Beni berkeliling mencari hotel untuk beristirahat sementara bersama Diana. Setelah mendapatkan hotel penginapan Beni mencari supermarket untuk beli perlengkapan mereka. Beni terlihat kebingungan ketika sampai dibagian perlengkapan bayi.
"Apa yang harus papa beli untukmu Diana? Papa tidak tahu ini." ucap Beni sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Beni mencoba mencari informasi tentang perlengkapan bayi.
"Oke, ini dia Diana yang harus kita beli adalah popok, baju ganti, sabun, bedak, susu, tabung dot, handuk dan beberapa cemilan untuk papa sayang." ucap Beni sambil tersenyum.
Setelah selesai mengambil semua yang dibutuhkan Beni menuju kasir untuk membayar belanjaannya.
"Sudah semua pak?"
"Sudah mbak."
"Tunggu sebentar ya pak kita hitung. Lucu anaknya pak." ucap kasir sambil memuji.
"Sudah kita hitung semua pak, bapak mau bayar cash atau dengan kartu?"
"Kartu aja mbak, ini kartu saya." jawab Beni sambil memberikan kartu kreditnya.
"Oke baik pak, silahkan masukkan PINnya pak. Sudah selesai pak, terimakasih silahkan mampir lagi ya pak." ucap kasir sambil tersenyum.
Setelah seleai belanja, Beni memacu mobilnya dengan kecepatan sedang kembali ke hotel.
"Ayo Diana kita sudah sampai sayang. Sebentar papa akan buatkan kamu susu. Diana sudah hausya?" tanya Beni dengan penuh kasih sayang. Dan dijawab oleh Diana dengan tatapan manja karena umurnya yang masih baru beberapa bulan.
Ya, Beni menitipkan Diana di tempat penitipan anak sampai umurnya 5 bulan. Beni khawatir, dia tidak bisa mengurus Diana dengan baik yang masih sangat kecil. Setelah 5 bulan baru Beni membawanya pergi menuju kota M, meninggalkan semua kenangan di kota X dengan harapan yang baru untuk mereka berdua.
Beni begitu sabar dan telaten mengurus Diana kecil, mulai dari memandikan, menyuapi makan sampai menina bobokkan Diana, ia lakukan sendiri. Beni tidak mau menggunakan jasa pengasuh karena dia sudah terikat janji dengan ibunya Diana yaitu Lily.
Seiring berjalan waktu Diana menjadi gadis kecil yang imut, lucu dan menggemaskan. Entah kenapa wajah Diana hampir mirip dengan wajah Beni padahal mereka tidak punya ikatan darah. Apa mungkin karena kasih sayang Beni yang begitu besar pada Diana?
Diana semakin besar dan usaha restoran yang dibangun Beni mulai dari nol berkembang dengan pesat. Di restoran, Beni dibantu oleh seorang asisten sehingga dia tidak perlu seharian mengawasi restoran tersebut dan bisa menghabiskan waktunya bersama Diana.
Beni tinggal dirumah yang telah dibelinya bersama Diana dan satu orang pembantu untuk mengurusi pekerjaan rumah sambil sesekali menjaga Diana ketika Beni pergi ke restoran. Tapi tak sekalipun Beni mengajak Diana ke restorannya sehingga para pegawainya berpikir Beni masih lajang. Beni memang menutupi kehidupan pribadinya dari dunia luar untuk menghindari Diana dari bahaya sekecil mungkin.
"Hore, papa sudah pulang. Papa gendong aku dong, aku mau di gendong sama papa." ucap Diana terbata-bata. Umur Diana baru menginjak dua tahun dan minggu depan adalah ulang tahunnya.
"Ayo sini anak papa yang lucu, papa gendong. Wah, Diana bertambah berat saja ya nak. Tadi pagi sebelum papa pergi kerja rasanya tidak seberat ini. Ini sudah bertambah berat. Pinggang papa mau encok rasanya kalau gendong tambah terus." ucap Beni sambil menahan senyum yang disembunyikan melihat wajah manyun Diana yang menggemaskan.
