Semua barang didekat Lily berhamburan, dibanting begitu saja melampiaskan sakit hati yang mulai membuat dia kehilangan kesadarannya.
"Laki-laki jahanam kau. Kau telah hancurkan hidupku, masa depanku. Aku benci laki-laki."
Lily menangis terisak-isak sambil memukul perutnya. Dia berpikir dengan memukul perutnya berharap yang ada diperutnya keluar.
"Apalagi yang harus ku pertahankan, apa.
Semuanya telah direnggut, aku mengutukmu pria *******. Aku mengutukmu. Terkutuklah kau, tinggallah kau didasar neraka laki-laki jahanam."
Lily terus saja mengumpat, menyumpahi, kata-kata kotor terus saja keluar dari mulutnya seakan-akan dia sering mengucapkan. Puas berteriak, menangis, mencaci akhirnya Lily tertidur dengan penuh air mata.
"Ibu, dimana kamu ibu, aku merindukanmu."
Lily menggigau dalam tidurnya seakan dia bermimpi melihat ibunya.
Hari demi hari terus berlalu, berganti bulan dan perut Lily semakin terlihat membuncit, karena usia kandungannya memasuki 5 bulan dan kondisi ini membuat Lily harus berjuang menahan hinaan dan cacian dari orang-orang yang melihat miring padanya.
"Wah-wah gadis penggoda sudah datang, tempat ini lama-lama serasa panas sejak ada dia." salah satu karyawan restoran mengejek Lily dengan ucapan yang sinis.
"Hei, apa salahku padamu? Apa mulutmu bisa sopan bicara dengan orang atau mau ku lakban mulutmu!" ucap Lily tak kalah keras membuat orang sekeliling memperhatikan mereka.
"Sudah-sudah. Apa-apaan kalian ini, ini masih jam kerja. Jika ingin bertengkar silahkan diluar restoran ini. Kalian mengerti!" bentak manejer pada mereka berdua.
"Baik pak." keduanya serempak menjawab sambil tertunduk lesu.
"Akhir-akhir ini aku sering kelelahan, apa karena kandungan ku mulai membesar. Apa yang akan kulakukan nanti setelah anak ini lahir?" pertanyaan demi pertanyaan bermunculan di benak Lily.
"Woi, ngelamun lihat tempat dong nek, jangan sembarangan ntar ada yang nyulik susah abang nyariin eneng kemana." gurau teman pria Lily sambil cekikikan.
"Kamu Ben, ngagetin aja. Emang siapa yang mau culik saya?"
"Klo kamu ngelamun terus, maka aku sangat bersedia menculikmu." cap Beni sambil tersenyum menggoda.
Beni adalah salah satu karyawan di restoran tempat Lily bekerja dan hanya Beni yang memperlakukan Lily dengan baik. Diam-diam Beni menyimpan perasaan terhadap Lily dan itu sudah lama dipendamnya. Beni berusaha menutup rapat-rapat hatinya, apalagi sekarang Lily tengah mengandung, entah anak siapa, namun sikap Beni tak berubah pada Lily.
"Ben apa kau mau menemani ku nanti pulang kerja?"
"Mau kemana?"
"Aku mau cek kandungan, ini sudah jadwal aku cek Ben. Aku takut periksa sendirian."
"Baiklah, nanti aku akan menemanimu, tapi ada syaratnya nggak gratis ya." ucap Beni sambil tersenyum jahil
Entah rencana apa yang ada di kepala Beni hingga dia tersenyum sendiri.
"Apa syaratmu Ben, aku akan penuhi asal jangan yang aneh ya." pinta Lily.
"Ngak aneh kok, cuma sedikit memalukan." Beni tertawa dengan ide jahil yang ada dikepalanya.
"Iya, iya apa syaratmu tapi janji ya temani aku ke dokter, aku mohon." pinta Lily dengan penuh harap.
"Baik, nanti pulang kerja kita pergi." jawab Beni.
"Tapi jangan lupa lho syaratnya kamu harus penuhi." Beni kembali tersenyum jahil.
"Iya, iya Beni. Udah sana kerja lagi." usir Lily menjauh dari Beni.
Tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan mereka dari kejauhan, mata itu menyiratkan kecemburuan dan kekesalan melihat mereka berdekatan.
"Beni apa yang kamu lihat dari perempuan penggoda itu, tak cukup menarikkah aku Beni hingga harus bersaing dengan wanita murahan itu." umpat perempuan itu kesal melihat Beni dengan Lily.
"Awas kau Lily, aku akan buat perhitungan denganmu. Kau tunggu saja." ancam perempuan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Taz
kenapa harus ada yang sewot. Lah Prianya saja suka sama perempuan itu.
2021-02-02
1
Ahmad
like.
2020-09-15
2