🍂 Senja
Aku berjalan beriringan dengan pak Satria, menuju parkiran.
Kita hanya diam saja sambil sesekali bertatapan dan saling lempar senyum.
Mungkin Pak Satria juga merasa kan hal sama dengan ku, bingung, malu, grogi bercampur jadi satu.
Aku terus bergumam dalam hati, perasaan apa ini? Entahlah baru kali ini aku merasakan nya.
Aku ingin memulai percakapan tapi bingung akan mulai dari mana.
Ah akhirnya aku tanya saja dari pada menggerutu dalam hati terus.
" Pak, beneran ini saya nggakpapa bareng sama bapak? Nanti saya ngerepotin. "
" Tenang saja Mbak Senja, saya malah seneng kok bisa bareng sama mbak. " Jawab dia sambil memberikan helm yang dia ambil di jok motor nya.
Aku menjawab dengan senyuman yang berusaha di buat semanis mungkin, hehehehehehe.
Aku pun memakai helm, untung aku bawa masker sendiri dan langsung memakainya.
Bersamaan dengan itu Pak Satria memakai jaket, masker, sarung tangan dan helm. Benar-benar safety riding dia. Terlihat Anak motor pada umumnya.
" Ayo Mbak naik, udah siap kan, jangan malu ya bonceng motor ku yang butut ini. " Ucap Pak Satria sambil menyalakan motornya.
" Ehm.. iya pak. " Jawabku singkat.
Untung hari ini aku memakai celana jadi bisa Bonceng nya lebih enak, bayangkan pakai rok tambah gak jelas lagi posisi ku.
Motor cowok klasik antik yang di modif dan agak tinggi membuat ku kesusahan menaiki nya. Pokoknya aku harus bisa, ehm.. seg.. seg...akhirnya aku duduk.
Aku pikir Pak Satria begitu merendah, menurut ku motornya keren tidak butut seperti yang dia ucapkan. Atau mungkin biar tidak di cap sombong layaknya laki-laki yang lain yang kebanyakan pamerin apa di milikinya.
* * * * * *
Aku hanya diam, sambil berpegangan tas ku yang aku taruh d sela jok motor antara punggung Pak Satria dan badan ku.
Tiba-tiba.. ciiitt… srrukkk… Pak Satria mengerem mendadak, dan membuat ku spontan memeluk dia.
" Mbak, mbak, maaf.. depan mobil itu ngerem mendadak, jadi saya menghindari tabrakan ikut ngerem mendadak, Mbak Senja gak papa kan? " Ucap Pak Satria membuat ku sedikit tenang, sambil melihat ku dari kaca spionnya.
" Ehm, iya gak papa Pak, hanya sedikit kaget. " Jawabku sambil menarik tangan ku kembali ke posisi sebelumnya.
Dengan muka yang memerah dan beberapa kali berkedip mata ku, aku merasa malu, kenapa lagi ini. Kejadian yang terjadi dengan Pak Satria seperti drama di sinetron atau drakor. Aku memang tidak suka nonton sinetron atau drakor tapi aku tahu itu dari cerita Sera yang selalu menceritakan tontonannya, entah itu film, sinetron bahkan drakor.
Aku melihat Pak Satria masih melirikku dari kaca spion motor nya memastikan aku baik-baik saja.
Masih sekitar 30 menit lagi sampai kos an, dengan kondisi jalan yang macet mungkin membutuhkan waktu lebih lama.
Terdengar suara Adzhan Maghrib.
Pak Satria pun tiba-tiba bertanya.
" Mbak Senja muslim atau bukan? "
" Ehm… iya saya muslim pak. " Jawab ku singkat
Mungkin karena memastikan saja, karena aku belum menggunakan jilbab atau kerudung seperti wanita muslim pada umumnya. Entah kenapa aku belum siap menggunakannya, hatiku masih ragu dan takut.
Pak Satria secara mengejutkan membelokkan motornya ke arah Masjid.
Sesampainya di parkiran dia berkata,
" Kita shalat Maghrib dulu disini ya, mumpung belum Khomat. "
" Iya Pak. " Jawabku singkat.
Segera kita masuk masjid dan berpisah menuju sesuai area untuk laki-laki dan wanita.
Aku mengambil air wudhu, pelan-pelan membasahi wajah, tangan, rambut dan kakiku.
Rasanya segar sekali.
Aku mengambil mukenah yang tergantung rapih di area shalat wanita.
Aku pakai dan tak lama terdengar khomat.
Shalat sudah selesai, aku pun berdo'a seperti biasa.
Ku rapih kan kembali mukenah nya ketempat semula.
Aku berjalan keluar, memakai sepatu ku yang di berjajar rapih di tempat yang di sediakan oleh pihak masjid.
Segera aku menuju parkiran aku tidak mau Pak Satria menunggu, lebih baik aku yang menunggu.
Terlihat ternyata Pak Satria yang sudah di motor sedang menunggu ku.
