hahahaha, lihat Din, Doni saja heran melihat kamu pesan semua. Ya sudah Don kamu bilang ke koki kita untuk menyiapkan semua menu kita dan bawa kesini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Syifa Altafunnisa
lanjut Thor,,ttp semangat ya Thor 👍
2021-04-20
1
Ahmad
keren
2020-09-15
3
Maris Stella
koq nasib diana dan ibunya sama ya ...sedih juga
2020-08-27
3