Pesanan kita pun sudah datang. Segera aku, Pak Mirza dan Pak Satria menyantap makanan dan minuman masing-masing.
Sesekali kita mengobrol kecil membicarakan hal ringan mengenai kehidupan.
Sedikit aku melihat Pak Satria yang santai seakan tidak terjadi apa-apa antara kita.
Beda denganku yang merasa malu dan aneh. Untung kejadian tadi tidak ada yang melihat, jika ada bisa-bisa jadi viral.
" Enak ya, makanannya. " Terdengar suara Pak Satria membuat ku kaget.
" Iya Mas, disini dari dulu memang enak sampai sekarang pun tidak berubah rasa makanan dan minumannya, " sahut Pak Mirza.
Aku hanya tersenyum sambil sedikit melihat wajah Pak Mirza dan Pak Satria.
Setelah selesai semua kita bergegas kembali ke kantor.
Di dalam mobil aku hanya terdiam, hanya mendengar kan percakapan ringan Pak Mirza dan Pak Satria.
Sesampainya di kantor aku segera turun dan mengucapkan terima kasih.
" Terima kasih Pak. " kalimat sama yang aku ucapkan dengan Pak Satria kepada Pak Mirza.
" Iya, selamat bekerja kembali, semangat ya, " balas Pak Mirza.
Kenapa tadi juga bareng ngucapin terima kasihnya? Sama kayak tadi pesan makan dan minumnya juga sama. Aku kenapa sih? Padahal Pak Satria juga bersikap dingin.
Aku pun segera berjalan menuju meja kerjaku, Pak Satria berjalan bersamaan dengan Pak Mirza di depanku menuju ruangan mereka.
Masih terasa ciuman tadi, ciuman yang tidak di sengaja. Ciuman pertamaku.
Aku pun sesekali memegang bibirku.
Beberapa langka aku akan sampai meja kerja ku dan aku melihat Ajeng dengan muka betenya, pasti dia kesal karena aku tidak menepati janji makan siang bareng dengannya.
" Ich!!! Senja!! Bete deh kamu kan udah janji mau makan siang bareng aku? Kenapa malah pergi sama Pak Mirza dan si ganteng Pak Satria? " Ucap Ajeng dengan kesal dan muka yang begitu di tekuk-tekuk.
" Hehee, iya maaf temen ku yang cantik, tadi juga aku kan lama di ruangan Pak Mirza, sampai kamu dan yang lain sudah keluar baru Pak Mirza sadar udah waktunya jam makan siang dan ngajak kita makan siang, kan kalau mau nolak juga gak enak, gak sopan. "
Jelasku dengan penuh hati-hati, karena aku tahu Ajeng yang suka ngambek, tapi sebenarnya dia baik.
" Iya sudah kalau begitu, tapi kenapa telepon dan WA ku gak kamu respon? Kan aku tambah bete nya berlipat-lipat sama kamu!! Huufft!!! " timpa Ajeng yang masih kesal.
" Ya ampun, maaf-maaf, beneran deh aku silent hpnya dan gak aku buka semenjak aku masuk ruangan Pak Mirza, " aku pun langsung cek hpku.
" Ya ampun, kamu sampai telepon 20 kali , chat 15 kali,, haduch sorry ya cantik, cup cup, nanti pulang nya kita ngopi deh di kafe biasa, jangan ngambek lagi ya cantik? " kataku sambil merangkul Ajeng.
" Ah, kamu mah biasa, nyogok kalau aku ngambek, " balas Ajeng yang sudah sedikit hilang ngambeknya.
" Aku mau ke toilet dulu ya Jeng, " ucapku singkat.
" Ih!! baru mau aku interogasi tentang makan siang mu sama si ganteng Pak Satria, ya sudah sana aku mau rekap laporan aja, "kata Ajeng.
Sesampainya di toliet aku menghela nafas sambil memegang bibirku, sambil berkaca membenarkan make up ku.
Aku sengaja pergi ke toilet karena menghindari pertanyaan Ajeng yang pastinya membuatku tambah semakin rumit.
Aku harus melupakan kejadian tadi pokoknya. Harus bersikap seperti biasa dengan Pak Satria. Jangan sampai pekerjaanku hari ini kacau karena Pak Satria.
Aku kembali ke meja kerjaku, aku segera menyelesaikan pekerjaanku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.45, itu berarti sebentar lagi waktunya pulang.
Akupun melihat langit sore yang masih agak terang dari cendela di ruangan kerjaku. Suasana senja yang aku tunggu-tunggu sebentar lagi datang.
