Menit demi menit berlalu dan berganti jam. Sudah sepuluh jam Lily di ruang operasi bertaruh nyawa demi kehidupannya dan hidup yang baru.
Beni gelisah menunggu didepan ruang operasi, mondar mandir khawatir. Hanya Beni sendirian disana menunggu kabar dari dalam ruang operasi. Beni berpikir akan menghubungi keluarga Lily tapi yang dia tahu tidak ada keluarga Lily yang bisa dihubungi, karena Lily tidak pernah cerita tentang keluarganya.
Sudah sebelas jam operasi berlangsung, masih belum ada tanda-tanda operasi selesai.
Karena sudah terlalu lama, Beni bertambah khawatir.
"Sus, bagaimana operasi didalam apa sudah selesai?"
"Oh ya pak, tunggu saja ya."
Tidak lama keluar seorang dokter diiringi dengan perawat. Tanpa sadar Beni langsung berlari menuju dokter tersebut tidak sabar.
"Dok, bagaimana keadaannya dok?"
"Alhamdulillah, selamatya pak, anak bapak perempuan, cantik. Tapi kondisi istri bapak cukup parah pak, akibat kecelakaan dan masih dalam kritis. Saat ini belum bisa kita pindahkan ke ruang rawat. Untuk anak sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang bayi, bapak bisa melihatnya nanti. Saya tinggal dulu ya pak."
"Oh baik dok, terimakasih atas kerja keras dokter."
Beni berjalan menuju ke ruang bayi untuk melihat bayi Lily baru kemudian melihat kondisi Lily. Sampai di ruang bayi, Beni melihat ada beberapa bayi didalam tempat tidur bayi dan dia segera mencari bayi Lily.
"Ah ini dia bayi Lily. Tempat bayi bertuliskan bayi ny. Lily.
Pasti ini bayinya." gumam Beni.
Beni mengambil bayi tersebut dan menggendongnya dengan penuh kasih.
"Cantik secantik ibunya,?." senyum Beni mengembang dipipinya dan entah mengapa dia meneteskan air mata. Setelah puas mengendong bayi Lily, Beni meletakkan kembali ke dalam tempatnya.
Tangis bayi Lily terdengar begitu keras membuat Beni tersentak.
"Ah sayang kenapa kau menangis, apa kamu takut sendirian? Cup cup cup jangan menangis anak pintar." ucap Beni sambil menggendong kembali.
Tak lama bayi itupun tertidur lagi dan Beni dengan pelan-pelan meletakkan ke dalam tempatnya Beni kemudian memperhatikan bayi tersebut dan dia ingat sesuatu.
"Oh ya, aku harus ke tempat Lily, bagaimana kondisinya sekarang."
Beni berjalan menyusuri menuju ke ruang rawat ICU, Lily masih harus berjuang sendiri untuk hidup melihat anaknya.
Lily masih terpasang dengan begitu banyak kabel yang terhubung dengan monitor. Beni hanya bisa melihat dari luar ruangan yang dibatasi kaca transparan.
"Ah Lily kasihan sekali kamu, begitu banyak cobaan yang kau lalui, kau harus hidup Lily demi anakmu." gumam Beni sambil berkaca-kaca.
"Pak, dipanggil dokter keruangannya pak." kata perawat ruang ICU.
"Oh baiklah." jawab Beni.
Beni masuk ke ruang dokter, dan berbicara dengan dokter tentang kondisi Lily.
"Pak, kondisi Lily sudah mulai stabil dan akan kita pindahkan ke kamar inap tapi masih butuh banyak istirahat, jadi pasien jangan banyak bicara dulu ya pak."
"Baik dok." jawab Beni.
Tak lama terlihat perawat mulai melepas selang yang ada ditubuh Lily dan kemudian memindahkan Lily ke ruang rawat. Beni segera menuju kamar tempat Lily di rawat.
Beni duduk di kursi samping tempat tidur Lily, melihatnya dengan tatapan penuh kasih sambil mengenggam tangannya. Perawat masuk dengan membawa bayi Lily. Semua orang yang melihat pasti mengira jika mereka keluarga kecil padahal tidak.
Beni terus dengan sabar menunggu Lily sadar sambil sesekali melihat anak Lily. Tangan Lily mulai bergerak kemudian diikuti gerak matanya mulai terbuka dan Beni tidak menyadari jika Lily sudah sadar.
"Ben Beni." panggil Lily.
"Lily kamu sudah sadar, syukurlah." ucap Beni
"Mana anakku ben? Dimana dia?"
"Tenang Lily, kamu belum boleh banyak bicara, anakmu ada disini Lily, jangan khawatir aku akan menjaganya."
"Bawa kesini Ben, aku ingin lihat anakku."
"Baiklah, aku akan membawanya untukmu."
"Ayo cantik, kita ketempat ibumu, sepertinya ibumu kangen mau lihat wajahmu yang lucu."
Beni mengambil bayi Lily dengan tergesa mengakibatkan dia menangis keras terbangun dari tidurnya.
"Ah sayang bayi kecil jangan nangis dong, itu ibumu kangen. Cup cup cup sudah ya jangan menangis lagi."
Benar saja, bayi itu diam berhenti menangis di tangan Beni.
"Ah ternyata aku sudah bisa jadi ayah kan Lily, lihat ini anakmu diam denganku." Beni tersenyum membanggakan diri.
"Bawa kesini Ben, aku mau lihat." ucap Lily.
"Sayang, anakku sayang. Namamu Diana ya nak. Diana nama yang cantik untukmu secantik wajahmu nak. Maafkan ibumu nak, tidak bisa memberi kebahagiaan yang sempurna untukmu." tangis Lily pecah dalam kesunyian kamar dan kejadian malam itu, entah mengapa terbayang kembali oleh Lily.
Ingatan itu membuat Lily histeris dan meronta-ronta membuat Beni cemas dan segera menekan tombol perawat untuk minta bantuan.
"Lily tenanglah jangan histeris seperti ini, kondisimu belum pulih Lily."
Tapi Lily terus menangis histeris dan ini membuat dia drop dan pingsan lagi.
Terlihat dokter dan beberapa perawat berlari ke kamar Lily, dan dokter dengan cekatan memeriksa kondisi Lily.
"Sus, segera bawa pasien ke ruang ICU lagi kita harus lakukan pemeriksaan lanjutan." perintah dokter dengan tegas.
"Baik dok." jawab perawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
abu😻acii
kok yg hamilin belum kelyar
2024-02-06
1
Nirwati
sedih banget ceritanya jadi penasaran
2022-04-17
0
Ninik Ningsih
kasihan ..kok tragis banget nasibmya
2022-02-05
0