"Ih papa kok gitu sih, aku kan sudah capek tunggu papa dari tadi." jawab Diana yang masih kosa katanya belepotan dengan wajah dibuat sesedih mungkin, agar papanya merasa iba. Dan membuat Beni tidak tahan untuk tidak menggoda Diana.
"Males gendong Diana, habis anak sayang papa ini banyak maunya."
"Kalau papa tidak mau gendong, aku ngambek ya. Papa, aku aduin sama bibi biar papa nanti dimarahi." ucap Diana tak kalah manyun dari tadi dengan bibir dimonyongkan dan tangannya dilipat kedada menunjukkan kalau dia lagi kesal.
Beni semakin tersenyum melihat tingkah lucu Diana.
"Ya udah, papa takut klo diaduin sama bibi. Oke papa nyerah deh, papa akan gendong kamu sepuasnya gimana?" tanya Beni dengan wajah memelas pada Diana.
"Hahaha papa wajahnya lucu. Aku mau cubit pipi papa." ucap Diana sambil tersenyum.
Ketika mereka asik mengobrol ada mata yang sering curi pandang memperhatikan ya dia adalah Bibi Senum, pembantu yang dipekerjakan oleh Beni. Bibi Senum sangat menyayangi Diana karena Diana mengingatkan pada anaknya yang sudah meninggal akibat kecelakaan yang harus membuat dia terpisah dari anak semata wayang dan suaminya, sehingga bik Senum seorang diri terlunta-lunta sampai dia bertemu dengan Beni. Dan Beni mempekerjakannya sebagai pembantu. Tapi, Beni tidak pernah memperlakukan Bibi Senum sebagai pembantu. Beni memberikan perlakuan yang sangat baik pada Bibi Senum dan Diana sangat menyukai dirinya.
"Den, putri kecil ayo makan sudah bibi siapkan." teriak Bibi Senum dari ruang makan, membuat mereka berdua berhamburan berlari mengejar meja makan.
"Ayo kejar aku papa. Kejar aku." kata Diana berlari curi star meninggalkan papanya yang terkejut, tidak tahu dengan rencana putri kecilnya.
"Anak ini membuat hidupku terasa ringan setiap harinya." gumam Beni.
"Oke, papa akan kejar kamu siapa takut. Siapa yang menang, yang kalah dapat hukumannya." ucap Beni menyusul Diana yang sudah berlari kencang namun masih bisa disusul oleh Beni.
"Ih papa larinya jangan cepat cepat, kakiku kan cuma pendek, kaki papa panjang tahu. Kalah aku nanti, papa tidak mau kan kalau aku sedih karena kalah." ucap Diana dengan mimik yang dibuat sedih.
"Iya iya deh, papa ngaku kalah kamu yang menang. Ayo buruan kita makan dulu perut papa lapar nih, cium aroma masakan bi Senum. Aromanya tiada tara." ucap Beni sambil mengacungkan jempol memuji Bi Senum dan diikuti juga oleh Diana.
"Sudah bercandanya ayo makan keburu dingin nanti." Bi Senum mengingatkan.
"Ih Bibi marah. Jangan marah ya bi aku dan papa kan cuma bercanda, tidak apa-apa kan ya pa." Diana melakukan pembelaan.
"Iya nona cantik, sekarang makannya." Sambil menyuapi makanan ke mulut Diana yang masih mau berbicara tapi kalah cepat dengan tangan Bibi Senum yang telah memasukan makanan ke mulut Diana sehingga ucapan Diana menjadi tak karuan.
"Tapi aku hanya main-main bi." ucap Diana yang membuat Beni dan Bik Senum tertawa melihat ekspresi Diana yang bicara dengan mulut penuh makanan sehingga kata-kata yang keluar seperti orang lagi kumur-kumur.
"Sudah jangan bicara lagi nanti keselek, kalau lagi makan tidak boleh bicara." perintah Bi Senum dianggukan Diana sambil mengunyah makanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Ahmad
like...
2020-09-15
5
Widiarsini Komang
mangattssss
2020-06-30
3
Darmayanti Tauceng
votenya ya guys 🤗🤗
2020-06-30
3