" Husst… husst.. jadi kan kita ngopi di kafe favorit kita? " ucap Ajeng menagih ajakanku tadi siang.
" Iya iya, aku beresin meja dan berkas-berkas dulu ya, " balas ku dengan menata meja kerjaku.
Teman- teman yang lain sudah beranjak keluar dari kantor.
" Eh, kita naik apa Jeng, kamu kan gak bawa motor ya? " tanyaku ke Ajeng.
" Tenang, aku sudah pesan grabcar buat kita, masa mau jalan kaki kan lumayan jauh, angkot juga gak ada yang ke arah sana, " jawab Ajeng sambil melihatkan hpnya.
" Ok, temenku yang satu ini emang cerdas, hehehehehe, "kataku.
Kita segera berjalan ke lobby dan beberapa saat kita sampai di lobby, suara hp Ajeng berbunyi. Telepon masuk dari Pak supir grabnya ternyata.
Tak lama mobil grabcar pesanan kita masuk ke lobby dan kita segera naik.
Aku melihat dari cendela mobil, Pak Satria berjalan menuju parkiran motor, mungkin dia juga mau pulang.
Di dalam mobil Ajeng bercerita singkat tentang makan siang dengan Wulan dan Bagas, katanya kurang asyik dengan mereka, lebih asyik dengan aku dan Putri.
Wajar saja Ajeng merasa begitu, karena di kantor aku, Ajeng dan Putri sudah dekat semenjak 2 tahun yang lalu.
Sampai lah kita di Kafe. Ajeng segera membayar biaya grabcar nya.
Aku dan Ajeng duduk di tempat favorit kita, untung masih kosong. Dari situ terlihat jelas langit senja yang indah, membuat hati dan fikiran lebih tenang.
Kita pesan minuman dan kentang goreng.
"Jeng , nanti kamu pulang nya di jemput Ilyas pacar mu kah? " tanyaku.
" Iya, tadi siang aku udah bilang, pas banget dia juga ada lembur, hehehehe, " jawab Ajeng sambil melihat hpnya.
" Ohw, bagus lah nanti aku pulang naik grab aja, kamu kayaknya bahagia ya Jeng pacaran sama dia? " Entah kenapa aku tiba-tiba menanyakan hal pribadi ke Ajeng.
" Iya dounx, tumben kamu nanyain pacarku, biasanya juga gak kepo? hehehe, hayou udah pengen pacaran ya? " jawab Ajeng sambil meledek.
" Emang gak boleh aku tanya-tanya?" jawaban Ajeng membuatku malu.
" Iya jujur ya, sama Ilyas lebih enak, lebih nyambung, lebih perhatian, dan lebih semuanya di banding dengan pacarku sebelum nya. " Jelas Ajeng yang membuat ku berfikir tentang pacaran.
Selama ini aku tidak pernah pacaran, memang ada beberapa kali laki-laki yang mendekatiku, tapi aku tidak pernah tertarik dan berminat untuk pacaran.
Aku masih fokus bekerja untuk membantu Ibuku dan adik-adiku.
Apalagi semenjak Ayahku pergi entah kemana dengan wanita lain, rasanya aku takut dengan laki-laki. Ayahku lebih tertarik dengan wanita yang lebih muda, akhirnya ketika aku kelas 2 SMA, Ayahku memutuskan pergi sampai saat ini tidak ada kabar apapun dari beliau.
Sebenarnya ada laki-laki yang aku suka semenjak SMA, sebelum kejadian Ayah pergi. Dan entah sampai sekarang hanya dia yang ada di ingatanku.
Tidak banyak yang tahu tentang kisah pribadiku, hanya dengan Sera teman satu kos an ku yang aku ceritakan. Karena aku tipe orang yang tertutup, apalagi tentang hal-hal pribadi.
" Pak, Pak Satria, sini Pak gabung dengan kita. " Tiba-tiba suara Ajeng membuyarkan lamunanku.
Dan aku melihat Pak Satria senyum dan berjalan ke arah kita.
Ada apa ini? Kenapa kebetulan sekali dia ke sini? Apa jangan-jangan dia membuntuti ku? Atau hanya kebetulan?
🍂Happy reading…
Tunggu kelanjutannya kisah Senja ya..
Jangan lupa vote , view dan komenya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ilham Rasya
like
2020-09-17
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
waah....telpon 15 kali...pasti penting😊😊
2020-09-11
0
Mia Poei
Lanjut lagi kakak
2020-09-08
0