Lily merasa dunia tidak adil baginya. Semakin hari mimpi buruk itu terus menghantuinya dan waktu terasa lambat bagi Lily.
"Sudah pagi, saatnya aku bersiap untuk bekerja. Terlalu lama aku izin, yang ada aku akan dipecat." gumam Lily.
Lily bekerja di sebuah restoran cepat saji sebagai pelayan dan ini sudah cukup baginya untuk menjalani hidup.
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian malam yang memilukan itu, dan Lily merasakan ada sedikit aneh pada tubuhnya. Tanpa sadar Lily mengingat-ingat jadwal datang bulannya.
"Rasanya minggu kemaren harusnya datang kenapa sekarang telat, apa ada yang salah dengan tubuhku? Oh tidak, apa mungkin kejadian malam itu membuat ku hamil!
Oh Tuhan apa lagi ini, cobaan apalagi yang kau berikan padaku, tak cukupkah penderitaanku bagimu."
Sambil terisak Lily terus menangis mengenang nasib yang akan dijalaninya. Bagaimana dia hidup dengan kondisi hamil tanpa suami? Setelah puas menangis, Lily mencoba bangkit dari keterpurukannya.
"Baiklah aku harus tetap hidup apapun yang terjadi." tekad Lily begitu kuat untuk tetap hidup.
"Nanti, sepulang bekerja aku mampir dulu ke apotik, aku harus pastikan apa dugaan ku benar." gumam Lily sambil tetap berkemas.
Jarak tempat bekerja dengan kontrakannya lumayan jauh, Lily harus naik angkot selama satu jam perjalanan dan itu cukup melelahkan baginya dan juga menyenangkan karena dia bisa tiduran di atas angkot.
Lily sampai di restoran cepat saji dan segera menuju ruang karyawan untuk memakai seragamnya, dan topi ala karyawan menutupi kepalanya.
"Aku siap dan harus kuat, senyum Lily dan ayo semangat." teriak Lily menyemangati dirinya.
"Hei pelayan bodoh cepat bersiap-siap apa kau mau dipecat, kau pikir ini rumahmu berteriak seenak perutmu." manejer restoran berucap kesal melihat tingkah Lily.
"Baik pak, maafkan saya." dasar tua seenaknya saja memaki orang, ucap Lily dalam hatinya tak terima dimarahi.
Satu jam, dua jam, tiga jam sampai tujuh jam Lily bekerja dan waktu jam pergantian shift datang.
"Akhirnya, aku bisa pulang. Hari ini sungguh melelahkan. Aku harus cepat pulang, badanku rasanya semakin hari semakin tak menentu. Oh iya aku harus mampir dulu ke apotik, ya harus mampir. Aku harus memastikan keadaan tubuhku."
Sambil berjalan Lily menuju ke apotik tak jauh dari tempat dia bekerja.
"Mbak alat tes kehamilannya ada?"
"O ada mbak, mbak mau berapa?"
"Satu saja mbak."
"Tunggu sebentar ya mbak, ini mbak alatnya dan apa mbak tahu cara kerjanya?"
"O, iya saya tahu. Berapa mbak?"
"Tiga ribu mbak." ucap pelayan apotik dengan cepat sambil memasukan pesanannya ke dalam plastik.
"Ini mbak uangnya dan terimakasih." Lily menyodorkan uang sambil tersenyum.
Lily berdiri di pinggir jalan menunggu angkot yang akan membawanya pulang.
"Itu dia angkotnya. Akhirnya, kaki ku sudah lelah berdiri seharian dan mata ku mulai mengantuk jika melihat angkot pulang." gumam Lily sambil tersenyum.
Lily naik angkot dan duduk dibelakang sopir.
"Ah mata ini mulai berat, aku mengantuk sekali." Lily menutup mulutnya dan mulai tertidur mengarungi mimpinya.
Ini kebiasaan Lily setiap pulang kerja.
Angkot pun terus melaju membawanya sampai pak sopir membangunkannya.
"Non bangun sudah sampai, apa non mau terus naik angkot ini." gerutu pak sopir yang melihat Lily tidur dari tadi.
"Oh tidak pak saya turun disini, terimakasih pak."
Lily bergegas menuju kontrakan dan ingin mencoba alat yang dibelinya tadi. Sampai dirumah, Lily mencampakkan tasnya begitu saja di lantai dan langsung menuju kamar mandi.
"Aku harus menggunakan alat ini untuk mengetahui kepastiannya."
Tak lama muncul satu garis, dua garis.
Lily membaca keterangan di bungkus tersebut.
"Oh Tuhan, tidak ini tidak mungkin. Jangan cobaan ini Tuhan ini terlalu berat untukku".
Lily melempar apa yang dapat diraihnya dan terus menangis meratapi nasibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Nirwati
sangat menyedihkan nasib lily
2022-04-17
1
Herman Tanjung
oh, kasian dg cobaannya
2021-12-07
1
Parwati amiin Parwati
kasian bgt kamu Lili
2021-11-23
0