Aku semakin tidak enak.
" Lama ya Pak nungguin saya, maaf ya pak. " Ucap ku.
" Nggak papa Mb, Yuh kita jalan lagi. " Jawab Pak Satria
Aku merasa udara semakin dingin, angin lumayan kencang berhembus. Aku tidak membawa jaket hanya memakai kemeja biasa.
Secara tidak sadar aku memeluk tanganku, menyatu kan kedua tanganku karena merasa semakin dingin.
Tiba-tiba Pak Satria memberikan jaketnya kepadaku,
" Mbak, pakai jaket saya nih, kayaknya mbak kedinginan ya. "
" Ehm… gak usah pak, gak dingin kok, kan bapak yang di depan lebih membutuhkan jaket nya. " Penjelasan ku agar Pak Satria mengurungkan niat nya meminjamkan jaketnya.
Tak lama aku malah jadi bersin..Waa….cimmm.… haaa.. ciiimmm. Haduh aku itu memang tidak bisa kena angin dan dingin.... sedikit saja alergi ku kambuh dan bersin-bersin terus.
" Tuh… kamu bersin kan.... Ini gak papa pakai saja jaket saya. " Sedikit memaksa secara halus akhirnya Pak Satria menyodorkan jaket nya kembali.
Aku pun terima dengan rasa malu.
" Ehm… baik Pak, terima kasih, aku pakai ya jaketnya. "
Perlahan aku memakai jaket Pak Satria. Tercium wangi yang lembut dari jaket nya.
Kita memulai perjalanan menuju kos an.
Perlahan sambil memecah kemacetan di Ibu kota.
Perut ku terasa lapar, karena tadi belum makan nasi jadi dirasa belum makan, begitulah orang Indonesia, kalau belum makan nasi ya artinya belum makan. Hehehehehehe
" Mbak, laper nggak? Waktunya jam makan malam ini, mungkin karena udara dingin ya jadi saya kok laper lagi. kita mampir makan dulu ya? " Ajakan Pak Satria yang seakan-akan tahu apa isi hatiku.
Aku ingin menolak karena Sera pasti menungguku, tapi kasihan kalau di tolak nanti Pak Satria kelaparan dan gak konsen bawa motor nya.
Dan aku pun juga kelaparan. Hehehe.
" Iya Pak saya ikut saja. " Jawab ku.
" Mau makan apa Mbak Senja, sekitar sini saya tidak paham tempat makan yang enak. " Tanya Pak Satria.
" Ehm.. nanti di depan belok kanan ya Pak, disitu ada beberapa pilihan tempat makan, tapi tenda pinggir jalan gitu, nggak papa kan Pak? "Jelas ku, khawatir Pak Satria tidak suka makan di tempat makan pinggir jalan yang menggunakan tenda.
" Ok Mbak, ah makan dimana saja yang penting halal dan tempatnya bersih sudah cukup. " Ucap Pak Satria.
Kita pun sampai dan parkir. Ada beberapa pilihan makanan, ada bakso, mie ayam, sate Madura, nasi Padang, nasi goreng.
" Kita makan Sate saja ya, enak kayaknya. " Pilhan Pak Satria jatuh ke tukang sate.
" Ehm, boleh pak terserah bapak saja. "
Pak Satria memesan sate ayam, lontong dan teh manis untuk kita berdua.
" Mbak sudah lama tinggal di Jakarta? " Tanya Pak Satria.
" Sudah hampir 4 tahun, kalau bapak udah berapa lama di Jakarta? " Aku pun membalas bertanya.
Pak Satria membalas dengan santai,
" Baru 4 bulan mb, 3 bulan saya mencari kerja, dan Alhamdulillah di terima di Perusahaan Pak Mirza. "
Pesanan kita pun sudah siap di santap, pelan-pelan kita menikmati nya. Sambil sesekali kita ngobrol hal-hal kecil, membuat kita semakin akrab.
Aku pun sudah sedikit tidak grogi dan malu, karena sikap Pak Satria yang dewasa dan baik, mudah mengimbangi ku.
Pertemuan hari pertama yang berkesan dan penuh dengan drama. Entah selanjutnya akan seperti apa kisah kita.
Dari kejauhan ada yang memanggilku…
"Sen.. Ja.... Haii!!!"
Aku melihat ke arah suara itu dan itu Sera, sambil melambaikan tangan nya, berjalan dengan seorang laki-laki yang seperti nya aku pernah melihat nya.
Pikiran ku berubah tambah deg deg kan lagi.
Haduh dia melihatku, habis ini aku pasti di ledekin Sera. Karena kebersamaanku dengan Pak Satria.
…….
🍂 Happy Reading
Jangan lupa vote,like and comment ya…☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ilham Rasya
lanjut
2020-09-17
0
Silvia Rahma
Aku mampir nyicil baca lagi kaka~
Semangat terussss💕
2020-09-13
0
ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ
Mangat
2020-09-04
0